Devil's Fruit (21+)

Kericuhan Karena Ivy



Kericuhan Karena Ivy

3Fruit 819: Kericuhan Karena Ivy     
2

"Hei, boya (sebutan seperti boy di Jepang), chills, oke! Kenapa kau seemosi itu?" Pemuda itu terkekeh. "Jangan mencoba menantang aku. Jangan menginginkan malu pada dirimu sendiri."      

Bocah Blanche meski berada di kejauhan, tapi mereka memiliki pendengaran yang tajam. Mereka saling bersorak tertahan mendengar ucapan provokasi dari si pemuda.      

Rasanya mereka ingin segera berbelasungkawa pada pemuda itu.      

Sedangkan Ivy yang menjadi pusat perseteruan, hanya diam dan seakan tidak merasa apa-apa.      

"Oi, oi, ada apa ini?" Tiba-tiba Jovano datang menghampiri spot panas tersebut.      

Kuro mengerang kecewa. "Yaahh ... Kenapa Jo mengganggu keasikan?"      

Vargana terkikik. "Apakah kita harus gunakan anting telepati dan menyuruh Jo pergi saja?"      

"Pfftt!" Voindra mendengus geli.      

"Kalian ini kenapa malah berharap Gavin dan teman Jo berkelahi?" Shiro sampai terheran dengan para gadis itu.      

"Berkelahi?" Kuro melirik kembarannya. "Mana mungkin itu disebut berkelahi jika pemuda itu hanya butuh satu pukulan saja dari Gavin untuk jatuh tersungkur tak sadarkan diri dan tidak bisa membalas?"      

Vargana sudah terbahak-bahak. Yang dikatakan Kuro memang tepat. Tak bisa dikatakan berkelahi jika salah satu tak bisa membalas karena keburu pingsan duluan.      

"Tenang saja, Kak Shiro." Voindra sambil terkekeh geli menyahut. "Kan ada Shona di sini. Jadi kalau cowok itu pingsan setelah dipukuli Gavin, Shona bisa menyembuhkan dia. Kau bersedia, kan Sho?" Ia melirik ke Shona di dekatnya.      

Kuro dan Vargana makin cekikikan. Sedangkan Shona hanya naikkan alisnya, tak tau harus berkata apa.     

"Lalu teman Jo akan mengetahui kekuatan Shona, dong!" Shiro masih mendebat.      

"Soal itu gampang. Kita buat saja cowok itu lupa apa yang terjadi dengan kekuatan mental kak Kuro atau kak Shiro. Iya, kan?" Vargana menyambung adiknya.      

Kuro dan Voindra makin terkikik senang. Shiro hanya putar bola matanya. "Kalian gadis-gadis cantik tapi gila."      

Tapi, ekspektasi mereka terjungkal oleh Jovano yang melerai konfrontasi antara temannya dan Gavin. Meski jika keadaan mendesak dia akan berpihak ke Gavin, tapi tak mungkin Jovano akan abaikan keselamatan temannya begitu saja.      

Jovano juga mengakui kekuatan Gavin yang tidak boleh diremehkan!      

"Guys, yo guys, chills. Chill out, oke?" Jovano merentangkan tangannya agar dua pria yang sedang panas itu tidak saling mendekat. Apalagi teman Jovano sudah berdiri berhadapan dengan Gavin.      

"Hei, Jo. Dia duluan yang memulai. Aku sedang duduk tenang dan santai, dia tiba-tiba tak tau angin tak tau hujan, mengomeli aku dan mengancam akan mematahkan kakiku." Pemuda itu melaporkan kejadian tersebut pada Jovano.      

"Aku takkan meributkan kau jika kau tidak seenaknya duduk dekat-dekat Ivy!" Gavin meninggikan suaranya sembari melotot ke pemuda itu.      

Jovano langsung paham apa pangkal dari masalah ini. Lagi-lagi mengenai adiknya. Sudah berapa kali temannya ribut dengan Gavin dengan pokok masalah adalah Ivy? Sering.      

Biasanya teman-teman Jovano yang sudah paham akan sikap bucin Gavin pada Ivy akan menjauh dari pemuda Cambion tersebut dan hanya akan memandang kagum pada Ivy dari jauh saja.      

Tapi, sepertinya pemuda yang ini baru kali ini bertandang ke rumah Jovano, makanya tidak paham akan kebiasaan Gavin yang akan menjadi pengawal galak untuk Ivy.      

Ivy sendiri tidak begitu keberatan sekarang dengan sikap menempel Gavin padanya. Ia suka dirinya dianggap menarik dan tidak membatasi seseorang untuk menjadi fans dia.      

"Ivy sayank, masuklah ke dalam dulu." Jovano meminta dengan suara merayu merdu ke adiknya.      

"Tidak mau." Ivy dengan santai menjawab sambil tetap pejamkan mata tak perduli apa yang terjadi di sekitar dia.      

Jovano paham adiknya jika sudah keras kepala, maka dia akan tak bisa digoyahkan. "Hghh ... Oke. Ayo, Rui, lebih baik kau ikut aku. Kau belum bertemu teman-teman SMP aku, kan? Mereka cantik dan seksi! Ada beberapa yang masih single."      

Putra sulung Andrea itu berkata sambil merangkul bahu temannya yang bernama Rui sambil dia mengangkat alisnya dengan sikap berbeda.      

Segera saja, Rui bagai terhipnotis dan mengangguk patuh, lalu menjauh dari sana sembari digiring Jovano.      

"Aarrghhh ... Curaaaanggg ..." Kuro mengerang kecewa. "Jo menghancurkan tontonan kita!"      

"Padahal kita barusan sudah bertaruh pemuda bernama Rui itu akan jatuh pingsan di detik ke berapa setelah dipukul Gavin, yah!" Vargana menyambung.      

Shiro geleng-geleng kepala dan berujar, "Kalian memang gila."      

Pesta pun terselamatkan. Tidak ada huru hara karena Jovano sudah berjanji pada ibu dan ayahnya untuk tidak akan ada keributan tak penting di pesta ini.      

Dan beruntung saja, Jovano mewarisi sesuatu yang ajaib dari ibunya meski sedikit berbeda.      

Jika Andrea memiliki senyum ajaib yang bisa menghipnotis atau mempengaruhi orang, maka pada Jovano adalah naiknya kedua alis dia dengan tatapan khusus.      

Itulah yang sering digunakan oleh Jovano untuk meredam keributan antara teman-teman dia.      

Sementara itu, suasana sudah tentram terkendali seperti sedia kala. Gavin juga sudah tenang bersama Ivy meski Ivy secara dingin menanggapi.      

Di dalam mansion ada para dewasa yang sibuk makan-makan dan mengobrol sendiri.      

Zivena datang ke ibunya sambil mengomel. "Kenapa mereka bertingkah ini dan itu membuat banyak suara ribut? Sungguh anak muda jaman sekarang! Mereka bahkan seenaknya main rangkul dan memakai baju-baju minim! Apa yang bisa diharapkan dari anak muda macam itu, coba Ma?!"      

Andrea dan yang lainnya yang sedang berkumpul di ruang makan hanya bisa tertawa mendengar kelucuan omelan Zivena.      

"Biarkan saja, sayank." Andrea menimpali. "Namanya juga anak muda. Masanya bersenang-senang dan menikmati kehidupan muda mereka."      

"Asalkan mereka tetap terkendali, tidak apa, Veve." Dante mengimbuhi.      

Zivena tampak masih kesal. "Urgh! Kak Jo harusnya tidak mengadakan pesta dengan baju berenang begitu! Para gadis jadi pamer tubuh dan itu salah!"      

"Lalu yang benar, bagaimana Zizi?" tanya Myren.      

Zivena memandang bibinya dan menjawab, "Baju renang alangkah baiknya dipakai di pantai. Dan jika ingin benar-benar berenang, mereka kan bisa memakai baju renang tertutup!"      

"Mungkin mereka tidak punya baju renang tertutup, Tuan Putri Zi." Kenzo ikut bicara.      

"Urrfhh! Aku apabila berulang tahun, tidak akan melaksanakannya di kolam renang." Zivena masih bersungut-sungut.      

"Lalu, di mana, Zi?" tanya Shelly.      

"Mungkin makan-makan di Tropiza atau di Joglo Fiesta!" Zivena menjawab Shelly.      

"Mama, catat itu." Dante melirik istrinya.      

Andrea terkekeh dan acungkan ibu jarinya.      

Zivena ini sungguh anak ajaib. Keajaiban tingkah laku dia melebihi kakaknya, Jovano. Dia bisa mengomel dan memberikan ceramah pada sesuatu yang dia anggap tidak tepat. Apapun.      

Namun, karena penampilan lucu dan imut dia, seringkali ketika dia sedang berceramah, meski itu betul yang dia ucapkan, orang yang mendengar justru tertawa gemas, tidak lagi fokus pada kebenaran ceramah Zivena.      

Si bungsu ini juga sebenarnya memiliki kekuatan istimewa lainnya yang belum disadari orang di sekitarnya. Nanti sajja dibahas mengenai itu. Atau kalian sudah mengetahuinya?     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.