Devil's Fruit (21+)

Sebuah Dilema



Sebuah Dilema

3Fruit 1059: Sebuah Dilema      4

Ivy selama beberapa jam mengunjungi Danang di tempat dimana lelaki itu menginap selama datang ke Jepang. Mereka bercinta sejenak sebelum Ivy dengan tidak rela hati meninggalkan Danang untuk pergi ke markas dia di sebuah rumah kosong besar.      

Beberapa hari ini, keluarga Ivy dan semua penghuni mansion belum ada yang sadar bahwa Ivy tidak pernah benar-benar hadir di sekolahnya. Semua orang terlalu sibuk dengan makhluk asap hitam dan perhatian pun teralihkan.      

Ini sebenarnya disyukuri oleh Ivy karena dengan begitu dia bisa lebih leluasa bergerak sesuka hati dia dengan apapun rencananya. Mungkin jika ini terjadi sebelum Ivy memiliki rencana mendirikan kerajaan vampirnya sendiri, dia bisa marah dan frustrasi karena diabaikan keluarga dan sekitarnya.      

Di markasnya, hanya ada dirinya dan Leon yang selalu saja memiliki banyak waktu untuk menjaga markas mereka. Selain memang Leon tidak memiliki pekerjaan apa-apa, dia juga diberi tugas oleh Ivy untuk menjaga di rumah itu.      

Tadinya, Leon adalah seorang supir taksi online, dan dia banyak mendapatkan mangsa dari pelanggan dia. Namun, kini dia tidak aktif lagi pada pekerjaannya dan hanya menjadi supir pribadi Ivy kapanpun dibutuhkan menjemput Ivy dari mansion jika di jam sekolah.     

Leon adalah pemuda berusia 20-an dan berdarah campuran. Wajahnya tampan dengan rambut coklat pirang, menjadikan dia mudah mendapatkan mangsa para gadis yang terpikat oleh penampilannya.      

Ditambah pula, sebenarnya Leon merupakan keturunan iblis incubus, sama seperti Andrea ataupun Gavin dan Kiran. Tapi garis darah iblis Leon tidak kuat karena incubus yang menghamili ibu Leon hanya iblis biasa.      

"Ratuku, apakah kau membutuhkan sesuatu?" tanya Leon di ambang pintu tempat Ivy berdiam diri di markasnya.      

Ivy yang sedang duduk diam, segera melirik ke arah pintu dan menatap Leon, ia pun menjawab, "Tidak, tidak ada. Kau bisa berkeliaran sesukamu kalau kau mau, nanti akan aku panggil jika aku hendak pulang."     

"Baiklah, Ratuku." Leon pun mundur dari sana dan menghilang.      

Ivy kembali terpekur di kursinya yang nyaman. Meski rumah besar itu kosong, perabotannya masih bagus dan bersih karena pemiliknya menutup semua perabot dengan kain putih. Kini, sejak Ivy memakai rumah itu, kain-kain putih disingkirkan sehingga rumah itu benar-benar seperti rumah biasa saja.      

"Ratu." Muncul sesosok vampir lain di ambang pintu.      

Ivy yang sedang duduk bertopang dagu satu tangan, melirik ke pintu dan melihat ada anak buahnya, seorang vampir perempuan dari golongan keturunan iblis juga seperti Leon. "Magi."      

"Ya, Ratu." Vampir perempuan bernama Magi itu pun mendekat ke Ivy dan menunduk hormat dulu sebelum dia berdiri diam di depan Ivy yang masih duduk santai dengan kaki disilangkan ke paha satunya.      

"Kau sudah banyak menggerakkan anak buahmu?" tanya Ivy.      

"Sudah, Ratu. Semalam aku dan anak buahku berhasil mengubah setengah desa menjadi vampir." Magi menjawabnya.      

"Hm, bagus kalau begitu." Ivy terdengar puas meski nada suaranya datar dan dingin seperti biasanya.      

"Tapi, Ratu ..."     

"Katakan."     

"Dalam perjalanan pulang, kami disergap beberapa iblis. Untung aku bisa melarikan diri dengan beberapa bawahanku."     

Laporan dari Magi itu cukup membuat mata Ivy berkilat dingin. "Disergap beberapa iblis? Seperti apa penampilan mereka?"     

"Ada perempuan yang berambut coklat dan berusia sekitar belasan akhir. Ada juga lelaki berambut putih. Kekuatan mereka cukup dahsyat. Yang perempuan bisa memanggil angin dan yang pria menangkap banyak vampir baru kami menggunakan kristal besar." Magi menjelaskan.      

Ivy langsung paham bahwa itu pasti Vargana dan calon suaminya, Pangeran Abvru. Ia meremas tangannya menjadi sebuah kepalan erat. Selalu dan selalu saja para kerabatnya itu mengganggu rencana dia.      

"Kelompok iblis kerap mengganggu pekerjaan kami, Ratu." Magi melanjutkan. Dia tidak mengetahui bahwa kelompok yang dibicarakan itu adalah keluarga dan kerabat ratunya. Hanya Leon yang mengetahui dengan jelas mengenai itu.      

"Hm, nanti akan aku pikirkan cara mengurus mereka." Ivy bergumam lirih sambil pikirannya menerawang akan hal lainnya.      

Magi sepertinya menyadari ratunya sedang memiliki pemikiran pelik. "Ratu, apakah ada hal yang menyusahkan hatimu?"     

"Hn, ya memang ada, dan aku masih terus terjebak dalam dilema." Ivy tidak menutupinya. Magi termasuk vampir perempuan yang dia percayai dan sering dijadikan tempat bertukar pikiran selain dengan Leon.      

"Katakan padaku, Ratu, siapa tahu aku bisa memberikan solusi." Magi mengatakan dengan tulus.      

"Duduklah." Ivy bertitah dan Magi pun duduk di salah satu kursi yang tersedia untuk para anak buah Ivy. Kursi di ruangan itu diatur bagaikan kursi di sebuah aula kerajaan dengan 1 kursi utama untuk pemimpin dan 2 deretan kursi lainnya saling berhadapan. "Aku sedang bingung, Magi."     

"Mengenai apa, Ratu?" tanya Magi yang duduk di deretan paling dekat dengan Ivy.      

"Aku dilema, apakah harus mengubah Danang menjadi vampir atau tidak." Ivy mengatakan apa yang menjadikan pikirannya terusik sejak kemarin.      

Magi sudah mengerti Danang yang mana yang dibicarakan oleh ratunya. Semua petinggi kelompok Ivy telah mengetahui akan sosok lelaki yang dicintai oleh ratunya. Karena itu, Ivy menitahkan pada semua bawahannya agar tidak mengganggu Danang dan sekaligus menjaga lelaki itu jika mereka berada di dekat wilayah Danang bermukim. "Boleh memberi saran, Ratu?"     

"Bicaralah." Ivy menantikan ini.      

"Menurutku, jika seperti yang Ratu katakan bahwa Tuan Danang sudah Anda hipnotis, jika dia diubah menjadi vampir, maka kemungkinan besar dia akan tersadar dari hipnotis Anda, Ratu." Magi mengungkapkan pemikiran dia apa adanya.      

"Hn, inilah yang membuat aku dilema sejak kemarin." Ivy tidak menutup-nutupi pada Magi. Dia banyak berkeluh kesah mengenai Danang pada Magi, karena sama-sama perempuan dan Ivy mempercayainya melebihi vampir lainnya.      

"Jika memang Tuan Danang bisa dan layak menjadi vampir untuk mendampingi Anda, Ratu, maka mengubah dia menjadi vampir adalah hal yang terbaik dan tepat. Tapi apabila dia akan syok dan ..." Magi tidak meneruskan ucapannya.      

Meski begitu, Ivy paham kelanjutan kalimat yang hendak dipaparkan Magi. Dia sudah menceritakan semua mengenai Danang pada sang vampir keturunan iblis. "Ya, aku juga tidak yakin Danang akan senang hati jika menjadi vampir. Apalagi jika dia sudah sadar dari pengaruh hipnotisku, dia mungkin saja akan marah padaku."     

Tatapan Ivy pun menerawang ke depan sana tanpa fokus ke apapun, pikirannya segera melayang ke Danang. Lelaki yang dia cintai itu pasti tidak akan membalas perasaannya andaikan dia tersadar dari pengaruh hipnotis Ivy. Bahkan bisa jadi, Danang akan melawannya dan bergabung dengan ibunya, Andrea, untuk menentang dia.      

Tidak mau! Ivy tidak mau kehilangan Danang! Ivy tidak sudi melihat lelakinya kembali pada Andrea, ibunya, saingannya. "Mungkin aku harus selamanya menggunakan hipnotisku pada Danang. Hghh ..." Ivy menghela napas.      

Magi terdiam.      

.     

.     

Malam harinya, saat Ivy sudah berada di mansion, dia kembali rindu pada lelakinya, Danang. Dia rindu sentuhan lelaki itu pada tubuhnya, dia rindu bisikan mesra Danang ketika menghentakkan diri padanya, dia rindu perlakuan manis Danang saat menyatukan diri dengannya.      

Ahh, baiklah! Ivy akan mengunjungi Danang lagi!     

Maka, setelah menunggu jam 9 lebih, Ivy bersiap untuk meluncur keluar dari mansion, berubah menjadi kupu-kupu yang terbang bergerombol keluar dari jendela kamarnya dan melesat ke sebuah arah.      

"Apakah begini kelakuanmu setiap malam?" Tiba-tiba saja ada suara di dekat kupu-kupu Ivy ketika dia baru saja beberapa meter keluar dari mansion.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.