Devil's Fruit (21+)

Liburan Musim Panas yang Berlainan



Liburan Musim Panas yang Berlainan

0Fruit 822: Liburan Musim Panas yang Berlainan     3

"Dia ingin berlibur musim panas dengan teman-temannya." Andrea yang spill the tea ke suaminya. "itu kan pasti sekalian ingin menjajal mobil baru." Meski suara Andrea terdengar biasa, tapi Jovano tau ibunya sedang menyindir halus dia.     

Dante menatap sang anak dan bertanya, "Ingin berlibur di mana?" Tuan Nephilim paham akan kebiasaan Jovano yang sudah pasti mempersiapkan segala jawaban jika dia menginginkan sesuatu. Jadi, jika Jovano mengatakan hendak kemana atau mau melakukan apa, bocah itu pasti sudah mempersiapkan data-data jika ditanyakan orang tuanya.     

"Ke Ishikawa, Dad. Tepatnya di Kota Hakui. Di sana ada Chirihama Nagisa Driveway. Kami akan menginap di sana selama libur musim panas. Yah … mungkin satu bulan." Jovano memberikan gambaran besarnya.      

"Kota Hakui?" tanya Dante. "Tadi apa kau bilang? Chiriha … Nagisa …"     

"Chirihama Nagisa Driveway, Dad. Itu … semacam jalanan berpasir di tepi pantai sepanjang 8 kilometer, Dad. Di sana biasanya dipenuhi pengunjung yang ingin berkuda, bersepeda, bermobil, atau jogging dan berenang."     

"Mungkin itu seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta, yah?" Andrea ikut bertanya. "Bisa untuk jogging, berkuda, bersepeda motor dan kegiatan olah raga lainnya."     

"Mungkin saja, Mom, karena aku belum pernah ke Parangtritis." Jovano mengiyakan saja.      

"Kapan-kapan kau harus ke sana." Andrea berkata. "Mama pernah ke sana untuk studi wisata sewaktu SMP. Tempat yang hebat."      

"Noted, Mom." Jovano mengangguk. "Jadi … tidak apa-apa, kan Mom? Dad?" tanya Jovano, mengembalikan topik pembahasan ke semula.      

"Siapa saja yang akan ikut bersamamu?" Andrea tidak ingin langsung menjawab iya atau tidak, karena ingin mengetahui siapa saja yang akan bersama putranya nanti.     

"Ada Zevo. Dia akan membawa mobilnya sendiri." Jovano langsung saja menyodorkan nama yang dia rasa akan membuat sang ibu tenang.      

Dan memang itu berhasil. "Kau sangat pintar memilih teman berlibur agar Mama mengijinkan, yah Jo."     

"He he … kebetulan saja aku dan dia sahabat, jadi aku pasti akan membawa dia juga." Jovano meringis karena ketahuan jurusnya.     

"Bagaimana kalau kamu juga bawa Gavgav?" Andrea menyarankan.      

"Gavin?" Jovano mengulang. "Yah, kalau dia mau, sih, tidak apa-apa."     

"Sayank, bukankah kita sudah memiliki rencana ke beach house dengan yang lain?" Dante mengingatkan.     

"Oh iya, benar!" Andrea pun teringat rencana yang sudah dia rancang semenjak tahun baru kemarin. "Jo, Mama dan Papa punya rencana ingin membawa semua orang di sini ke beach house punya opa kamu di Tateyama, Chiba."      

"Benarkah?" Jovano bulatkan mata coklat karamelnya. "Apakah Mommy sudah mengatakan itu pada mereka?"     

"Belum, sih. Rencananya besok." Andrea pun bersyukur diingatkan sang suami mengenai liburan di beach house besar milik King Zardakh. Dulu, dia pernah ke sana bersama Giorge sebagai bulan madu.     

Mengingat akan itu, hanya menimbulkan senyum masam saja bagi Andrea. Meski dia tidak mencintai Giorge sebesar dia mencintai Dante, namun pria vampire itu merupakan sosok istimewa pula di hati dia.      

"Jadi …" Suara Jovano kembali mengalunkan itu lagi. Ia memandang sang ibu penuh harap.      

"Iya, iya. Mama ijinkan. Minimal ada Zevo, jadi awas saja kalau Mama dengar dari Zevo kau bertingkah macam-macam." Andrea tatap tajam anaknya.      

Meski begitu, Jovano tetaplah senang. Dia tersenyum lebar sambil acungkan tinggi-tinggi kepalan tangannya sembari berseru, "YES!" Lalu ia memeluk sang ibu dan ayah. "Thanks, Mom, Dad." Setelah itu, dia lari masuk ke dalam rumah.      

"Anakmu." Andrea mendecak sambil kunyah kentang gorengnya.      

"Anakmu juga, sayank." Dante merangsek duduk satu bangku bersama sang Cambion agar bisa memeluk mesra.      

"Jangan di sini!" cegah Andrea ketika merasakan tangan suaminya sudah merayap ke bagian dada.      

"Iya, tau. Hanya ingin pemanasan saja." Dante menatap lekat wajah cantik istrinya yang sedang memandangi dia dengan tatapan tajam.      

-0-0-0-0-     

Ketika rencana berlibur ke beach house di Chiba, semua menyetujui dengan antusias.      

"Tapi … sepertinya Jo nggak bakalan ikutan kita ke Chiba." Andrea mengatakannya ketika dia mengumpulkan semua orang di ruang tengah.      

"Kok?" Kuro menoleh ke Jovano sambil berwajah penuh tanda tanya.      

"Jo punya rencana sendiri dengan teman-temannya." Dante menjelaskan. "Dia hendak pergi liburan musim panas ke Hakui."     

"Aku ikut!" Ivy langsung saja berseru.      

"Nggak, nggak! Ivy sayank, jangan ikut kakakmu kali ini, yah! Dia cuma mengajak teman-teman lakinya aja." Andrea langsung menyahut ke seruan Ivy. Dia tidak setuju jika putri sulungnya ikut Jovano.      

"Aku ingin ikut Kak Jo!" Ivy bersikeras.      

"Jo, kalau Ivy ngotot ingin ikut kamu, berarti kamu batal ke Hakui dan harus ikut kami ke Chiba." Andrea mengatakan itu pada Jovano melalui kemampuan telepati.      

Jovano yang mendapatkan telepati tersebut dari sang ibu, segera saja melotot ke Andrea. "Mom! Bagaimana mungkin ada begitu? Tidak bisa begitu, Mom! It's not fair!" Ia meraung di telepatinya.     

"Bujuk adikmu untuk tidak ikut kamu." Andrea masih berkomunikasi dengan Jovano menggunakan telepati. "Pokoknya, Mama gak mau tau, bujuk adikmu jangan ampe ikut kamu karena di kamu ada banyak anak cowok. Kamu paham yang Mama maksud, kan?"     

Desahan kecil keluar dari mulut Jovano. Ia tentu saja paham akan ucapan sang ibu, bahwa jika Ivy mendesak ingin ikut Jovano dan dikabulkan, maka nantinya akan terjadi huru-hara di antara teman-temannya untuk memperebutkan Ivy. Belum lagi, jika Ivy ikut, Gavin pasti juga akan minta ikut, dan itu lebih runyam lagi nantinya jika Ivy digoda teman-teman dia.     

Jovano tidak mencemaskan Gavin, dia justru mencemaskan teman-temannya yang akan dilibas dengan mudah oleh Gavin.      

Maka, dua hari ini, Jovano terus merayu sang adik agar tidak perlu mengikuti dia ke Kota Hakui. "Ivy cantik, adik Kak Jo … di Hakui nanti tidak ada perempuan. Makanya, mendingan Ivy ikut rombongan Mama ke beach house aja. Di sana malah bakalan ada banyak turis dan orang-orang yang berjemur di pantai. Buat mereka terpana ama kecantikan my Ivy, oke?"     

Itu saja yang dilantunkan Jovano pada Ivy. Tentu saja dengan narasi yang berbeda-beda. Intinya, ia membujuk agar Ivy narsisnya di beach house di Chiba saja.      

Jovano tau apabila sang adik akhir-akhir ini kerap bersikap narsis dan ada aroma "himedere" (ingin diperlakukan bagai putri atau sindrom princess), Ivy kerap ingin terlihat menonjol dan paling menarik perhatian lelaki.     

Si sulung sendiri juga heran kenapa adiknya yang tadinya sangat introvert, kini berubah narsis namun dalam versi dingin dan misterius.      

Ivy pun memikirkan ucapan sang kakak. Dia bisa memamerkan kecantikan dingin dia di Chiba, akan membuat banyak lelaki mengakui dirinya. Akan membuat banyak orang memuji betapa dia seperti boneka putri Jepang.      

Ohh, itu terdengar hebat.     

"Baiklah." Ivy pun setuju dan Jovano bersorak dalam hatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.