Devil's Fruit (21+)

Pemilihan Menu Joglo Fiesta



Pemilihan Menu Joglo Fiesta

0Fruit 809: Pemilihan Menu Joglo Fiesta     
2

"Yank, ingin kamu namakan apa restoran yang ini?" tanya Dante ketika pembangunan sudah setengah jadi.     

"Hm … Joglo Fiesta." Andrea mantap menjawab. "Bagaimana?"     

"Pesta joglo?" tanya Dante.      

"Iya, joglo kan nama bentuk rumah di Jawa, dan aku aslinya juga dari Jawa, jadi … biar gak lupa aka raja, sih. He he …" Andrea mendedikasikan nama ini untuk Oma dan Opa yang berasal dari Jawa.      

Tuan Nephilim mengangguk setuju saja karena dia mister bucin. "Kalau begitu, kita tentukan apa saja menu makanannya."     

Andrea mengundang Shelly yang juga lebih berwawasan mengenai kuliner. "Ayo, beb, kita pilih menu yang kira-kira asik!"     

"Harus ada rendang." Shelly berkomentar. "Itu sudah jadi ikon makanan Indonesia di manapun negaranya. Mereka selalu ingin menjajal makan rendang."     

"Oke, rendang. Ada lagi lainnya?" Andrea mencatat.      

"Soto betawi!" Shelly berujar lagi.      

"Sop konro?" tanya Dante tak yakin. Meski dia bukan manusia asli, tapi dia sudah mengetahui banyak kuliner dari beberapa negara termasuk Indonesia, meski belum mempelajari semuanya.      

"Sop konro?" Andrea mengulangi. "Sudah ada soto betawi. Gimana kalo konro bakar aja?"      

"Ahh, iya tuh! Konro bakar … enak!" Shelly bersemangat.      

"Oke, soto betawi ama konro bakar. Ada lagi? Ahh, rendang juga!" Andrea menulis di notesnya.      

Dan setelah merundingkan, maka ditentukan menunya adalah: rendang, soto betawi, konro bakar, rawon, opor ayam, garang asem hitam, soto tauto, pecel, gado gado, nasi liwet, mangut beong (mangut sejenis ikan lele), sate maranggi, ayam taliwang, ayam geprek, ikan bakar manokwari, sate kakul (sate kerang), sate lilit, mie celor, model, gurame bakar, dan lontong orari.     

Andrea dan Shelly menatap puas pada daftar menu makanan utama yang mereka selesai rundingkan. Ada banyak jenis makanan khas dari berbagai daerah dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, Indonesia Timur, bahkan Papua!     

"Banyak sekali, yank. Apa aku sanggup memasaknya nanti?" Dante menatap daftar makanan tersebut.      

"Kan ada lemari copy paste." Andrea menyahut. "Kita masih punya 4 lemari bekas acara ulang tahun Zizi kemarin, kan? Pakai aja itu, biar gak repot."     

"Tidak itu, yank. Maksudku … apa aku paham cara memasak semua makanan tadi." Dante lebih spesifik menjelaskan maksud dia.     

"Oohh …" Andrea pun paham. "Kalo gitu, gampang. Kita nanti bisa datang ke daerah-daerah itu dan ngintip cara bikinnya. Simpel, kan?" Ia memberikan saran.      

Shelly sampai tertawa kecil akan pemikiran sederhana Andrea yang terkadang memang out of the box sekali.      

Dante terkekeh sambil menggaruk kepalanya. Dengan mudahnya sang istri memberi solusi. Tinggal teleportasi ke daerah tersebut, mencari mana restoran paling enak di sana, dan meniru pembuatannya secara diam-diam.      

"Ha ha, Ndre, ntar kamu bisa dituntut plagiat, loh! Ha ha!" Shelly sampai tertawa belum henti.      

"Ha ha, emangnya ada gitu plagiat makanan? Pfftt!" Andrea membalas. "Oke, sekarang kita tentuin camilannya."     

Setelah berunding dengan Shelly, mereka sudah memutuskan adanya camilan: pempek, rujak buah, pisang ijo, klepon, serabi, pancake durian, cireng, bika ambon, tahu bakso, seblak, panada, dan wajik.     

Untuk minuman, mereka sepakat memilih: es dawet, bandrek, sekoteng, wedang ronde, bubur kacang hijau ketan, bir pletok, bajigur, wedang uwuh, mina sarua, sarabba, es soda gembira, wedang teh jahe, wedang secang, tuak, kunyit asam, es buah kawista, es teller, es selendang mayang, limun sarsaparilla (cola jawa)     

Maka, sesuai dengan rencana Andrea semula, dia dan Dante sudah memulai perjalanan mereka keliling Nusantara Indonesia menggunakan kekuatan magis mereka, teleportasi, dan kemudian bertanya ke masyarakat sekitar mana restoran yang menyediakan makanan khas paling enak di daerah tersebut, lalu keduanya akan menyambangi dan mencicipi sebentar.     

Jika sesuai dengan selera lidah Andrea, maka dia akan mengangguk dan akan diam-diam bersama Dante, mengintip cara pembuatannya untuk ditiru.      

Apa ini termasuk plagiat? Ho ho ho, rasanya tidak, karena namanya kuliner apalagi yang sudah warisan nenek moyang, tentu sudah turun temurun resep dan cara pembuatannya, jadi sepertinya mereka tidak melakukan plagiat.     

Dante berkonsentrasi melihat cara pembuatannya dan menaruhnya dalam memori dia untuk bisa membuat sendiri nantinya.      

Selain itu, jika dirasa bahan-bahannya susah ada di Jepang, maka Andrea akan memilih supplier bahan saja yang akan menjadi pemasok dia.      

"Dan, bisa ingat semua resep dan pembuatan yang tadi, kan?" tanya Andrea usai mereka selesai mengintip cara membuat garang asem hitam.      

"Sudah. Aku merekamnya diam-diam dan tinggal aku putar balik nantinya kalau di rumah." Dante memperlihatkan kamera mini yang dia genggam.      

"Siiipp!" Andrea acungkan ibu jarinya ke sang suami.     

Tuan Nephilim mendekat ke wajah Andrea sambil berbisik di dekat telinga sang Cambion. "Ini harus dibayar dengan pantas, loh yank."     

"Hah?" Andrea seketika menoleh sambil terkejut. Namun, melihat raut mesum sang suami yang amat dia kenali, ia pun menampar perut Dante sambil merona. "Kebiasaan, deh!"     

Dante terkekeh kecil. "Satu resep, satu ejakulasi."     

"Etdah!" seru Andrea ketika mereka sudah jauh dari restoran tadi. "Emang sanggup, tuh? Inget, ada berapa banyak makanan ama minuman yang aku tulis di daftar, hm?" Ia menatap sang suami, seolah menantang.      

"Dengan aku sekarang memiliki tubuh dan darah iblis, mana mungkin aku bisa cepat lelah, hm?" balas Dante sambil dekatkan lagi wajahnya ke wajah sang istri. "Menggempurmu sampai 3 hari non stop juga aku sanggup, yank. Cuma … kamunya sanggup, tidak?"     

Ada tatapan pancingan yang menantang di mata Tuan Nephilim.      

"Ogah, ahh! Ntar aku bayar pake duit aja!" Andrea langsung saja berjalan meninggalkan suaminya.      

"Yank! Ughh … sayank!" Dante mengejar dengan batin gemas. Dalam hatinya dia sudah menggeram: awas saja kalau sudah aku tindih nanti.     

Andrea tertawa senang melihat suaminya kesal.      

Mereka kembali berteleportasi ke daerah lain dan muncul bagai sepasang pelancong biasa.      

"Dan, aku jadi kepingin pajang snack khas Indonesia di Joglo Fiesta kita, deh!" Andrea tiba-tiba saja terpikir mengenai itu. "Kalau yang itu, nanti kita beli ke produsennya aja. Yah, itung-itung ngasi mereka keuntungan, lah!"     

"Snack macam apa, yank?" tanya Tuan Nephilim.     

"Seperti peyek kacang, peyek teri, krupuk ikan tengiri, kerupuk terasi, keripik pisang, keripik singkong, yang dikemas pakai plastik gitu. Biar kuliner Indonesia bisa lebih ngetop di luar negeri!" Suara Andrea begitu bersemangat.      

"Yah, aku sih setuju saja." Dante mengangguk.     

"Ya lah, kau kan mister bucin, ha ha ha!" goda Andrea.     

"Dan mister bucin ini harus diberi bayaran yang setimpal dengan kebucinannya, ya kan yank?" Dante merengkuh pinggang sang istri dengan sinyal pandangan penuh makna.     

"Dante, isshh … ini masih di tempat umum, woi!" Andrea berusaha lepas dari pelukan sang suami, namun Dante sudah membawanya ke sebuah tempat menakjubkan bernama Batu Payung di Tanjung Aan di Lombok Tengah.      

Di sebuah batu besar yang menjulang tinggi dan susah digapai manusia, Dante sibuk membuat Andrea melenguh dan merintih bahagia ketika mereka saling menggapai puncak asmara.      

Dasar mister bucin.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.