Devil's Fruit (21+)

Menyambangi Restoran di Nusantara



Menyambangi Restoran di Nusantara

1Fruit 810: Menyambangi Restoran di Nusantara     2

Andrea sampai geleng-geleng pada hasrat sang suami yang kadang tak tau situasi kondisi, main seret saja sesuka hati dan ia pasti akan takluk meski pada awalnya menolak.     

Itu karena Dante sudah sangat paham di bagian mana sang istri akan menyerah jika disentuh dengan intens. Maka, tak heran jika pada ujungnya, Andrea akan terus melenguh dan orgasme berkali-kali.      

Seperti kali ini juga, setelah usai di Batu Payung yang sangat tinggi, Dante langsung membawa ke Gunung Rinjani dan hendak melanjutkan hasratnya di bagian puncak yang paling indah.      

Namun, tiba-tiba saja siluman penunggu di Gunung Rinjani muncul, hendak menghardik dua sejoli yang tak kenal tempat bila hendak menuntaskan hasrat birahi mereka.      

Tiba-tiba, anehnya, siluman penunggu Gunung Rinjani langsung urung ketika mendekat ke Dante dan Andrea. "Ma-maafkan hamba yang tak tau diri ini, Tuan dan Nyonya." Siluman itu mundur teratur dan lari kabur secepat mungkin begitu tau aura dari Dante dan Andrea.      

Dante dan Andrea yang sempat kaget akan kemunculan siluman besar tadi, kini kembali santai dan meneruskan keasikan mereka.      

Tuan Nephilim membelah diri alias memunculkan kloningnya, sementara Andrea pasrah menerima hujaman pada liang ketat lembab dia dan juga pada mulutnya.      

Baju Andrea sudah koyak karena robekan tak sabar dari Dante dan memunculkan kemulusan kulit sang Cambion yang tak bercela sedikit pun, apalagi payudara Andrea bergerak erotis sesuai dengan hentakan Dante, menjadikan itu hal yang menggugah libido Dante lebih tinggi dan menjangkau dua payudara yang tetap kencang dan besar meski sudah memiliki 3 anak.     

Ini adalah keberuntungan Andrea yang memiliki darah Succubus sehingga tubuhnya masih terus memikat. Untung saja kini Andrea sudah mahir mengontrol aroma Succubus dia, sehingga tidak lagi menimbulkan malapetaka untuk dirinya sendiri.      

Dan hanya pada Dante saja aroma khas itu dia keluarkan agar menambah pacu semangat pada Tuan Nephilim.      

Usai menuntaskan semua birahinya, Dante pun menyulap Andrea agar tubuh hampir telanjang sang istri kembali tertutup baju.     

Andrea melihat pemilihan baju yang dia kenakan dari sang suami, dia terkekeh geli. Bajunya tertutup rapat dari leher hingga ujung kaki. Apakah Dante cemburu jika baju Andrea mini dan mengungkapkan keseksian tubuhnya?     

"Ayo turun," ajak Dante pada Andrea dan menggandeng tangannya menuruni Gunung Rinjani. Semua siluman di gunung itu memilih menghindar dari jalan Dante dan Andrea. Mereka tau diri bahwa mereka jauh lebih lemah daripada kedua sejoli itu.      

Dan ketika keduanya bertemu dengan para pendaki gunung di sana, mereka dengan santainya menyapa sambil lalu ke para pendaki dan meneruskan turun.     

Para pendaki hanya bisa melongo melihat dua orang yang memakai baju kasual dengan santainya menuruni Rinjani. Sementara, mereka memakai baju khusus pendakian gunung! Kenapa Dante dan Andrea bisa pakai baju santai dan tanpa membawa perlengkapan naik gunung apapun.     

"Mungkin mereka siluman?"     

"Hiiyy! Bisa jadi! Mana ada orang yang pakai baju jalan-jalan begitu dan tanpa tas ransel seperti kita?"     

"Tapi … kok siluman bisa muncul bergandengan, sih? Kan biasanya kalo yang kayak gitu, tuh … solo karir aja kalo menampakkan diri."     

"Halah, auk dah!"     

Para pendaki itu membicarakan keanehan dari kemunculan Dante dan Andrea. Seberapa keras mereka berpikir dan berspekulasi pun tetap saja tidak menemukan makhluk apa Dante dan Andrea.      

Kini Dante dan Andrea sudah tiba di daerah lain di pulau Jawa. Hari sudah malam dan mereka menuju ke sebuah restoran yang dikatakan memiliki menu khas daerah itu yang sangat enak.      

Mereka pun memasuki restoran tersebut dan Andrea menatap aneh pada sepasang pocong yang berdiri di dalam restoran.      

Kedua pocong yang menyadari kemunculan Dante dan Andrea pun mulai cemas. Apalagi ketika mata Andrea sinis menatap tajam ke mereka.      

"Hiyaaa!" Salah satu pocong memutuskan menghilang kabur dari sana. Dan akhirnya disusul satunya lagi.      

"Kenapa ada poci di sini, yah?" tanya Andrea melirihkan suara. Namun, itu terdengar oleh pengunjung lain yang di dekat sang Cambion.      

"Heh? Pocong!? Ada pocong di sini?!"     

"Ugh! Makananku mendadak kok rasanya hambar?"     

"Eh, iya benar!"     

"Astaga, ternyata restoran ini pakai jasa pocong!"     

Dan kegaduhan tak bisa dielakkan lagi meski Andrea sudah berusaha meredam emosi mereka pada pemilik restoran.      

Akhirnya pengunjung meminta dikembalikan uang mereka dan pergi dengan marah. Sedangkan pemilik restoran hanya bisa menatap benci ke Andrea dan mengutuk dalam hati.     

Andrea angkat bahunya dan menganggap itu kesalahan si pemilik restoran yang sudah menggunakan cara curang untuk berdagang.      

"Pak, kalau Bapak masih aja dagang pakai cara itu, Bapak bakal mati sengsara, loh!" ucap Andrea sebelum dia keluar dari sana.     

Di luar, sang Cambion mengutuk pemilik restoran itu sambil jalan. "Paling benci aku kalau ada yang begitu! Untuk apaan sih mereka seculas itu pake jasa demit! Cih!"     

"Demit … itu jin, bukan yank?"     

"Iya, jin alay."     

"Apa sama seperti iblis?"     

"Beda. Beda tingkatan. Jin di bawah iblis."     

"Ohh …"     

"Yang kita temui di gunung tadi, ama yang pernah kita temui di rumah bos penculik, itu mereka semua itu jin alay! Yang kerjaannya cuma bisanya nakut-nakutin orang doang! Dasar gak ada akhlak!"      

"Kalau bangsa iblis, gimana yank? Tidak menakut-nakuti manusia?"     

"Kagak lah! Buat apa? Biasanya iblis itu cuma demen menyesatkan pikiran manusia doang, kagak perlu nakut-nakutin. Tapi aku kagak kayak gitu, yah! Aku gak ikutan kalo soal menyesatkan manusia. Aku mah cuma enjoy my life aja. Iblis laen mo kayak gitu, yah bodo amat, sih! Bukan urusanku."      

"Ohh, ternyata begitu. Pantas saja Nirwana lebih mengejar iblis dan keturunannya daripada lainnya seperti jin atau demit atau siluman."      

"Ya, karena iblis kan lebih membahayakan manusia, bisa bikin manusia oleng. Contohnya aja kalo kita datang ke kelab malam, tuh! Di sono ada banyak iblis Succubi dan Incubi yang godain manusia untuk maksiat di sono. Mereka bisa nyamar jadi manusia, juga bisa sekedar bisikin manusia aja biar oleng."     

"Ahh … begitu rupanya." Dante mengangguk paham. "Tapi jin juga bisa membuat sakit manusia, yank. Seperti lewat … santet?"     

"Ohh, itu. Iya, bisa. Itu karena mereka ngambil metode iblis. Padahal iblisnya sendiri aja udah kagak mainan yang macam itu. itu sekarang mainannya para jin jahat. Iblis lebih fokus ke jerumuskan manusia ke dosa, kayak bisikin supaya manusia pada perang, semacam itu, sih! Kagak yang kelas coro macam santet gitu."     

"Ayank tau banyak, yah."     

"Aku baca dari kumpulan buku-buku waktu di Underworld en dengar cerita dari Kenzo juga ama para Soth dulunya."     

Ketika mereka tiba di restoran lain, Andrea kerutkan keningnya dan segera saja dia berjalan ke arah belakang restoran dan mendapati ada jin yang sedang duduk di dekat tungku dan sesekali meludahi makanan yang ada di panci besar.     

"Woi! Minggat lu!" hardik Andrea disaksikan Dante dan pemilik restoran. Jin yang di situ pun segera kabur terbirit-birit melihat Andrea dan Dante.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.