Devil's Fruit (21+)

Tamu Dewasa Datang



Tamu Dewasa Datang

2Fruit 803: Tamu Dewasa Datang      0

"Oh ya, itu kado untuk Zivena, loh!" Danang menunjuk ke mobil mainan yang diturunkan oleh kurir toko.      

"Ini elu yang beli, Nang?" tanya Andrea sambil menghampiri mobil merah muda bergambar hello kitty di pintunya.      

"Iyalah! Gue milih bareng Ivy." Danang berucap dengan pose bangga.      

"Kyaaa!" Zivena terlihat antusias melihat hadiah untuknya. Ia berontak ingin diturunkan, dan ayahnya menuruti. Bocah 2 tahun itu langsung saja mendekat ke hadiah dia dan membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya, duduk tenang di kursi tunggal di sana. "Aku suka! Suka! Suka!" jerit dia dengan wajah berbinar.      

"Ha ha … pilihan gue emang tepat!" Danang lega Zivena menyukai hadiah darinya.      

"Tak bisa jalan." Zivena cemberut sedih karena mobil itu tak bisa dijalankan.     

"Itu mobil yang pake baterai itu, ya kan Nang?" tanya Andrea.      

"Iya. Mungkin harus di charge dulu bentar baterainya." Danang berujar, namun ucapannya menguap begitu mobil merah muda menyolok itu sudah bisa dijalankan.      

"Ahak! Kyaaahh! Asiikkk!" Zivena sudah berteriak gembira ketika akhirnya mobil sudah bisa meluncur di teras rumah, berputar-putar di sana, lalu masuk ke dalam rumah.      

"Lah, ternyata masih ada baterainya, tuh!" ujar Danang. Dia tak tau saja ketika Dante menyalurkan kekuatan listrik dia ke mobil tersebut.      

"Yodah, yuk masuk!" Andrea pun mengajak Danang untuk masuk. "Bentar lagi tamu dewasa pada datang." Lalu si Cambion menoleh ke Ivy yang berjalan di dekatnya. "Dan kau, nona muda … gak boleh lagi keluar dari rumah tanpa ijin ke kita, oke?"     

"Udah, gak usah dimarahi, lah … gak kenapa-kenapa juga." Danang membela Ivy.      

Sementara itu, Zivena sedang asik berputar-putar di dalam rumah sambil mengendarai mobil hello kitty dia.      

"Zizi … ayo, sini dulu, bilang apa ke Om Danang yang belikan kamu mobil?" Dante memanggil putrinya yang masih asik memutari ruang tengah nan luas.      

Bocah balita itu segera hentikan mobilnya di depan Danang dan keluar segera lalu meraih tangan Danang dan mencium layaknya adat orang Jawa yang cium tangan ke yang lebih tua sebagai tanda hormat. "Terima kasih, Om. Zizi suka sekali! Warnanya bagus! Jalannya juga bagus, apalagi ada gambar hello kitty-nya, itu … amazing! Zizi seperti punya mobil pribadi, nggak nebeng lagi, dan tidak bisa dipakai untuk ngebut. Yah, itu justru bagus, sih, karena mengebut itu kan berbahaya, bagi diri kita sendiri dan juga orang lain, ya kan?"     

Danang melongo. Batinnya: "Ini bocah ngapa yak?" Ia heran luar biasa bocah 2 tahun sudah lancar sekali bicara dan ceramah pula! Ia menoleh bingung ke Andrea dan Dante sambil berkata, "Kalian dulu ngadonnya gimana, sih, ampe keluarnya kayak gini?"     

Andrea tertawa ngakak dan kemudian menepuk pundak Danang sambil berkata, "Biasakan aja, bruh! Biasakan. Ha ha ha!"      

Akhirnya Danang tiba di halaman belakang dan dia takjub melihat lorong pohon sakura dan di belakang sakura itu ada hamparan tanah berumput halus yang di atasnya terdapat karpet warna warni. "Edun ini!"     

Tak lama, teman-teman Andrea pun berdatangan satu demi satu. Ada yang mengajak keluarganya, ada yang hanya diturunkan saja oleh suaminya dan ditinggal untuk nanti dijemput lagi jika sudah usai acara.      

"Selamat datang, silahkan masuk ke dalam dan silahkan menikmati jamuan hidangan dari kami, dan terima kasih atas kedatangan kalian." Zivena menyambut mereka dengan suara lucunya meski kalimatnya tertata sempurna.      

"Ya ampun, anak elu, Ndre!" pekik salah satu tamu. "Bukannya dia kemarin belum bisa ngomong, yah!"     

"Ho-oh! Waktu itu malah dia cuma tatatiti wawawiwi gak jelas, kan? Lah sekarang tau-tau udah lancar aja ngomongnya."     

"Iya, betul! Sekalinya bisa ngomong, udah kayak shinkansen (kereta cepat/bullet train di Jepang)."     

Andrea cuma tertawa ringan sebagai tanggapan. Mereka juga tak lupa mengucapkan selamat ulang tahun pada Zivena sambil menyerahkan kado masing-masing. Tak lupa hadiah ciuman pipi juga diberikan ke Zivena oleh para emak-emak.     

Sedangkan Danang, masih duduk nyaman di dekat pohon sakura sambil minum teh sakura bersama Ivy. Danang meminta Ivy menemaninya karena dia tidak terlalu kenal dengan teman-teman Andrea, dan Ivy juga tidak keberatan.      

Tak usah lihat bagaimana tampang Gavin di dalam mansion sana melihat Ivy malah duduk tenang bersama Danang. "Kok hime aku malah ama om-om, sih?" ujar Gavin dengan suara nelangsa.      

Sementara itu, Andrea bersama Dante dan Zivena pun menyambut para tamu yang datang.      

"Etdah, Ndre! Kok ternyata pada bawa anak ma suami? Itu malah ada tempat main air segala! Tau gitu gue tadi juga ajak anak ma lakik gue!" keluh salah satu tamu.      

"Lah apa elu kagak baca pemberitahuan tambahan dari si sultonah ini? Kalo boleh bawa suami ama anak karena ada kolam renang." Yang lainnya menyahut.     

"Yaahh … gue kagak baca berarti …" Dia terlihat kecewa.      

"Ya udah tinggal telpon aja lakik lu suruh sini bareng anak elu, rempong amit lu, neng!" sahut yang lainnya lagi.      

Wanita itu pun terkekeh dan menelepon suaminya. Tadi dia datang dengan taksi.      

Tak berapa lama, area belakang mansion pun dengan jeritan anak-anak yang berlarian dan bermain air, sedangkan para orang tua duduk santai sambil mengobrol ditemani hidangan yang lezat.      

"Andrea, lu beneran udah jadi sultonah lu sekarang di Jepang, yak!"     

"Ahh … cuma sekedar beruntung doang, kok!" Andrea merendah.      

"Beruntung dapet si Dante, gitu yah?"     

"Uhh … andai dulu gue gigih ngejar Dante …"     

"Alah elu, Mpok!" Andrea menepuk lengan orang yang baru saja bicara. "Jadi, lu sekarang mo gimana, nih? Ngejar lakik gue?"     

"Boleh, gak? Hi hi …" Wanita itu malah terkikik geli dengan gaya bercanda.      

"Woaahh … gelut kita!" Andrea berlagak menyingsingkan lengan pendek bajunya dari bahan brokat.      

Mereka pun tertawa lalu bercanda lagi hal lainnya, sementara yang lain mulai berdatangan dan berkumpul di taman belakang.      

Gavin akhirnya nekat dan turun ke taman belakang dan bergabung dengan Danang dan Ivy. Ia tak tahan jika Ivy berduaan saja dengan lelaki seumuran ibu sahabatnya, Jovano.      

Sedangkan Myren dan keluarganya sudah pulang sejak tadi. Dan keluarga Shelly pun turun juga sesudah Gavin karena bagaimana pun, teman-teman yang datang juga merupakan teman Shelly.      

Segelintir gadis remaja yang diajak ke sana oleh orang tuanya menatap takjub ke Jovano. Mereka sekitar berumur 10 sampai 14 tahun. Jarang yang menikah muda seperti Andrea.      

Gadis-gadis belia itu mendekat malu-malu ke Jovano dan berupaya mengajak ngobrol bocah tampan perpaduan Asia dan Eropa tersebut. Karena Jovano juga orang yang rendah hati serta mudah beradaptasi, dia dengan santai menanggapi mereka, membuat para gadis bau kencur itu semakin melambung.      

Ivy yang biasanya protektif ke kakaknya, kali ini hanya diam santai melihat Jovano ditempeli 2 gadis belia. Ia tenang di karpetnya bersama Danang. Di dekatnya juga ada Gavin, Kuro, Kiran, Alyn dan Kevon.      

Tak berapa lama, keluarga Pangeran Djanh datang juga, lengkap dengan Revka, sang istri, dan juga anak-anak mereka: Zevo, Shona, Xavea, dan Romanov.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.