Devil's Fruit (21+)

Mencari Penginapan



Mencari Penginapan

2Fruit 828: Mencari Penginapan      1

Keduanya pun segera mengeluarkan ponsel mereka untuk melakukan kegiatan vlogging.      

"Pakai instaa-live saja, bro!" Jovano langsung menyetel kamera di ponselnya dan mulai menaruh di tongkat khusus dan mengarahkan ke mereka berdua sambil berjalan dan merangkul bahu.     

"Yeaahh! Kami sudah sampai … di Chirihama Driveway! Wuhuu! Cukup melelahkan juga perjalanan dari Roppongi. Tapi sangat mengasikkan!" teriak Jovano di depan kamera.      

"Ini agak terlambat karena kami berhenti dua kali untuk makan dan ke toilet." Zevo ikut bicara.      

Kedua remaja pria itu sama-sama memakai kaca mata hitam untuk menghindari sinar matahari yang menyilaukan.      

"Hei, you there! Bagaimana kabar kalian? Sudah mulai di perjalanan berlibur?" Jovano memaksudkan itu untuk keluarganya meski dengan bahasa seolah ditujukan untuk semua orang.      

Karena itu live, maka banyak yang merespon dengan berbagai komentar. Termasuk dari anggota keluarganya.      

"Kak Jo!" Dari Gavin.      

"Joooo! Sudah sampai yah?!" Dari Kuro.      

"Jooo!!! Kenapa dari tadi tidak kasi kabar, oiii!" Dari ibunya.     

"Jo, kami belum berangkat, nih!" Dari Vargana.     

"Aku ingin ke sana juga!" Dari Voindra.     

"Jaga diri di sana, Nak." Dari Dante.      

"Anak buah Mama kenapa disuruh pulang, woi!" Dari ibunya lagi.      

Namun, Jovano terus saja bicara mengoceh sambil memberikan pemandangan pantai Chirihama melalui kamera dia. "Lihat, di sini indah sekali, guys! Oke, kami harus lekas cari penginapan dulu. See ya!" Ia pun menyudahi instaa-live dia dan masukkan kamera ke saku.      

Jovano dan Zevo menghampiri teman-teman mereka yang lain dan bertanya, "Sudah selesai? Ayo kita cari penginapan dulu sebelum habis diambil orang-orang."     

"Oke."     

"Ayo!"     

Kesepuluh bocah remaja itu pun kembali ke mobil masing-masing.     

Jovano memimpin rombongan dan ia menyusuri pasir pantai secara mudah dengan mobil jeep dia. Ia terus meluncur dan menemukan sebuah jalan tembus untuk keluar dari area pantai.      

Jalanan itu tergolong sempit dan mungkin akan cukup susah jika bertemu dengan mobil dari arah berbeda.     

"Jo, kau yakin mengambil jalan ini?" Ryu agak waswas, khawatir jika nanti mereka bertemu mobil di depan sana, maka akan susah karena mobil Jovano dan Zevo bukan jenis mobil mungil.      

"Tenang saja." Jovano sudah mengerahkan indera pelacak dia dan tidak menemukan mobil di depan. Jalanan depan benar-benar kosong. Oleh karena itu dia berani terus maju tanpa ragu.      

Setelah bertemu sebuah persimpangan empat, ia mengambil arah ke kanan. Jalanan sempit itu diapit banyaknya vegetasi di kanan kiri jalan. Tidak bisa dibayangkan seperti apa area ini jika malam hari. Pasti super gelap dan menyeramkan.      

Jovano terus saja menebarkan kekuatan pelacak dia untuk mengetahui mana daerah yang bisa ditelusuri oleh mobil dan akan bertemu penginapan nantinya.      

Setelah Jovano terus berbelok ke kanan saban dia bertemu persimpangan, dia pun menemukan jalan kembali ke jalan baypass sebelumnya dan dari sana, dia menyeberangi persimpangan jalan baypass tersebut hingga akhirnya tiba di sebuah area yang terdapat banyak rumah-rumah dan mobil terparkir.      

Namun setelah bertanya-tanya di sana, ternyata rumah-rumah di sana sudah disewa orang lain. Terpaksa, Jovano melanjutkan perjalanan dan kembali berjumpa dengan area jalanan sempit yang diapit vegetasi cukup lebat di kanan dan kiri.      

Mobil Jovano terus meluncur sementara matahari sudah semakin merangkak ke barat.     

Setelah terus menyusuri area terpencil tersebut, mereka tiba di daerah Dehama dan menemukan sebuah rumah yang cukup besar ada di dekat persimpangan.      

Jovano dan Ryu turun untuk bertanya pada warga di dekat sana apakah rumah tadi bisa disewa selama satu bulan, warga tersebut agak kaget namun akhirnya berkata, "Iya, bisa. Kebetulan aku yang pegang kuncinya."     

Sesudah mencapai kesepakatan, rombongan mereka pun memasukkan mobil di halaman rumah tersebut.      

Rumah itu terdiri dari 3 bangunan yang disambung berjejeran, dan ada 1 rumah lebih kecil dari kayu mirip dengan pondok di hutan.     

Halamannya luas sehingga memudahkan kedua mobil terparkir sesukanya.      

Dan juga lokasinya ada di antara persimpangan.     

Ketika mereka masuk ke rumah tersebut, keadaan lumayan pengap karena sepertinya rumah hanya digunakan untuk para pelancong pantai Chirihama saja.      

Namun, meskipun terasa pengap dan berbau kurang sedap karena lama tidak dihuni, tapi fasilitas termasuk lengkap.      

"Yang penting ada pendingin ruangan, Jo. Itu yang penting." Taka berkata setengah berbisik ke Jovano.      

Jovano paham, di musim panas begini, sebuah pendingin ruangan atau AC sangat penting untuk melewati cuaca panas nantinya.      

"Baiklah, kami akan bersihkan sendiri rumah ini, Pak." Jovano memutuskan itu setelah teman-temannya merasa rumah ini sudah pas. Lagipula, hendak mencari ke mana lagi? Apalagi ini sudah mulai petang.      

"Yang penting, listrik masih menyala semua, kan? Tidak ada gangguan, kan?" Aoki bertanya ke bapak yang menunggui rumah tersebut.      

"Masih, semua listrik masih menyala, jangan khawatir." Bapak itu pun mengangguk.      

Oleh karena jawaban bapak itu, maka mereka pun semakin mantap menggunakan rumah tersebut untuk hunian selama satu bulan.     

"Nanti kalau kita kurang nyaman di sini, kita bisa pindah." Zevo menambahkan ketika bapak itu keluar dari rumah tersebut.      

"Tapi tadi Jo sudah bayar semuanya. Penuh." Zac menimpali.      

"Tidak apa-apa." Jovano terkekeh santai.      

"Iya, deh … namanya juga sultan, yah Jo!" goda Ryu.      

"Ha ha ha, tidak begitu juga, lah!" Jovano menyahut. "Ayo kita mulai bersih-bersih sebentar. Sepertinya tidak terlalu kotor, kok!"     

"Yeah, hanya butuh di sapu dan di pel saja kalau tak salah." Dex melihat sekeliling ruangan.      

Memang, perabot di rumah itu banyak yang ditutupi kain putih untuk melindungi dari terpaan debu. Ketika hati-hati dibuka kainnya, terdapat perabotan yang masih bersih, entah itu tempat duduk, meja, tempat tidur, dan bahkan kompor tanam.      

"Perabotan di sini termasuk modern, yah!"     

"Iya, bagus."     

"Oke, ayo kerja, kerja, kerja!"     

Mereka mulai membersihkan lantai kayu dan mengepelnya bersama-sama.      

Ketika jam menunjukkan pukul 7:22 mereka sudah menyelesaikan pembersihan sebagian besar ruangan.     

"Ada 4 kamar, nih!" Ren menyebutkan jumlah ruang kamar.     

"Wah, berarti ada yang harus satu kamar 3 orang, dong!" Taka berseru.      

"Aku akan tidur di ruang tengah, di sofa." Aoki berkata. "Ayo, Zac, kau juga temani aku tidur di sofa, yah!"     

"Aku? Sakit tidak kalau tidur di sofa?" Zac agak ragu untuk mengiyakan ajakan Aoki.      

"Begini saja," timpal Jovano. "Gantian saja untuk urusan tidur di sofa. Digilir, yah! Pakai undian pun tak masalah."     

"Nah! Aku setuju dengan saran Jo!" Ryu berkata. "Itu lebih adil, ya kan? Jadi, semua orang merasakan tidur di sofa selama sebulan ini."     

"Jadi, yang malam ini tidur di sofa, siapa?" Ren bertanya.      

"Ayo undi pakai jan ken pon!" usul Stan.      

Mereka pun sepakat untuk mengundi dengan cara jan ken pon, semacam pengundian rock paper scissors ala Jepang.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.