Devil's Fruit (21+)

Pelan-Pelan Saja



Pelan-Pelan Saja

2Fruit 1003: Pelan-Pelan Saja     0

Segera saja Pangeran Abvru berlutut di tanah di hadapan Ronh yang berdiri berdampingan dengan Myren. "Saya, Pangeran Abvru dari Kerajaan Isvax, dengan jujur dan tulus melamar putri Anda sekalian, ingin saya jadikan istri."     

"HEH?!" Semua orang terkejut mendengar ucapan lugas Pangeran Abvru. Sementara itu, Vargana hanya bisa berikan senyum kecut saja ketika kalimat gamblang itu keluar begitu saja dari si pangeran incubus.      

Segera, Ronh dan Myren secara kompak menoleh ke Pangeran Zaghar.      

Incubus dari Kerajaan Isvax yang ditatap itu langsung bereaksi, "Aku tidak tau apa-apa mengenai ini! Sungguh! Aku bahkan tak pernah tau adikku menyukai dan berhubungan dengan Vargana sebelum ini karena biasanya mereka ini ribut bertengkar."     

Sekarang, ucapan dari Pangeran Zaghar membuat semua orang kaget. Bahkan ternyata Pangeran Abvru dan Vargana kerap bertengkar?      

"Enggak, Ma! Pa, aku nggak berhubungan apapun ama dia, kok! Dia aja yang sukanya maksa aku." Vargana lekas saja memberikan klarifikasi. Memang aslinya dia tidak memiliki hubu-     

"Va, bukankah tadi kau di telaga sudah setuju kita jadi kekasih?" Pangeran Abvru memotong ucapan gadis yang sudah dia anggap sebagai pacar.     

"Telaga?"     

"Setuju?"     

"Jadi kekasih?"     

Masing-masing orang di sana saling memberikan pertanyaan berdasarkan kalimat pernyataan dari Pangeran Abvru. Vargana hanya bisa memijit keningnya. Dia terlupa mengenai yang itu tadi.      

"So ... kapan kalian bisa di telaga, hm?" Myren melipat dua tangannya di depan dada sambil menatap tajam ke putrinya dan Pangeran Abvru.      

"Aku-"     

"Segera setelah aku menarik keluar Vargana dari kuburnya, aku membawa dia mandi di telaga." Pangeran Abvru tidak memberi kesempatan pada Vargana untuk menjawab, khawatir gadis itu akan menyangkal yang sudah terikrar antara mereka dan fakta lainnya.      

Myren semakin kerutkan kening. "Jadi, kalian ... mandi bersama?"     

"Hm ... mandi bersama di teluk, malam begini, yah?" Ronh ikut menatap tajam sambil kerutkan keningnya.      

"Pa-Papa! Mama! Jangan mikir yang aneh-aneh! Aku enggak ngapa-ngapain ama dia, kok! Sumpah!" Vargana secepatnya menyangkal apa yang ada di pikiran orang tuanya.      

"Apakah keponakan aku ini masih perawan?" Andrea menatap penuh selidik ke Vargana.      

"Aunty ..." Vargana menatap memohon pada Andrea yang menatapnya curiga.     

"Sini, aku periksa kamu, Vava, untuk memastikan-"     

"Aunty, aku gak diapa-apain ama dia, kok! Cuma sekedar dicium ama dipegang-pegang!" Vargana secara panik menjawab seperti itu agar bibinya tidak memaksa untuk memeriksa betulan.      

"Ahh ..." Semua orang pun bersama-sama mendesah keras menanggapi perkataan Vargana.     

"Cuma dicium, yah?" Myren semakin pertajam tatapannya ke Vargana dan Pangeran Abvru.     

"Dicium ... hm ..." Ronh juga.     

"Jangan lupakan bagian yang dipegang-pegang juga, Kak!" Andrea memanasi.      

"Ya ampun, kalian!" Vargana memutar bola matanya, kesal karena ucapannya selalu saja dianggap keliru oleh mereka. "Hghh!"     

"Kamu beneran dibegitukan, Var?" tanya ibunya.      

Pangeran Abvru segera saja berlutut lagi di depan Myren. "Oleh karena itu, Jenderal, Tuan Putri Myren ... ijinkan saya melamar putri Anda menjadi istri saya. Dia ... aku ... aku sudah memegang-megang dia, jadi ... biarkan saya bertanggung jawab mengenai perbuatan saya ini."     

Myren melirik ke suaminya. Dan Ronh juga menatap istrinya sambil melirik pria incubus yang sedang berlutut di depan dia dan Myren.      

"Jadi ini gimana, nih Kak? Kawinkan aja lah mereka, daripada maksiat, daripada timbul fitnah dari tetangga," ucap Andrea.      

Myren putar bola matanya mendengar perkataan adiknya, dikira ini di Indonesia? "Gak gitu juga, dong Ndre!" Ia melotot ke adiknya.     

Putri Cambion terkikik karena membuat kakaknya sebal, lalu dia bicara lagi, "Lah, Kak Myren sebenarnya setuju gak sih kalo Vava dikawinin ama pangeran ini?"      

Myren menatap ke Pangeran Abvru, lalu melirik lagi pada suaminya. "Aku sih bukannya masalah setuju apa enggak yah sebagai orang tua. Cuma ... usia Varga kan masih kecil banget! Masih 16 tahun! Yah, sebentar lagi emang 17 tahun, sih! Dan lagian, dia juga masih sekolah!"     

"Berarti itu artinya kalo Vava udah kelar sekolah, mereka boleh kawin?" Andrea mendesak secara halus.      

"Tsk! Kompormu, yah Ndre." Myren melirik kesal ke adiknya yang pintar membujuk pakai desakan. "Yah, kan sudah aku bilang kalo aku kagak mempersoalkan setuju apa enggak, tapi saat ini yang jadi perhatian aku tuh soal umur ama sekolah Varga."     

Myren tentu saja berpikir bahwa tidak ada salahnya memiliki menantu dari Kerajaan Isvax. Itu bukan kerajaan kecil dan tidak memalukan jika anaknya diperistri oleh seorang pangeran kelas bangsawan elit. Ia pun mengirimkan telepati pada suaminya dan berdiskusi melalui itu.     

"Kami tidak keberatan jika memang Vargana bersedia, tapi harus menunggu Vargana berusia 18 tahun atau lulus sekolah SMA dia." Ronh yang telah mencapai kesepakatan dengan sang istri melalui telepati pun berbicara sebagai perwakilan orang tua Vargana.      

"Tuh, buruan bangun, Pangeran, udah disetujui, tuh!" Andrea menepuk bahu Pangeran Abvru yang masih berlutut di depan Myren dan Ronh.      

"Eehh ... Aunty! Kan akunya belum jawab mau apa enggak!" Vargana buru-buru bicara.      

"Lah, katanya si pangeran ini kamu udah mau jadi pacar dia." Andrea masih ingat.      

"I-itu ... itu atas dasar paksaan, Aunty! Harus mau nerima atau aku bakalan dilecehin dia." Vargana mengerucutkan bibirnya tanda kesal sambil menuding Pangeran Abvru.      

"Astaga ..." Kuro sampai memekik tertahan mendengar kalimat Vargana.      

"Ya ampun ..." Kyuna ikut menahan keheranan dia.      

"Terima atau dilecehkan? Waahh ... ck ck ck ..." Myren geleng-geleng kepala.      

"Adik!" Pangeran Zaghar langsung maju ke depan untuk memarahi adiknya. "Kenapa kau melakukan hal serendah itu? Memalukan saja!"     

"Tapi, Kak ..." Pangeran Abvru memandang memelas pada kakaknya. "aku sangat menyukainya. Aku ... aku mencintainya, dan aku tak ingin lagi menutupi itu. Memangnya salah kalau ingin mendapatkan gadis yang kita dambakan?"     

Pangeran Zaghar tak bisa bicara, sementara masalah dia dengan Shona saja belum tuntas. Meski Shona dan Zevo masih ada di Istana Berlian, tapi dia belum juga mendapatkan kesempatan bicara dengan si gadis putri Revka.     

"Va, mendingan kamu terima, deh!" Jovano membujuk sepupunya. "Punya seseorang yang mencintai kita tuh sesuatu yang membahagiakan, loh!"     

"Iihh, Jo ... kok kamu malah belain dia, sih?" Vargana cemberut.      

"Lah, emangnya kamu kagak demen ama dia, yah?" tanya Jovano.     

"Bukan soal suka apa enggak, Jo!"     

"Lalu soal apa, dong?"     

"Dia itu pemaksa."     

"Yah, kalau gitu apa kamu mau kalo enggak dipaksa?"     

"Yah, mau aja sih, tapi kan sebel ka-"     

"Nah, udah mau, ya kan? Kasus ditutup kalo gitu." Jovano tersenyum menang.      

Vargana mendelik ke sepupunya, sadar bahwa dia kena jebakan mulut licin Jovano. "Ugghh ... Jo nyebelin, ihh!"     

"Va ..." Pangeran Abvru sudah beralih berlutut di depan Vargana. "bagaimana biar kamu mau menerima cintaku?"     

"Ouwwhh ... so sweet banget, ya ampun ... jadi iri ..." Kuro dan Kyuna saling meremas tangan melihat betapa romantisnya adegan di depan mereka. Voindra terkekeh geli melihat baru kali si kakak kelihatan kesal dan kelimpungan hanya karena cinta.     

"Tuh, Va ... ditanyain, tuh!" celetuk Andrea.      

"Kalo emang kamu gak mau ama Pangeran Abvru, yah mendingan kalian gak usah ketemu lagi aja daripada sakit hati salah satunya karena cinta bertepuk sebelah tangan." Jovano memberikan pancingan.      

Vargana segera saja merasakan ada yang berkerut tak nyaman di hatinya akan ucapan Jovano. "Aku ... aku kan gak bilang gak demen dia. Aku cuma ... butuh pelan-pelan, gak dipaksa ..."      

"Nah, Pangeran ... mulai sekarang kamu harus pelan-pelan aja ama Vargana. Jangan ngotot, jangan napsuan, yah! Biar ponakan aku ini nggak panik. Maklum, belom pernah punya pacar." Andrea menepuk dan merangkul pundak Vargana.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.