Devil's Fruit (21+)

Memagari Penginapan



Memagari Penginapan

3Fruit 829: Memagari Penginapan     1

Mereka pun sepakat untuk mengundi dengan metode Jan Ken Pon, semacam pengundian rock paper scissors ala Jepang.      

Dan hasil dari pengundian itu adalah Dex dan Ren yang pertama kali harus tidur di sofa ruang tengah.      

"Untung saja sofa di sini masih empuk. Masih bisa dihitung sebagai perikemanusiaan." Dex terkekeh sambil mulai duduk di sofa tersebut sebagai cara awal beradaptasi.      

"Dex, kalau kau suka tidur di sofa itu, besok kau bisa mengambilnya lagi." Taka menggoda. Dex julurkan kepalan tinju dia ke Taka yang tertawa ringan.      

Maka, malam itu mereka mencari makan sebentar di luar. Dua mobil keluar dari area tersebut, dan butuh beberapa puluh menit untuk keluar dari wilayah tersebut.      

Ketika mereka sudah sampai di sebuah rumah makan, mereka lekas memesan apapun yang mereka inginkan dan ada di daftar menu.      

"Gila! Daerah hunian kita kurasa terlalu pelosok." Aoki mencetuskan pemikiran dia.      

"Kau juga berpikir demikian, Aoki?" Ryu naikkan alisnya. "Aku kira hanya aku saja yang berpikir begitu."      

"Kalau menurut aku, daerah itu justru seram. Rumah tempat kita itu jauh dari tempat lainnya, ya kan?" Ren turut bicara.      

"Aku merasakan hawa tak enak di sana." Naru ikut menyumbangkan apa yang dia tahan sejak tadi.      

"Hei, hei. Sudah, jangan meributkan hal yang tidak penting seperti itu." Dex mengatakan sambil masih sibuk menjawab beberapa komen di postingan dia.      

"Memangnya kau tidak merasa sesuatu yang tak enak di sana, Dex?" tanya Aoki.      

Dex pun menoleh ke Aoki. "Kita kan sudah berputar-putar sesorean dan mencari rumah liburan di sana bisa dikatakan susah. Bisa menemukan satu saja sungguh bersyukur, apalagi itu rumah yang besar. Coba kalau kita bertemu rumah kecil? Kau mau satu ranjang isi 4 orang?"      

"Ucapan Dex benar juga. Aku setuju." Zac menyetujui opini Dex. Keduanya pun saling toss sebelum Dex kembali pada layar ponsel dia. "Rumah itu besar dan memiliki banyak ruang tidur dan ada kamar mandi di masing-masing kamar tidurnya. Dan yang terpenting, itu sudah dibayar penuh oleh Jo."      

Ucapan Zac pun membuat banyak dari mereka yang terdiam. Sebagian besar menyetujui opini Zac dan Dex, meski tidak bisa dipungkiri bahwa ada perasaan aneh yang membuat tak nyaman.      

"Kalau kalian tidak nyaman di sana, kita bisa pindah mencari tempat lainnya, kok. Tak usah terlalu memikirkan itu sudah aku bayar penuh atau belum." Jovano menengahi agar semua merasa enjoy akan liburan ini.      

"Tidak, tidak, Jo. Kurasa Zac benar, sih!" Aoki akhirnya mengangguk dan setuju.      

"Mungkin itu perasaan kalian saja karena mendatangi tempat yang masih asing bagi kalian." Stan berkata.      

"Yah, mungkin juga." Ren mengangguk sembari tersenyum masam.      

Mereka pun makan dengan lahap meski menu makanan di restoran kecil itu tidak terlalu bervariasi. Namanya juga sudah kelaparan.      

Setelah selesai makan, sebagian masuk lagi ke mobil dan lainnya masih memilih beberapa makanan kecil untuk dibawa pulang ke penginapan.      

"Kalian yakin tidak ingin mencoba cari minimarket?" tanya Zevo pada teman-temannya.      

"Tidak usah, Zev. Beli di restoran ini saja sudah cukup, kok! Gampang besok saja cari minimarket yang lebih lengkap untuk beli jajanan." Taka menimpali.      

Kemudian akhirnya semua orang pun kembali ke mobil dan melaju pulang ke penginapan, namun karena jalanan di sana sempit, itu adalah jalan satu arah.      

Maka, yang harus mereka lakukan adalah mencari jalan lainnya yang tidak berlawanan atau akan ditegur keras oleh penduduk setempat.      

Tadi sudah sempat begitu, mendapatkan teguran dari penduduk setempat ketika sedang melaju mencari tempat makan.      

Penduduk setempat tidak perduli apakah ada atau tidak ada kendaraan dari arah depan mereka, pokoknya jika itu satu arah yah tetap satu arah, tidak bisa dilanggar seenaknya.      

Setelah berputar-putar mencari jalan dengan alur satu arah yang benar, akhirnya mereka tiba di penginapan setelah melalui perjalanan hampir satu jam lamanya hanya untuk mencari jalan saja.      

"Ampun deh, di sini ternyata sangat ketat peraturannya! Padahal kan banyak jalan sepi, kenapa tidak biarkan saja mobil mencari jalan sendiri?" keluh Zac.      

"Di sini walaupun di pelosok, tapi ternyata tetap harus patuh peraturan." Ren menyahut.      

"Rasanya aku lapar lagi hanya gara-gara putar-putar mencari jalan. Huft!" Taka mulai berjalan masuk ke kamarnya.      

"Makanlah ini, bro!" Dex mengangkat bungkusan hitam yang tadi dibeli dari restoran kecil sebelumnya. Taka menatapnya dengan malas. Lalu dia menggeleng dan mulai rebahkan tubuh di kasur.      

Sedangkan yang lainnya pun mulai berkegiatan masing-masing. Ada yang bermain kartu, ada yang mandi berendam, ada yang langsung tidur.      

Dan ketika Jovano melihat teman-temannya sudah mulai lelap dan tak ada lagi yang terjaga, dia menepuk lengan Zevo.      

Zevo mengangguk dan mereka diam-diam keluar dari rumah dan melonjak ke atas.      

Sudah hampir tengah malam dan suasana sudah sangat sunyi. Zevo berdiri di atas bumbungan atap, sedangkan Jovano mulai memberikan array penghalang ke sekeliling rumah.      

Setelah Jovano selesai melakukan pekerjaannya, ia terbang ke Zevo di atas atap dan bertanya, "Sepertinya yang dikatakan Aoki dan Naru ada benarnya. Ada yang aneh di sini. Tapi aku tak tau apa itu."      

Zevo mengangguk. "Dari awal sebenarnya aku juga merasakan itu tapi karena aku yakin kita takkan bisa digertak siapapun, maka aku diam saja."      

"Ha ha, jangan khawatir. Aku yakin array penghalang yang aku buat tidak akan mudah ditembus." Jovano berkata. "Karena yah ... seperti yang Dex katakan, bahwa sangat susah mencari rumah penginapan di sini di musim liburan begini."      

"Hm." Zevo mengangguk. "Ayo kita masuk. Kuharap semua akan baik-baik saja selama sebulan ini."      

Jovano setuju dan mereka pun mulai masuk ke dalam rumah. Mereka berdua melihat Dex dan Ren yang sudah pulas di atas sofa ruang tengah. Keduanya hanya berselimut tipis saja dan tercium aroma lotion pengusir nyamuk yang mereka oleskan di kaki dan tangan.      

Jovano dan Zevo pun masuk ke kamar mereka masing-masing.      

Malam itu begitu hening, hanya ada bunyi jangkrik dan di kejauhan ada suara cicada, sejenis binatang serangga yang bunyinya sangat nyaring hasil dari kontraksi rongga perut pejantannya.     

Zevo terlelap dahulu dan disusul oleh Jovano yang akhirnya memejamkan mata setelah dia yakin semua dalam keadaan terkendali dengan baik.      

Tadi sebelum masuk kamar, Jovano sudah berkirim kabar dengan keluarga dia agar ibu dan yang lainnya di Roppongi tidak meributkan lagi dengan alasan Jovano kenapa-kenapa jika tidak berkirim kabar.      

Suasana makin sunyi dan sesekali ada angin dingin dari laut menuju ke daratan.      

Angin dingin itu kadang kencang kadang lambat.      

Dan dari arah jendela penginapan, muncul sesuatu yang besar seperti bola mata.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.