Devil's Fruit (21+)

Shikigami Puluhan Ribu Tahun



Shikigami Puluhan Ribu Tahun

1Fruit 1084: Shikigami Puluhan Ribu Tahun      4

Jovano teringat akan kejadian beberapa hari lalu ketika grupnya bertarung dengan makhluk asap hitam tipe dedengkot yang menyerang secara mendadak. "Aku waktu itu kurang cepat bereaksi waktu mereka muncul mendadak dan terjadilah serangan cambuk pada Kak Kuro yang mengakibatkan Kak Kuro merasa kejang beberapa saat dan lukanya memang lekas menutup. Tapi ternyata sepertinya cambuk lawan beracun dan masuk melalui luka yang ditimbulkan."      

"Iya ..." Kuro menjawab lemah sambil napasnya mulai agak teratur, tidak tersengal seperti tadi. "Waktu itu perutku kena cambuknya dan aku pikir setelah minum pil Mama dan lukanya menutup, maka semua udah kelar, tidak ada apa-apa. Tapi ... ternyata sakitnya berdenyut terus tiap saat."     

"Kenapa kamu tidak bicara kalau kamu sakit, Nak?" Raja Naga Iblis Heilong ingin menegur anaknya tapi rasa sayangnya mengalahkan marahnya. Beliau pun mengelus pipi sang putri penuh rasa iba. "Ayah waktu itu kan sudah sempat tanya padamu, apakah kamu baik-baik saja karena wajahmu seperti pucat, kamu bilang kamu hanya sedikit lelah saja."     

"Hm ... berarti ada diantara mereka yang memiliki senjata rahasia." Andrea bergumam. "Nah, kalian, harus lebih hati-hati mulai sekarang kalo ngadepin kancut dedengkot itu, ngerti?" Ia tatap semua anggota timnya yang hadir di situ.      

"Ya, kami mengerti."      

-0-0-0-0-     

Dhuarr!     

"Mampus!" Vargana begitu puas ketika melihat dia berhasil meledakkan makhluk asap hitam tipe dedengkot.      

Andrea memang membekali mereka dengan sebuah kertas mantra yang bisa mendeteksi pusat panas di tubuh para makhluk asap tipe dedengkot itu. Ini sangat memudahkan pekerjaan tim mereka.     

Di tempat lain, terdengar juga beberapa bunyi ledakan di udara yang tentunya tidak akan terdeteksi telinga manusia biasa. Hanya makhluk supernatural saja yang bisa menangkap suara tersebut.      

Dhuarr!     

Dhuaarr!     

Boomm!     

"Ha hah! Lihat, deh! Langsung tiga kancut meledak!" seru Kuro penuh semangat. Dia sudah sehat seperti sedia kala setelah racun di lambungnya dikeluarkan sang ibu angkat dan kondisinya dipulihkan Shona menggunakan energi healer.      

Di wajah Kuro terdapat jejak-jejak kepuasan karena seakan dia berhasil membalas apa yang telah dia alami beberapa hari lalu, kesakitan yang tidak tertahankan sampai dia memucat menahan sakit.      

Sedangkan bagi Myren, Andrea dan Jovano, mereka tidak memerlukan kertas mantra hitam dan cukup langsung gunakan api hitam mereka ke para makhluk asap tipe dedengkot.      

"Mom, aku akan berikan kertas mantra ini ke Naru, boleh? Siapa tau mereka butuh juga untuk menghadapi tipe dedengkot." Jovano meminta ijin ke ibunya.      

"Boleh," jawab Andrea. "Ayok! Sekalian Mama juga kepingin ke sana, pengin tau gimana keadaan famili mereka yang waktu itu kegigit vampir."     

"Ahh, iya benar!" Jovano pun teringat akan salah satu bibi Naru yang kena gigit vampir yang mengelabui mereka saat itu.      

"Aku dan Jo mo ke tempatnya Naru, yah!" Andrea hendak melesat ketika Dante menahan.      

"Aku ikut, yah!" pinta Tuan Nephilim. Meski wajahnya datar seperti televisi flat, tapi Andrea paham di dalam hatinya pasti bergemuruh ingin meneriakkan kata ikut.      

"Udah, Aunty ... ajak aja." Vargana terkekeh. "Namanya juga mister bucin, masa sih Aunty tega ninggalin?" Seringai nakalnya muncul di wajah cantiknya.      

"Ehem!" Dante berdehem. Sepertinya semua anggota Tim Blanche sudah menyadari level tinggi kebucinan dari Tuan Nephilim ini.      

"Iya, iya, aku ajak, iya deh!" Andrea memutar bola matanya ketika melihat senyum lebar suaminya. "Takutnya dia mewek di sini malah gangguin kalian, ya kan?" godanya ke sang suami.      

Dante tidak keberatan diledek macam apapun asalkan dia tetap bisa bersama Andrea.      

Mereka bertiga ... ayah, ibu dan anak terbang cepat ke arah kuil tempat hunian keluarga besar Naru.      

Ketika mereka bertiga baru saja tiba di kuil itu pada hampir tengah malam, ternyata di sana sedang ada pertempuran.      

Keluarga besar Naru sedang melawan belasan makhluk asap hitam level biasa dan dua diantaranya adalah tipe dedengkot.      

Untuk memerangi makhluk asap level biasa, bisa menggunakan kertas mantra warna merah sesuai yang pernah diberikan Jovano pada mereka beberapa hari lalu. Namun, tipe dedengkot cukup merepotkan.      

Saking kerepotannya menangani para tipe dedengkot, keluarga Naru sampai mengeluarkan para shikigami (roh binatang atau manusia yang membawa dendam kesumat ketika mereka menemui ajalnya dan kemudian dijadikan 'pendamping' bagi para praktisi ilmu onmyodo) milik mereka masing-masing untuk membantu melawan para makhluk asap dedengkot.      

Dante lekas saja melemparkan kertas mantra hitam ke salah satu makhluk asap dedengkot. Ledakan segera terjadi pada makhluk itu, mengagetkan semua yang di sana.      

"Bajingan!" Makhluk asap tipe dedengkot satunya hendak kabur, namun oleh Andrea dilempari kertas mantra hitam lagi dan meledak menjadi debu.      

Mata keluarga besar Naru terbelalak melihat betapa mudahnya makhluk asap tipe dedengkot dimusnahkan hanya dengan menggunakan kertas mantra tadi.      

Setelah belasan makhluk asap level biasa dimusnahkan dan manusia inangnya dibawa masuk untuk disadarkan, kepala keluarga itu pun menyambut Andrea dan dua lainnya. "Nyonya, Tuan, dan Tuan Muda." Kini dia lebih hormat pada Andrea dan keluarganya setelah diberi banyak kertas mantra merah yang sangat berguna membasmi para makhluk asap hitam di sekitar mereka.      

"Salam, Kepala Keluarga." Andrea dan Dante menyapa sambil tundukkan kepala sekali untuk menghormati.      

"Salam, Kakek." Jovano menyapa kepala keluarga yang sudah penuh uban bahkan hingga jenggot panjangnya. "Naru!" Ia melambai ke Naru yang berdiri agak jauh darinya.      

"Jo!" Naru berlari ke sosok yang kini sudah menjadi sahabatnya berkat situasi mereka yang kerap bersinggungan dengan dunia supernatural.      

Ketiga orang itu segera dibawa ke aula pertemuan yang terletak di bagian depan rumah utama.      

"Jadi, itu tadi adalah kertas mantra hitam yang mengandung api hitam untuk memusnahkan tipe ... dedengkot?" Kepala keluarga mengonfirmasi apa yang baru saja diucapkan Andrea.     

Andrea mengangguk. "Iya. Kami ke sini memang ingin memberikan beberapa lembar kertas mantra baru ini ke kalian, siapa tau makhluk asap tipe dedengkot sudah mengganggu kalian di sini."     

"Ya, benar. Mereka sudah mulai mengganggu ketentraman kuil kami ini. Sampai-sampai dua shikigami kami mati gara-gara melawan mereka. Untung saja waktu itu bisa dihalau satu shikigami terkuat milikku yang bisa mengusir para dedengkot itu pergi dari sini beberapa hari lalu."     

"Wah, kalau begitu, shikigami kepala keluarga begitu hebat, yah!" puji Dante.      

Kepala keluarga mengangguk dan berkata, "Ya, dia memang sangat hebat di antara shikigami yang pernah aku temui, karena umurnya sudah sangat tua, diperkirakan sekitar puluhan ribu tahun."     

"Wow ... keren!" desis Jovano.      

"Tapi, gara-gara melawan makhluk asap tipe dedengkot, shikigami-ku itu terluka cukup parah dan harus menyembuhkan diri dulu. Tadi kami begitu panik ketika mereka menyerang lagi. Tidak disangka-sangka, kalian muncul dan memberi bantuan besar. Hghh ... sungguh aku tak bisa bayangkan bagaimana jadinya kalau kalian tidak datang." Kepala keluarga Naru menundukkan kepala sembari mendesah panjang.     

"Oh ya, bagaimana kondisi bibinya Naru yang kena gigit vampir?" tanya Andrea.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.