Devil's Fruit (21+)

Rencana Mengadakan Kunjungan



Rencana Mengadakan Kunjungan

4Fruit 839: Rencana Mengadakan Kunjungan     
4

"Ayolah, guys! Namanya liburan musim panas itu yah membuat mata beristirahat setelah melihat rumus dan pelajaran selama berbulan-bulan dengan cara datang ke pantai penuh akan gadis berbikini!" Zac menambahkan.      

"Oke, kita cari pantai yang bisa untuk bermain air seperti pantai biasa." Jovano mengangguk. "Tapi di daerah sini saja, bagaimana?"     

"Di Chirihama ini? Bukankah selama ini pantainya hanya berisi jalur untuk berkendara saja?" tanya Zac bingung.      

"Bodoh. Tentu saja tidak!" Aoki terkekeh. "Pantai Chirihama ini sangat panjang dan yang sering kita datangi ini belum semuanya."     

"Benarkah?"Stan mulai bersemangat lagi.     

"Ya, kau hanya tinggal menunggunya 5 hari lagi, maka akan ada banyak bikini di sana sini." Aoki menertawakan Stan yang belum tau apa-apa mengenai tempat ini.      

"Baiklah, baiklah ... onegai, senpai (kumohon, senior)," seloroh Stan ke Aoki yang membuat lelaki itu makin terkikik dipanggil senpai. Ia tau Stan hanya sedang menyindir dia saja.      

Benar saja, pertengahan liburan musim panas, sudah mulai ada banyak lagi orang berdatangan di Chirihama ini. Lebih banyak dari sebelumnya, bahkan tiga hingga empat kali lipat!     

"Untung saja kita sudah punya penginapan di sini, yah!" celetuk Dex. "Apalagi penginapan ini sangat super nyaman!"     

"Siapa dulu, dong yang mencarikan ... Jovano." Ryu menunjuk ke Jovano.      

"Ha ha, bukan aku saja kok yang berhasil mencarikan ini. Zevo paling banyak andilnya, sungguh!" Jovano merendah. Yah, dia memang benar. Zevo yang lebih banyak berperan serta akan adanya penginapan itu.     

Rupanya, kekuatan magis Zevo makin bertambah usia, dia semakin kuat dan bisa-bisa dia akan sebanding dengan ayahnya, Pangeran Djanh. Jovano mengakui itu. Jika Zevo kuat dalam kekuatan magis, Jovano kuat dalam strategi dan skill bertarung.     

Dimulai hari kelima belas mereka ada di sana, sudah begitu banyak gadis berbikini seperti yang mereka idamkan. Maksudnya ... Zac dan Stan idamkan.      

Sedangkan yang lain hanya ikut-ikut saja, sebagai tim penggembira jika mereka mulai bersenang-senang di pantai.      

Warung dan kedai kecil di dekat pantai juga sudah mulai banyak di sana dan sini, menawarkan berbagai macam penganan dari yang ringan hingga berat.      

Dengan kemunculan lebih banyak pelancong, maka suasana di Hakui tidak sesunyi sebelumnya. Bahkan di malam hari saja masih ada banyak kendaraan berseliweran di pantai dan jalanan sekitar pantai.      

Para bocah itu sudah tidak lagi merasa ngeri dan mencekam di penginapan karena ramainya keadaan sekitar.      

Padahal, Jovano dan Zevo juga selalu berpatroli setiap malam secara diam-diam tanpa para bocah itu ketahui, apalagi dengan adanya Weilong di sana, keadaan makin kondusif dan aman.      

.     

.     

Tateyama, Chiba-ken, Japan ....     

"Zizi, kau belum makan siang, kan?" seru Andrea sambil bawakan sepiring nasi rawon ke Zivena yang hendak lari ke arah depan untuk menuju ke pantai.      

Zivena segera berbalik dan cemberut ke ibunya seraya berkata, "Mama, jangan berteriak-teriak begitu ketika memanggilku. Aku ini tidak tuli. Dan aku juga ... hanya ingin melihat ke depan, apakah semua baik-baik saja."     

Andrea memutar bola matanya. "Di sana sudah ada Kak Kuro dan yang lainnya, tidak perlu kau cemaskan mereka. Nah, sekarang, kau harus makan dulu ini, baru kau bisa bergabung dengan mereka."     

"Uffhh ... Mama, kau tidak asik!" keluh Zivena masih cemberut.      

"Iya, Mama tidak asik kalau kau tidak patuh." Andrea tak ingin takluk pada perdebatan ini. Lalu dia sodorkan piring berisi rawon ke Zivena.      

"Oke, oke ..." Menghela napas, bocah 2 tahun itu pun pasrah dan pergi ke ruang makan dan duduk tenang di kursi khusus balita. "Sesudah ini selesai, Mama tidak bisa melarangku lagi."     

"Mama harus tetap melarang, dong!" balas Andrea sambil tebarkan sebuah lap makan di pangkuan putri bungsunya. "Kalau kau nanti berbuat yang membahayakan dirimu sendiri, tentu saja akan Mama larang."     

Zivena meletakkan sendoknya sejenak untuk menoleh ke ibunya dan menjawab, "Mam, aku ini tau mana yang bahaya dan mana yang tidak."     

"Yah, katakan itu pada gadis yang pernah diculik hingga dua kali, oke?" balas Andrea.      

"Itu bukankah berakhir dengan baik-baik saja, ya kan?" Zivena belum ingin kalah dan mulai memakan nasi rawonnya.      

"Baik-baik saja karena usaha Mama." Andrea mengerling jenaka.      

"Koreksi, Ma ... setengah lainnya adalah usahaku juga." Tangan kecil Zivena terangkat ke atas seakan sedang melakukan interupsi pembicaraan.     

"Ha ha ha! Kau memang gadis yang gigih dalam berdebat, yah!" Andrea sampai geleng-geleng heran dengan bungsunya ini.      

"Well, aku hanya mencoba yang terbaik saja, Mam." Zivena menjawab usai menelan nasinya.      

"Zizi! Jadi ikut Kak Kuro main di pantai, tidak?" Kuro sudah datang ke ruangan tersebut.      

Zivena melengkingkan suaranya secara lucu menjawab Kuro, "Bagaimana aku bisa ke pantai jika ini saja aku masih ditahan di sini!"     

"Biarkan dia makan siang dulu, Kuro sayank. Dia dari tadi menolak makan terus." Andrea menatap Kuro meminta pengertian si hybrid hitam.      

"Ha ha ha, Zizi ... kalau begitu, lekaslah habiskan makananmu, yah!" Kuro mulai menarik salah satu kursi di sana dan duduk.      

"Mulutku hanya sekecil ini, Kak!" ujar Zivena usai mengunyah makanannya.      

Kuro hanya terkekeh karena dia merasa kalah jika berdebat dengan Zivena. Lawan sebanding bocah 2 tahun itu adalah kakaknya, Jovano.      

Andrea sepertinya berpikiran sama seperti Kuro saat ini dan teringat akan sulungnya. "Bagaimana kira-kira keadaan Jo di sana, yah? Setelah insiden kyuubi itu, apakah semuanya baik-baik saja?"     

Sebenarnya, Andrea mengetahui tentang Jovano yang bertarung menghadapi Kyuubi Tobito. Tentu saja dia tau. Jika tidak, bagaimana Weilong bisa pergi keluar dari Alam Cosmo dan dibawa Shiro ke penginapan Jovano?     

Namun, Andrea berlagak tidak ingin terlalu mendesak Jovano dengan menanyai bocah itu karena Dante, sang suami, berpesan pada Andrea agar tidak sering-sering membatasi Jovano atau si bocah remaja akan semakin menjauh karena merasa tidak dipercaya.      

"Aku yakin Jo akan baik-baik saja, Ma." Kuro menyahut. "Apalagi ada Zevo di sana, dan paman mungil juga. Mereka tidak akan dipersulit oleh iblis manapun jika ada paman mungil."     

"Yah, aku harap juga gitu, sih!" Andrea antara penasaran tapi juga pasrah.      

"Kenapa tidak ke sana saja nanti malam, Ma?" usul Kuro.      

"Maksudmu?"     

"Nanti malam kita bisa jenguk Jo sebentar di sana, sambil bawakan makanan untuk mereka."     

"Kalau begitu ... sorean aja biar pas ntar dimakan waktu jam makan malam."     

"Iya, benar, Ma! Begitu saja!" Kuro mengangguk setuju.      

"Sekarang, kita harus merancang apa kira-kira makan malam untuk di bawa ke sana ..." Andrea pun mengeluarkan notes dan bolpen secara magis dari cincin ruangnya.      

"Rawon!" teriak Zivena. "Aku merekomendasikan itu, Mam!"     

"Oke, rawon. Lagi, dong! Jangan cuma satu." Andrea menulis rawon di notes.     

"Aku boleh ikut ke tempat Kak Jo?" Tiba-tiba Ivy sudah ada di ambang ruang makan dengan baju berjemur dia.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.