Devil's Fruit (21+)

Mulai Berangkat



Mulai Berangkat

3Fruit 823: Mulai Berangkat     
4

Yang dinantikan oleh Jovano pun tiba. Dia sudah membawa ini dan itu untuk menginap selama 30 hari di Hakui nanti bersama teman-teman lelakinya.      

Juga akan ada Zevo yang akan ikut serta. Maka akan ada 2 mobil.      

"Mom, Dad, Ivy, Zizi ... Aku pergi dulu, yah!" Jovano pamit pada keluarga inti dia dan kemudian juga berpamitan pada yang lainnya seperti Shelly, Kenzo, Gavin, Kiran, Kuro dan Shiro.      

"Hati-hati di jalan, Jo." Dante menepuk pundak anaknya. Jovano mengangguk.      

"Lekas beritahu kami segera jika ada apa-apa yang terjadi di sana. Ngerti?" Andrea menatap tajam sang anak karena paham akan sikap sok mengatasi semuanya sendiri dari sang putra sulung.      

Jovano terkekeh dan mengangguk saja sekedar menyenangkan hati sang ibu dan melegakan perasaan orang tuanya.      

"Sering-seringlah berkabar pada kami, Jo." Shelly ikut memberikan kalimatnya sebelum si bocah SMA kelas 2 itu pergi.      

"Oke, Aunty. Oh ya, Uncle Ken, aku titip keluarga aku di sini, yah! Tolong jaga dia, terutama Ivy." Ia mengerling jenaka pada adiknya.      

"Jangan khawatir, Pangeran Jo. Semua pasti akan dalam keadaan terkendali dengan baik." Kenzo acungkan ibu jarinya ke Jovano.      

"Hei, Jo, kau harus sering unggah apapun yang kau temui di jalan dan di sana nanti, oke?" Kuro turut bicara.     

"Tenang saja, Kak Kuro." Jovano membalas.      

"Kak Jo. Jangan sungkan menyusul kami di Chiba kalau kau bosan di sana, yah!" Gavin bersuara.      

Jovano mengangguk sambil acungkan ibu jarinya. Setelah itu, Zivena pun mulai memberikan kotbah ke sang kakak selama beberapa menit.      

Tentu saja Jovano rela mendengarkan semuanya karena itu adalah tanda rasa sayang dari sang adik meski dengan cara yang unik.      

Setelah itu, mobil dikendarai Jovano keluar dari mansion dan ia melaju ke rumah temannya yang ada di daerah Azabujuban karena rencananya semua akan berkumpul di sana.      

Namun, baru saja dia sudah setengah jalan hendak mencapai gerbang The Hills, ternyata dia mendapatkan kabar bahwa rencana diubah dan kumpul di rumah Zevo.      

Terpaksa Jovano menahan kesal dan putar balik ke atas untuk ke rumah sang sahabat yang berbeda lebih tinggi letaknya dari rumah dia.      

Sesampainya di rumah Zevo, dia hanya bisa mengomel dan ditimpali tawa ringan bagi yang sudah datang di sana.      

Tak sampai satu jam kemudian, sisa teman lainnya pun datang.      

Rumah Zevo yang berada di area The Hills memang dipilih karena lebih dekat dengan jalan bebas hambatan. Meski rumah Jovano lebih dekat dari gerbang, tapi mereka agak sungkan dengan keluarga besar Jovano.      

Berbeda dengan keluarga Zevo yang hanya berjumlah 6 orang dan kedua orang tua Zevo pun lebih sering pergi jika akhir pekan atau hari libur mengajak dua anak mereka yang masih balita.      

Sudah pasti destinasi orang tua Zevo adalah Underworld, di Kerajaan Huvro.      

Zevo dan Shona sudah terbiasa ditinggal sendirian di rumah besar mereka karena Revka dan Pangeran Djanh percaya dua anaknya itu kuat dan tangguh. Apalagi ada banyak anak buah iblis bawahan Pangeran Djanh menjaga rumah besar mereka.      

Karena keadaan yang lebih leluasa itu makanya teman-teman mereka memutuskan berkumpul di rumah Zevo saja.      

Akhirnya, dua mobil mahal itu pun meluncur turun hingga tiba di ujung jalan The Hills dan bertemu dengan jalan raya besar.      

Dari The Hills, mereka segera bergerak menuju ke Chiyoda melalui terowongan Kasumigaseki.      

"Ini kita lewat rute lingkar dalam jalan cepat Metropolitan saja, yah!" tanya Jovano pada yang lain yang satu mobil dengannya.      

"Iya, Jo. Kita susuri saja jalur Metropolitan."      

"Lalu jangan lupa ke Shinjuku Line."      

"Oke. Jovano pun juga sekaligus menyalakan map di mobilnya. Mereka mengobrol ringan mengenai ini dan itu.      

Mobil Jovano dan Zevo benar-benar mengikuti jalur Shinjuku, dan kemudian mengarah ke kanan dan sampai di terowongan Chiyoda.      

Terowongan itu cukup panjang. Suasana gelap menyergap dan hanya ada remang cahaya dari cahaya lampu mobil dan lampu di dinding terowongan saja.      

"Ini kira-kira akan memakan waktu berapa jam, yah?" tanya salah satu teman Jovano, Ryu.      

"Menurut di Gugel map sih sekitar 6 jam lebih." Teman yang lain, Dex, menyahut.     

"Tidak, tidak, jangan terlalu percaya mentah-mentah pada Gugel." Jovano menggerak-gerakkan telunjuknya sembari menyetir. "Itu kemungkinan adalah jarak tempuh yang tercepat. Dan aku tidak ingin kita ngebut ke sana. Kita nikmati saja perjalanan kita ini."      

"Aku setuju dengan Jo!" Teman di belakang, Taka, berkomentar. Rex yang di sebelah dia pun mengangguk juga.      

"Kami percayakan saja ini padamu, Jo." Ryu yang ada di sisi Jovano pun menepuk bahu si putra Cambion.      

"Hei, Naru, jangan diam saja." Taka yang ada di belakang menoleh ke sebelah dia, Naru, yang sibuk dengan ponselnya.      

Naru yang ditegur ringan pun mendongak menatap Taka. Kemudian, ia mengatakan, "Tahukah kalian bila di Hakui banyak hutan dan daerah penginapan pun tersebar di banyak tempat terpencil dan jauh dari keramaian."      

"Lalu kenapa memangnya jika begitu, Naru?" tanya Dex sambil terkekeh.      

"Jangan-jangan nanti akan ada banyak ayakashi di sana." Naru menjawab dengan wajah polosnya.      

Dex dan lainnya mulai memutar bola mata mereka. Kecuali Jovano yang hanya tersenyum simpul tanpa kata.      

"Kau percaya hal-hal berbau mistis tak mendasar seperti itu, Naru?" Dex geleng-geleng kepala. Maklum saja, sebagai orang yang bukan berdarah Jepang, dia tidak akan mempercayai apapun yang belum dia lihat. Tipikal orang Eropa dan Amerika.      

Sedangkan Taka dan Ryu yang berdarah Jepang asli hanya terkekeh dan berkata, "Jangan khawatir, Naru. Jaman kini sudah tidak ada ayakashi. Mereka sudah menghilang karena manusia semakin banyak."      

Jovano tidak berminat mengomentari ucapan dari Taka dan memberi tau mereka bahwa yang namanya hal mistis seperti siluman, setan, jin, iblis ... itu masih ada, dan banyak sekali di bumi ini.      

Tapi, alih-alih mengatakan itu pada teman-temannya, Jovano lebih memilih untuk mengarahkan mobil ke jalur kanan begitu mereka sudah keluar dari terowongan. Tak lama kemudian, kota Chiyoda pun terpampang.      

Mereka masih sibuk mengolok-olok Naru, sementara mobil sudah melewati Daikancho-dori melalui rute 5 jalur cepat Ikebukuro Line.     

"Naru, apakah lebih baik kau turun di sini saja dan naik kereta kembali ke Roppongi?" goda Ryu sambil menghadap ke belakang. "Mumpung baru sampai Chiyoda, tidak terlalu jauh."      

"Iya, daripada kau nanti bertemu ayakashi, loh!" Taka ikut menggoda. Sementara Dex terus terkekeh geli.      

"Hei, hei, kalian ..." Jovano menengahi. "Jangan begitu dengan teman sendiri, oi. Naru hanya ingin agar kita nantinya lebih waspada dan jaga diri jika di sana."      

Naru berterima kasih pada Jovano yang seakan mampu menerjemahkan maksud kalimat dia tadi.      

Mobil terus berjalan mulus di jalanan cepat bebas hambatan hingga ke kota Bunkyo, lalu tiba di kota Shinjuku.      

Mereka malah mulai mengobrol mengenai ayakashi ketika mobil telah tiba di kota Toshima.      

Apa sebenarnya ayakashi itu?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.