Devil's Fruit (21+)

Hari Pertama Bermain di Pantai



Hari Pertama Bermain di Pantai

4Fruit 830: Hari Pertama Bermain di Pantai     3

Dari luar jendela penginapan, muncul sesuatu yang menyerupai bentuk mata besar, mengintip ke dalam penginapan, lalu sesuatu itu pun lekas terbang menjauh secara cepat.      

Sesuatu berbentuk aneh itu sudah menghilang terlebih dahulu sebelum Jovano terbangun karena merasakan ada yang janggal.      

Namun setelah dia menyebarkan indera pelacak dia di sekeliling rumah, tidak ada apapun, maka dia kembali tidur.      

-0-0-0-0-     

Esok harinya, para remaja itu bangun lumayan pagi, yaitu jam 6.      

"Ahh, sialan! Kenapa aku justru bangun sepagi ini ketika libur sekolah?" keluh Taka.      

Yang lainnya tertawa karena itu juga terjadi pada mereka. Hanya Dex saja yang tetap masih pulas di atas sofa, padahal di sekitarnya sudah riuh suara teman-teman dia.      

"Tanganku rasanya gatal ingin berbuat sesuatu ke Dex kalau dia begitu, ha ha ha!" Aoki tertawa nakal.      

"Sepertinya kau satu pemikiran dengan aku, Aoki." Taka meringis.      

"Hei, kalian, jangan berbuat macam-macam padanya atau dia bisa membuat kepala kalian benjol, loh!" Zac memperingatkan.      

"Heran. Kenapa Dex begitu pulas? Lihat, bahkan Ren sudah bangun dari tadi." Ryu menyebutkan Ren yang juga tidur di sofa seperti Dex.      

"Mungkin Dex sangat kelelahan kemarin."      

"Ya, ya, ya, dia terlalu kelelahan karena kemarin dia sibuk membicarakan KPop kesukaan dia!"      

"Hargai saja apa yang disukai orang lain." Jovano menjepit leher Taka dengan lengannya.     

"Ha ha ha! Aku hanya sekedar menggoda dia saja, kok Jo." Taka memberikan alasan.      

"Banting saja dia, Jo! Banting!" seru Aoki.      

"Ha ha ha! Terus keteki dia, Jo! Kau belum mandi, kan?" Zac ikut menyemangati.      

Karena banyaknya suara di dekatnya, akhirnya Dex pun terbangun dengan wajah lesu. "Kalian sedang apa, sih?"      

"Dex! Akhirnya kau bangun juga! Aku kira kau mati!" Taka menjerit dalam jepitan lengan Jovano.      

"Eehh? Masih berani bicara aneh-aneh?" Jovano makin menjepit leher Taka dan menggelitik tubuh Taka hingga dia tertawa tapi sekaligus menderita.      

Dex masih bingung. Namun, tak lama kemudian, ia tersadar dan melotot ke Taka. "Kau bilang aku tadi apa?!"      

Yang lain pun tertawa.      

Akhirnya, mereka semua mandi karena ingin lekas makan pagi. Dex yang mendapat giliran akhir karena dia tidak punya kamar.      

Ketika Jovano selesai mandi, dia melihat Dex masih termangu di sofa. "Hei, bro. Kau tidak apa-apa?"      

Dex yang ditepuk bahunya oleh Jovano pun menoleh dan mengamati Jovano yang kini mulai duduk di sebelahnya. "Memangnya aku terlihat kenapa-kenapa?" Ia balik bertanya.      

"Ohh, syukurlah kalau tidak kenapa-kenapa. Karena kulihat kau masih bingung sesudah bangun tidur." Jovano meringis. "Atau ... kau mungkin bermimpi sesuatu yang tidak biasa?"      

"Mimpi?" Dex terlihat berpikir dan mengingat-ingat. "Sepertinya aku bermimpi wanita cantik tapi aku tak yakin, Jo."      

"Tak yakin bagaimana?" tanya Jovano.      

"Tak yakin apakah itu benar-benar aku bermimpi atau tidak. He he he ..." Dex jadi malu sendiri.      

"Memangnya apa yang kau lakukan dengan wanita cantik itu?" Jovano bertanya.     

"Entah, aku sendiri sudah lupa." Dex menggeleng pelan agak ragu-ragu.      

"Oi, Dex!" Ren muncul dari dalam kamar. "Tuh kamar mandinya sudah kosong. Sana cepat mandi!" Ren sambil menggosok rambutnya dengan handuk.      

"Oke. Aku mandi dulu, Jo!" Dex bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ke kamar tidur tempat Ren barusan keluar dan akan mandi.      

"Dex, jangan lama-lama, yah! Kami sudah kelaparan!" sahut Aoki dari kamar lain.      

Ucapan Aoki hanya mendapatkan decakan singkat saja dari Dex.      

Tak berapa lama usai Dex selesai mandi, mereka bersepuluh pun masuk ke mobil dan para pengemudi mulai meluncurkan mobil dan mencari jalur yang benar agar kejadian semalam tidak terulang lagi.      

Setengah jam kemudian, mereka pun berhasil mendapatkan sebuah warung makan yang menyediakan makanan laut.      

Semua bocah remaja makan dengan lahap dan antusias seperti biasa, kecuali Dex. Dia makan dengan santai dan tidak seantusias kawan-kawannya yang lain.      

"Bro, apakah kau sakit?" tanya Ryu pada Dex ketika melihat dan mengamati cara makan Dex.      

Dex menatap ke Ryu sambil menggelengkan kepala. "Aku sangat sehat, kok! Kenapa?"      

Ryu meringis dan menyahut, "Ohh, tidak apa-apa. Hanya bertanya karena makanmu seperti kurang lahap dan tidak antusias."      

"Hm, makanku memang begini, kok!" Dex memberikan jawaban. Ryu pun mengangguk saja tidak ingin memperpanjang obrolan itu.      

Sementara itu, Naru terus memandangi Dex.      

Usai makan, mereka pergi ke Chirihama Nagisa Driveway. Mereka bersenang-senang di sana. Bahkan Jovano mengajari teman-temannya mengemudi mobil dia.      

"Ayo siapa lagi setelah ini yang ingin menjajal menyetir mobil Jo?" tanya Ryu.      

"Aku! Aku!" Zac mengangkat tangannya dan maju mendekati mobil Jovano yang baru saja dikemudian oleh Aoki.      

Maka, Zac pun kini duduk di bagian kemudi dengan Jovano di sampingnya dan Ryu di jok belakang sembari kap atas mobil itu dibuka.     

Karena Jovano kuat dan memiliki kekuatan telekinesis, dia percaya diri mengajari teman-temannya mengemudi. Jika ada yang gugup dan tak bisa mengendalikan setir, dia dengan mudah mengambil alih kendali.     

"Zev, kau tidak membuka lowongan untuk mobil kamu seperti Jo?" tanya Taka ke Zevo yang duduk santai di dekat tanggul bersama yang lainnya.      

"Mungkin nanti. Aku sedang malas mengurus kalian. Ha ha ha!" jawab Zevo.     

"Sialan. Dikira kami ini bayi," balas Taka.      

Setelah Zac selesai mengemudi mobil Jovano, dia tampak puas dan berseri-seri. "Aku harus bisa merayu ayahku untuk membelikan aku mobil seperti milikmu, Jo!"      

"Mimpi saja kau, Zac!" Aoki tertawa ringan.      

Saat mereka sedang bercanda, beberapa kali rombongan pesepeda lewat di depan mereka. Ada yang pakai sepeda balap, ada juga yang memakai sepeda biasa.      

"Wow! Lihat, dia cantik sekali!" Taka berseru sambil menunjuk dengan dagu pada serombongan gadis-gadis yang bersepeda melewati mereka.      

"Hei, tuan Casanova, kau tidak mengejarnya?" goda Aoki.      

"Hn, aku ini Casanova bermartabat, tidak akan mengejar gadis, tapi akan membiarkan mereka yang mengejarku." Taka berucap penuh percaya diri.      

"Huuu ... rasanya aku gatal ingin menamparmu agar kau sadar dari pingsanmu!" seru Aoki sok kesal.      

Jovano melirik Dex yang terus-menerus diam sedari tadi. Sungguh tidak biasanya Dex begitu. Biasanya Dex akan sibuk berkomentar jika Taka berceloteh aneh-aneh.      

Naru juga melirik ke Dex dengan pandangan penuh arti.      

Siang hingga sore, mereka menghabiskan waktu di Driveway tersebut. Mereka kembali menyetir mobil Jovano secara bergantian menyusuri pantai yang amat panjang pesisirnya.      

Sedangkan mobil Zevo digunakan sebagai tempat santai yang diparkir di tepian agar tidak menggangu pengendara lainnya.      

Malam harinya usai mereka mencari makan malam dan kembali ke penginapan, secara mengejutkan, Dex meminta agar dia kembali tidur di sofa.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.