Devil's Fruit (21+)

Kain Tradisional Indonesia Juga Tak Ketinggalan



Kain Tradisional Indonesia Juga Tak Ketinggalan

2Fruit 813: Kain Tradisional Indonesia Juga Tak Ketinggalan     1

Andrea dan Dante kembali meneruskan perjalanan mereka, bahkan ke daerah paling timur dari Indonesia pun mereka jabani juga. Yah, memangnya apa yang perlu mereka takutkan? Sama sekali tidak ada.      

Dan ketika mereka sampai di tangan Papua, Andrea hampir saja terjun ke Raja Ampat jika tidak dicegah oleh Dante.      

"Ayank, kamu tidak lupa dengan sumpah yang dibuat anaknya Poseidon, kan?" Dante malas menyebutkan nama lelaki yang menguasai lautan dimana mereka dulu pernah berbulan madu di Maldives.     

Andrea terkikik dan bertanya dengan nada menggoda, "Triton, maksud kamu, Dan?"      

"Jangan sebut nama pengecut itu, sayank." Dante mengerang kesal. Mana mungkin dia tidak kesal dengan insiden Triton? Lelaki manapun akan sangat murka jika istrinya diganggu secara keterlaluan.      

Dulu, Triton bersumpah akan menyeret dan membawa Andrea ke lautan terdalam sampai tak bisa ditemukan jika Andrea sekali saja menceburkan diri ke pantai atau laut.     

Rupanya Dante masih mengingat itu.     

"Iya, deh, iya chuyuuunk akoh!" Andrea menggoda sambil memeluk bahu suaminya. "Yuk dah kita balik rumah. Udah semua, kan?" Andrea bertanya.     

"Ya, aku sudah merekam semuanya. Bahkan tadi di restoran milik orang Papua ini, mereka sangat ramah, ya yank."      

"Iya. Aku juga nggak nyangka mereka ternyata ramah-tamah gitu orangnya. Padahal selama ini, stereotip orang Indonesia timur itu keras dan ganas. Tapi ternyata banyak dari mereka yang kalem dan sopan, kok!"      

"Sepertinya ada stigma yang salah mengenai mereka. Hm."      

Tak berapa lama, Andrea dan Dante pun berteleportasi kembali ke Jepang, ke mansion mereka.      

"Mama, Papa!" Mereka disambut oleh Zivena. "Kalian lama sekali perginya. Padahal kan sudah berjanji hanya akan pergi beberapa hari saja, tapi lihat, ini sudah seminggu! Kalian tidak mencoba membohongi aku dan hanya ingin bersenang-senang saja di sana, kan?" protes si kecil dengan wajah cemberut lucunya.      

Andrea tak tahan untuk tidak tertawa dan memeluk si bocah 2 tahun, mengecup pipi chubby anaknya, dan menggendongnya. "Maaf. Ada beberapa insiden yang harus Mama selesaikan dulu di sana."      

Dante turut mengecup pipi si bungsu agar tidak marah lagi. "Nanti akan Papa ceritakan kejadian luar biasa di sana, yah!" Ia mengambil Zivena dari istrinya.      

"Harus! Kalian harus bercerita semuanya. Semuanya!" Zivena berkata dengan suara imutnya.      

Andrea dan Dante saling bertatapan. Semuanya? Termasuk ketika Dante menyetubuhi Andrea di batu tebing dan di hutan gunung? Mereka pun sama-sama menggeleng dan terkekeh.      

Malamnya, Andrea dan Dante membicarakan mengenai menu untuk Joglo Fiesta mereka yang sudah dirangkum oleh Tuan Nephilim dalam kamera mini dia bersama dengan Shelly..      

Dan esoknya, Dante dan Shelly mulai mempraktekkan cara memasak seperti yang ada di rekaman.      

Andrea juga sudah membawa beberapa bumbu dan bahan khusus yang hanya ada di Indonesia.      

Dua chef tersebut saling membuat dan menguji masakan mereka. Tentu saja mereka meminta yang ada di mansion untuk mencicipi masakan mereka.      

Andrea, Kuro, Shiro, Kenzo, dan bahkan Zivena juga. Bocah 2 tahun itu bersikeras ingin ikut mencicipi masakan yang tidak terlalu pedas. Apalagi jika itu adalah jenis camilan dan es.      

Setelah sekitar seminggu lebih, Dante dan Shelly akhirnya bisa membuat semua makanan sesuai dengan tata cara yang mereka dapatkan dari hasil merekam di sumbernya.      

"Hm! Ini enak banget Konro Bakarnya! Bumbunya udah pas kayak yang aku makan di restoran sana!" Andrea manggut-manggut dengan wajah sumringah.      

"Soto Betawi ternyata enak, yah!" Kuro tak mau kalah beropini.      

"Soto tauto ini juga wow rasanya." Kenzo mengangguk puas dengan apa yang sedang dia cicipi. "Ini dari mana, Tuan Putri?"      

"Soto tauto itu?" Andrea menunjuk ke mangkuk berisi soto berkuah kemerahan kental dengan diisi bihun dan potongan daging sapi. "Itu soto tauto khas Pekalongan."      

"Enak sekali." Kenzo memuji. "Chef-nya hebat, nih!"      

"Bentar, aku cicip dulu, sama apa kagak ama yang pernah aku cicip di Pekalongan." Andrea mengambil sendok baru dan menyendok sesuap soto tauto tersebut dan memasukkan ke mulutnya. "Hm!" Ia menganggukkan kepalanya berulang kali. "Iya, ini udah sama kayak yang aku makan di warungnya! Enak!"      

Kuro pun ikut mencicipi soto tauto khas Pekalongan itu dan matanya terbelalak. "Ini beda dari yang aku cicip tadi! Yang ini lebih ... galak? Iya, lebih galak di lidah, hi hi ... Tapi mantap, kok!"      

Maka, hari itu pun mereka semua puas karena telah berhasil mengkloning rasa nikmat dari berbagai masakan Indonesia.     

"Zo, gimana ama pembangunan Joglo Fiesta kita?" Andrea sengaja membahasakan restoran-restoran miliknya dengan "punya kita" pada anak buah dan kerabatnya agar mereka bisa merasa ikut memiliki sehingga ikut menjaga dan merawat juga.      

"Sebenarnya sudah selesai dari kemarin-kemarin, Tuan Putri, tapi agar tidak terkesan aneh karena terlalu cepat, kami melambatkan sedikit untuk seminggu lagi agar sesuai dengan logika manusia." Kenzo menjabarkan.      

"Oke, kamu atur aja tentang itu." Andrea puas. "Besok aku kepingin liat hasil restonya."      

-0-0-0-0-     

Esoknya, Andrea benar-benar datang bersama Dante, Shelly dan juga Zivena serta Kuro ke pembangunan Joglo Fiesta.      

"Wuaahh! Ini keren!" Andrea menatap puas ke bentuk restoran baru dia. Ia senang karena penampilan restoran Joglo Fiesta justru lebih bagus daripada yang dia pikirkan. "Melebihi ekspektasi!"      

Karena girang, Andrea menambahkan imbalan murah hati pada para pekerja. Serdadu iblis yang menjadi pekerja itupun sangat senang mendapat imbalan dua kali lipat dari yang dijanjikan Andrea.      

Memang, bekerja untuk tuan putri yang ini sungguh menguntungkan bagi mereka.      

Andrea juga melihat butik batik yang akan dia isi dengan banyaknya baju batik dari daerah-daerah di Indonesia.      

Kemarin ketika dia berkunjung ke Indonesia, dia juga sudah sekalian mendatangi banyak produsen batik di berbagai daerah.      

Tak hanya batik saja, namun juga berbagai kain tradisional di luar pulau Jawa pun akan dia jual di butik dia.     

Songket Palembang, Tenun Siak dari Riau, Songket Sambas dari Kalimantan Barat, Ulap Doyo dari Kalimantan Timur, Gringsing Tenganan dari Bali, Maduaro dari Lampung, Tenun Ikat Sumba dari Nusa Tenggara Timur, Karawo dari Gorontalo, Kain Cual dari Bangka Belitung, dan Kain Tenun Donggala dari Sulawesi Tengah. Itu semua yang juga akan dijual oleh Andrea di butik tradisional dia selain baju batik.      

"Semua pengrajin kain tradisional udah kamu hubungi, Ndre?" tanya Shelly ketika dia melihat bangunan untuk dijadikan butik baju tradisional Indonesia.      

"Udah, Beb. Dan mereka juga udah setuju untuk jadi pemasok aku." Andrea menyahut.      

"Apa itu nanti semua berbentuk kain biasa atau udah pada jadi baju, Ndre?" Shelly bertanya lagi.      

"Aku minta keduanya, Beb. Jadi nanti pembeli bisa punya pilihan sendiri, mo belinya yang bentuk kain atau udah jadi baju. Karena siapa tau kan mereka kepingin bikin baju dengan model ala mereka sendiri nantinya."      

Shelly manggut-manggut mendengar penjelasan Andrea.     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.