Devil's Fruit (21+)

Menggiring Ikan Pada Kail



Menggiring Ikan Pada Kail

1Fruit 806: Menggiring Ikan Pada Kail      3

Kesuksesan pameran yang diikuti Danang membuat dia juga dikenal banyak orang. Meski orang-orang yang terbujuk oleh promo halus dari Andrea dan kelompoknya, namun orang-orang itu mengakui bila craft dari Danang memang bagus dan layak mereka beli.      

Tak heran jika akhirnya akun instagramm craft Danang diserbu orang untuk di-follow dan banyak juga yang tertarik untuk membelinya.      

"Nang, napa lu kagak buka toko craft di sini aja?" tanya Andrea ketika Danang menceritakan dampak kesuksesan pameran itu pada dia dalam akun instagramm dia.      

"Gila lu, ahh! Mehong sewa tempat di Jepang, woi! Bisa abis semua modal gue cuma untuk bayar toko setahun doang! Ha ha ha!" Danang merespon chat dari Andrea.      

"Ya udah, gue bantu urusan sewa, gimana? Lu cuma tinggal isi tokonya aja. Lu bisa nyicil duit sewa ke gue sebulan sekali atau lu yang manage soal pembayaran, dah!" Andrea memberikan solusi.     

"Gak ahh!" tolak Danang terang-terangan. "Gue gak mau ketergantungan ama kebaikan lu, Ndre."     

Andrea tersenyum kecut membaca jawaban chat Danang. Ia langsung berpikir bahwa Danang mungkin mengedepankan harga diri dia sebagai lelaki, makanya enggan menerima bantuan besar dari Andrea.      

Si Cambion tau persis watak Danang yang tidak terlalu senang terus menerus dibantu. Dan dia tidak menyangka watak itu masih saja dibawa Danang hingga dewasa begini. Kalau dulu Danang enggan menerima bantuan seseorang, terutama bersangkutan dengan uang, karena keluarga dia tergolong kaya meski bukan yang ala milyader, tapi cukup kaya.     

Namun, sejak ibunya meninggal, Danang menjadi yatim piatu dan mencoba bertahan hidup dari harta warisan orang tuanya dan setelah itu memutuskan hengkang ke Bali untuk bekerja sebentar di workshop milik teman dia dan akhirnya memberanikan diri membuka usaha craft sendiri meski berdarah-darah pada awalnya.     

Kini, dengan bantuan Andrea, dia mulai memetik hasil dari kerja keras dia, masa penantian lama itu akhirnya sampai di ujung.      

Walau sesungguhnya Danang tak enak hati karena Andrea kerap membantu dia, tapi harga diri dia masih cukup menerima jika bantuan Andrea hanya sekedar menyebarkan craft dia dan mempromosikannya saja.     

Tapi, jika Andrea membantu secara langsung menggunakan uangnya, Danang tak mau. Bukan bermaksud untuk seksis, tapi dia sudah menanamkan ideology bahwa lelaki harus kuat dan tidak terlalu tergantung secara finansial pada seorang wanita, kecuali ibunya.      

Meski anak mama (kata Andrea), namun ini memicu Danang untuk menempa dirinya lebih dan lebih mandiri.     

"Oke, gue bantu promo-promo aja, gak apa, kan?" tanya Andrea lagi.      

"Gak apa, gue malah makasih kalo lu ngelakuin itu, Ndre," balas Danang.      

"Kalo ntar gue bikin resto atau toko yang bernuansa Indonesia, lu mau gak jadi supplier toko atau resto gue. Jadi elu produsennya, gue yang beli untuk gue pajang di toko gue, gitu kira-kira." Andrea menerangkan ke Danang mengenai rencana ke depan dia dalam bekerja sama dengan Danang.      

"Gak apa, sih. Pokoknya mendingan ini sistemnya beli putus aja, biar gak neko-neko en gak njelimet ntar ujungnya, oke?" jawab Danang.     

"Oke." Andrea setuju. Ini memang sudah pernah dikatakan oleh Danang di Bali waktu itu. "Oh ya, Nang … saran, nih! Lu bikin katalog, deh! Gimana? Gue ama keluarga gue bersedia jadi modelnya, kok! Kagak usah dibayar pun gak masalah."     

Danang berpikir sebentar. Membuat katalog? Dia sempat berpikir mengenai itu dari bulan-bulan lalu, apalagi sekarang toko craft dia makin dibanjiri pesanan sejak pameran di Omotesando, Jepang.      

Dia memang harus memperluas aspek bisnis dia dan memudahkan orang untuk mencari dan memilih produk dia.      

Mengenai Andrea dan keluarganya menjadi model di katalog craft dia, dia yakin itu akan menjadi daya tarik tersendiri di mata konsumen. Yah, tidak mengapa. Tapi … membayar keluarga Andrea untuk sebuah pemotretan katalog … Danang hanya bisa tertawa miris dalam hatinya.     

Membayar keluarga Andrea? Keluarga yang kekayaannya sudah tidak bisa dibayangkan Danang. Bagaimana dia hendak membayar mereka nantinya? Berapa nominal yang pantas untuk dibayarkan ke Andrea dan keluarganya?     

Memang, Andrea sendiri sudah menyatakan bahwa dia tidak berharap dibayar dan tidak ingin dibayar, yang menandakan wanita itu hanya ingin membantu dia semata.      

Danang berpikir, mungkin ini dilakukan Andrea karena mengingat persahabatan mereka dari kecil, makanya Andrea bisa semudah itu menawarkan bantuan.      

"Oke. Deal, gue bakal bikin katalog dan kalian modelnya." Akhirnya Danang memberikan persetujuan dia atas usul Andrea. "Tapi gue gak mau maksa siapa-siapa aja yang bakalan lu ajukan jadi modelnya, yak! Semua terserah elu aja siapa yang berminat jadi model."     

"Sip! Ntar gue tawarin ke mereka siapa yang kepingin jadi modelnya craft elu."     

"Ndre, tapi gue punya syarat."     

"Apaan? Jangan yang susah-susah, yak!"     

"Syaratnya … gue ngasih satu set perabot kamar dari bambu ke elu en lu gak boleh nolak en gak boleh bayar."     

Andrea termenung membaca balasan chat dari sahabat masa kecilnya. Kemudian dia teringat lagi bahwa Danang ini harga dirinya begitu tinggi, tak mau begitu saja menerima bantuan.      

"Oke, deal!" ketik Andrea dan tersenyum.      

"Pesanan elu yang satu set kamar tidur bambu, itu susah gue balikin duitnya karena udah masuk rekening dan udah gue pakai untuk pameran kemarin. Jadi, ini ntar gue kirim lagi satu set kamar tidur bambu. Lu bisa tanya ke anggota keluarga lu, mana dari mereka yang kamar tidurnya kepingin berinterior bambu." Danang memberikan penjelasan.      

"Oke, nanti gue tanya dulu ke mereka. Ntar gue kabarin soal itu. Lu juga buruan kasi tau gue soal katalog elu, yah! Ntar gue ma keluarga gue bisa datang ke sono lagi kalo akhir pekan." Andrea menuliskan demikian pada balasan chat.      

"Deal."     

Chat pun diakhiri.      

Setelah Andrea bertanya ke anak-anaknya, ternyata Ivy yang paling antusias ingin mempunyai kamar tidur berinterior bambu.      

Andrea pun menyampaikan itu ke Danang. "Nang, Ivy yang berminat. Lu bisa mengira-ngira interior untuk bocah cewek, kan?"     

"No problem," sahut Danang.     

Maka, di akhir pekan selanjutnya, rombongan Andrea dan beberapa pelayan Tropiza sudah tiba di Bali. Kali ini, Andrea menggunakan Alam Cosmo untuk memudahkan semua terangkut dan dia cukup berteleportasi dengan Dante ke Bali untuk menyingkat waktu.     

Pemotretan untuk katalog craft Danang pun dilakukan di showroom milik Danang dan sesekali secara outdoor, mencari spot yang menarik sebagai latar belakang foto.      

Hasilnya? Luar biasa indah dan terkesan elit. Danang dan Andrea puas akan hasilnya. Mereka senang upaya mereka tidak sia-sia karena menghasilkan sebuah katalog yang indah sekaligus eksotik bernapaskan nuansa Indonesia.     

Danang lekas memajang katalog itu pada akun dia dan juga menautkan akun milik Andrea dan juga Tropiza.      

Tanggapan konsumen sangat positif dan itu membuat pemesan semakin membludak di DM instagramm Danang.     

Danang sungguh berterima kasih pada Andrea mengenai kesuksesan yang dia dapatkan. Semua memang berkat Andrea, meski Cambion itu tidak membantu dengan langsung memberi uang, namun Andrea "menggiring ikan pada kail" untuk Danang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.