Devil's Fruit (21+)

Semua Sudah Dipikirkan



Semua Sudah Dipikirkan

1Fruit 1019: Semua Sudah Dipikirkan      2

Andrea mengirimkan belasan lidah api ungu untuk mengitari tubuh manusia monster itu. Si makhluk menjerit-jerit ketakutan dirinya dikelilingi bola api ungu.      

"Pilih, kau mau keluar sendiri dari tubuh itu atau harus aku paksa?" tanya Andrea.      

"Hawrrghh! Bunuh saja aku! Waa ha ha ha!" Si makhluk malah tertawa keras meski dia berlutut ketakutan.      

Jika Andrea tidak melihat bahwa makhluk itu merasuki tubuh manusia, pasti dia tanpa sungkan-sungkan akan memusnahkan makhluk asap hitam tersebut. Andrea masih memiliki rasa kemanusiaan karena dia pernah menjadi manusia, dan orang-orang yang melahirkan dan juga merawat dia sedari kecil pun adalah manusia, mana mungkin dia mengabaikan ras manusia?     

"Aku kasi keringanan untuk kalian, yah ... kalo kalian mau keluar sendiri, maka aku gak bakalan bunuh kalian. Aku akan lepasin kalian balik ke majikan kalian, gimana?" Putri Cambion mencoba untuk melakukan penawaran terbaik yang bisa dia buat.      

Sedangkan anggota tim dia di dekatnya menatap Andrea seolah mereka ingin berteriak menolak keputusan Andrea. Tau bahwa timnya kurang menyetujui perkataan Andrea, istri Dante itu pun melirik ke mereka dan memberikan kerlingan penuh makna pada suaminya. Ia yakin sang suami paham.      

Tuan Nephilim sudah dua puluh tahun hidup bersama Andrea dan telah lama mengerti karakter dan juga cara berpikir sang Cambion yang terkadang nyentrik susah ditebak. Maka dia pun mengangguk, mendukung istrinya, "Ya, kalau kau keluar dari tubuh manusia itu, kau akan langsung kami lepaskan dari alam ini dan kau bisa kembali ke tempat asalmu."      

Makhluk itu berhenti tertawa dan dia mulai diam, tampaknya berpikir. "Apakah kau sungguh-sungguh dengan janjimu?"     

"Tentu. Coba aja kalo gak percaya. Tapi kalo kagak mau yah silahkan aja terus dikurung di kristal itu entah ampe kapan, gak ada jaminan." Andrea menaikkan dua bahunya, memberikan kalimat seakan dia antara butuh atau tidak pada persetujuan makhluk asap hitam itu keluar dari tubuh manusianya.      

"Baiklah!" Makhluk itu akhirnya mengangguk karena melihat sinar mata Andrea yang memancarkan kesungguhan. "Tapi biarkan aku di luar alam ini dulu!" Ia masih merasa ragu jika masih berada di dalam alam Jovano.      

Mengetahui makhluk ini membutuhkan jaminan, maka Andrea hanya bisa mendesah kecil dan berkata ke Jovano, "Jo, buka terowongan dimensi."      

Jovano paham dan mengangguk, menjulurkan tangan dan mulai membuat terowongan dimensi berbentuk lubang cacing. "Sudah."     

"Pangeran Abvru, keluarkan dia dari kristal dulu." Andrea meminta pada pangeran berambut perak. Pangeran agak enggan namun dia mau tak mau melakukan juga yang diminta Andrea. Setelah makhluk itu berada di luar kristal, Andrea berkata, "Gih, dah, pergi. Ahh, dan ini hadiah murah hati aku buatmu." Ia mengeluarkan Buah Roh Energi.      

Mata makhluk itu langsung melotot dengan mulut meneteskan liur. "Buah energi! Itu buah energi!" Dia mirip orang yang belum makan 3 hari penuh ketika melihat buah tersebut.      

"Makanya, buruan sana pergi!" Andrea melempar buah energi ke arah terowongan dimensi dan makhluk itu pun bergegas melesat keluar dari tubuh inangnya dan mengejar si buah lalu menghilang terhisap ke lubang cacing tadi, keluar dari alam Jovano.      

"Tutup, Jo." Andrea memerintahkan pada anaknya. Jovano segera menutup terowongan dimensi tadi.      

Sedangkan makhluk asap hitam lainnya menjerit-jerit di dalam masing-masing kristal sambil mereka memukuli kristal tersebut seakan ingin lekas keluar dan pergi seperti rekannya tadi. Tapi, meski mereka berteriak sekencang apapun, suara mereka teredam oleh ruang kristal milik Pangeran Abvru.      

Andrea menatap ke 8 makhluk yang masih berada di dalam kristal. "Kalian kepingin buah energi roh juga, yah?"     

Meski mereka tidak bisa mendengar apa yang diucapkan oleh Andrea, namun mereka langsung paham ketika si Cambion mengeluarkan Buah Energi Roh yang telah sepenuhnya matang dan tampak sangat menggiurkan di mata para makhluk asap hitam.       

"Kalau kalian patuh, pasti bakalan aku kasi ini." Andrea mengendus penuh penghayatan pada buah energi di tangannya yang sebesar jeruk bali dan warnanya kemerahan dengan semua emas mengkilat berpadu indah dalam satu buah. Begitulah bentuk matang sempurna si Buah Energi Roh.      

Walaupun mereka tidak dengar Andrea mengatakan apa, mereka tau bahwa buah itu bisa mereka peroleh kalau mereka keluar dari tubuh manusia dan bisa pergi santai seperti rekan mereka sebelumnya. Mereka makin beringas meneteskan liur warna bening kehitaman menjijikkan.      

"Pangeran Abvru, tolong keluarkan mereka semua dari kristalmu," pinta Andrea.      

"Tuan Putri?" Pangeran Abvru tidak menyangka bahwa nyonya Cambion tidak hanya melepaskan 1 tapi semuanya! Lalu apa gunanya dia dan yang lain susah payah menangkap?     

Dante mengangguk tegas ke Pangeran Abvru, memberi kode dari anggukan dan pijaran mata dia untuk mempercayai sang istri.      

Tidak ada pilihan lain bagi Pangeran Abvru untuk itu dan dia pun benar-benar melepaskan ke-8 orang dari perangkap kristalnya. Sembari mereka dibebaskan, Andrea membuat lubang cacing menggunakan kekuatan array dia.      

Begitu 8 orang itu dibebaskan dari kristal dan Andrea telah selesai membuat terowongan dimensi, Andrea melempar ke atas buah energi roh di tangannya, membuat 8 makhluk asap hitam segera berlomba keluar dari tubuh manusia yang mereka rasuki untuk mengejar buah energi roh menggiurkan di udara.      

Begitu 8 makhluk itu sudah keluar dari tubuh manusia, dengan secepat kilat, Andrea menghantam ke-8 makhluk asap hitam menggunakan api ungu emas dia.      

"Arrghh!" Mereka berdelapan menjerit kesakitan, tidak menduga bahwa Andrea sudah memperdaya mereka semua. Mereka tidak sempat berkata lebih lanjut karena langsung meledak menjadi serpihan asap yang menandakan mereka mati.      

"Astaga! Aunty emang paling jos kalau soal ngadalin lawan, ha ha ha!" Vargana mengelus dadanya, lega melihat apa yang telah dilakukan sang bibi.      

"He he he, yah kita jangan kalah licik ama lawan, ya kan?" Andrea terkekeh. Beruntung sekali dia teringat akan ucapan Pangeran Djanh sebelumnya bahwa jenis makhluk seperti itu paling menyukai buah energi roh. Itulah yang membuat Andrea sukses memancing mereka keluar.      

Tim Blanche lainnya ikut menghela napas lega pula. Tapi, Pangeran Abvru masih mengerutkan keningnya. "Lalu ... bukankah ada 1 yang bebas tadi?"     

Andrea menyeringai dan mendekat ke Pangeran Abvru. "Yang 1 dilepas tadi itu untuk mengetahui di mana markas mereka dan lebih bagus lagi kalau lari ke tempat majikannya."     

Dahi Pangeran Abvru makin dalam berkerut. "Tapi, bukankah tadi dia sudah bebas kabur entah ke mana, keluar dari alam ini. Bagaimana bisa melacak keberadaan dia?"     

"Karena aku udah kasi sesuatu di buah energi roh yang dia bawa, pangeran ganteng calon lakiknya Vava." Andrea mengerling jenaka ke Pangeran Abvru.      

"Ha ha, astaga, ternyata Tuan Putri Andrea memang layak mendapat julukan Cambion Hera yang cerdas." Pangeran Zaghar tidak sungkan-sungkan memuji Andrea.      

"He he, makasih untuk pujiannya, Pangeran." Andrea tersenyum sambil mengedipkan satu mata, semoga tuan Nephilim tidak cemburu. "Dan sebenarnya, lobang dimensi yang aku buat tadi itu palsu, sih! Andaikan ada salah satu dari mereka yang berhasil dapat itu buah dan kabur ke lobang itu, sebenarnya itu menuju ke terowongan yang berujung ke lautan api ungu emasku."     

"Wow! Mama sungguh jenius!" Kuro menatap kagum ke ibunya.      

Ternyata semua sudah dipikirkan oleh Andrea.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.