Devil's Fruit (21+)

Pesta Makan!



Pesta Makan!

1Fruit 841: Pesta Makan!     
3

Jam enam petang, Andrea dan yang lainnya mulai masuk ke mobil. Dan tak berapa lama kemudian, usai Andrea mendeteksi area yang aman untuk "kemunculan" mereka, dua mobil mereka pun tiba di sebuah area sepi dan mobil Andrea yang dikemudikan Dante mulai meluncur di depan mengikuti share location dari Jovano.      

Ketika mereka tiba di hunian Jovano, dua mobil dengan mudah masuk ke halaman depan penginapan yang memang luas meski sudah terisi dua mobil Jovano dan Zevo.      

Jovano dan beberapa temannya keluar menyambut rombongan Andrea.      

"Gila, Jo! Keluargamu datang! Kok bisa?" Aoki sampai terpekik dalam bisikan keras.      

"He he he ..." Jovano hanya merespon itu saja dan mulai menyapa keluarganya. Teman-teman Jovano lainnya juga mulai keluar dan menyapa rombongan Andrea dengan cara segan. Setelah itu, mereka membantu menurunkan barang-barang bawaan di bagasi mobil (yang sudah dikeluarkan terlebih dahulu dari cincin ruang RingGo Andrea sebelumnya) dan membawa ke dalam penginapan.      

Semua bocah terlihat berseri-seri senang karena mendapatkan banyak makanan. Bahkan ada kotak pendingin yang berisi banyak parfaits. Siapa yang tidak ngiler menatap yang seperti itu di saat musim panas begini?     

"Wow! Sepertinya ini isinya makanan enak semua, nih guys!" Taka antusias.     

"Iya! Tercium dari baunya! Bikin aku langsung lapar tak sabar ingin makan!" Aoki juga turut antusias.     

"Kira-kira apa saja, yah?" Stan berusaha mencium aroma yang muncul dari bungkusan yang dia bawa.      

"Mungkin masakan-masakan dari restoran mereka?" Ryu berspekulasi.     

"Terserah, yang penting ... party!" Zac terkekeh senang.     

"He he ... iya, ini benar-benar seperti summer party, nih! Pesta makan!" Ren tak sabar ingin lekas membuka semua bungkusan.     

Teman-teman Jovano saling bersemangat sembari membawa berbagai bungkusan tersebut masuk ke penginapan.      

Andrea menatap penginapan beberapa saat dan mulai masuk bersama dengan yang lain. "Gimana? Betah di sini?"     

"Betah, dong Mom." Jovano meringis.      

"Betah, yah? Mo sekalian pindah sekolah di sini aja, pa?" goda Andrea.      

"Boleh juga supaya aku bisa lebih bebas dan tidak pusing lihat Mom yang hobi ngomel, ha ha!" balas Jovano mengakibatkan ibunya mendelik kesal.     

Putri Cambion jadi kesal sendiri kalau menggoda sang putra sulung. Kenapa, sih, Jovano selalu bisa meng-counter attack semua "serangan" dia?     

Semua kawan Jovano sibuk membuka bermacam bungkusan dari keluarga Jovano dan mulut mereka terus menerus melongo girang. Selain gembira karena mendapat banyak makanan dan minuman juga buah semangka yang tentu akan sangat menyegarkan, mereka pun bersuka cita karena adanya Ivy.      

Bocah berumur 11 tahun itu tetap menjadi idola banyak teman sang kakak, dan alhasil Gavin jadi cemberut. Dia yang tinggal satu atap dengan Ivy sejak kecil saja begitu susah mendapatkan perhatian dari si nona vampir. Sungguh, Gavin tidak akan terima jika nantinya Ivy akan dipikat oleh salah satu teman Jovano.      

Namun, agaknya kali ini teman-teman Jovano, para penggemar Ivy tidak berani berbuat macam-macam karena ada Andrea dan Dante di dekat Ivy, menyebabkan nyali mereka ciut terlebih dahulu sebelum bisa mendekati Ivy.     

"Vargana tidak ikut, Jo?" bisik Taka ke Jovano.     

"Ohh, sepertinya keluarga dia tidak ikut berlibur dengan keluargaku," jawab Jovano.      

"Kau lebih suka Vargana?" tanya Aoki. "Bukankah Ivy lebih cantik? She is a truly loli!" serunya tertahan ketika Andrea dan yang lainnya masih duduk di ruang depan.      

"Huh! Aku lebih suka Vargana." Taka bersikeras.      

"Aku setuju dengan Taka," ucap Zac sambil menepuk pundak Taka. "Vargana lebih terlihat eksotis dan seksi seperti Angelina Jolie." Ia pun ber-toss dengan Taka. "Dia adalah Lara Croft-ku."     

"Ahh, menurutku masih manis Ivy." Dex ikut menimbrung. "Pesona Ivy lebih eksotis dan lebih misterius." Kini gantian Dex yang melakukan toss dengan Aoki.      

"Hei, hei, kenapa kalian enteng sekali yah menggosipkan saudari-saudariku di depan hidungku, heh?" Jovano berkacak pinggang, berlagak marah, meski ada senyum miring di wajahnya.      

Keempat temannya terkekeh.      

Tak berapa lama kemudian, semua kawan Jovano pun mulai makan malam mereka dengan hidangan penuh gizi dan lezat dari keluarga Andrea. Sementara itu, Jovano menemani keluarganya di ruang depan untuk mengobrol.      

"Jo, kau serius tidak ingin ikut makan dengan teman-temanmu?" tanya Dante ke putranya.     

Jovano menggeleng dan menjawab, "Dad, imma soldier, you know that. Urusan makan itu bisa ditahan bahkan sampai 2 hari lagi pun aku sanggup." Ia menepuk dadanya penuh bangga.      

"Hi hi ... Jo, bagaimana kabar temanmu yang aneh itu?" tanya Kuro pada si adik angkat.      

"Temanku yang aneh?" Kening Jovano berkerut heran dan berpikir kira-kira siapa yang dimaksud oleh Kuro.      

"Dia memaksudkan temanmu yang tidak bisa dihipnotis, Jo." Shiro yang akhirnya membuka itu.     

Jovano pun mendongakkan kepala sambil berkata, "Ohh ... Naru? Yang seorang onmyouji itu?"     

"Ya, yang itu." Shiro kembali menyahut. "Si hitam kusam ini sepertinya naksir si Naru itu."     

"Tidak, yah!" Kuro mulai menaikkan nada suaranya sambil berkacak pinggang ke Shiro. "Jangan seenaknya menyimpulkan sesuatu, putih burik!" Ia mendelik gahar ke kembarannya.      

"Hei, hei ... kakak-kakak kerenku ..." lerai Jovano pada Kuro dan Shiro. "Naru dalam keadaan baik-baik saja dan banyak mengobrol denganku mengenai hal-hal mistis. Dan kalaupun Kak Kuro naksir Naru, itu juga bagus, kok!"     

"Jo! Aku tidak naksir dia!" jerit Kuro dan ditimpali tawa renyah Jovano.      

"Jadi benar kalau penginapan ini tadinya dihuni siluman seperti Kyuna?" tanya Andrea.      

Si putra sulung menggaruk kepalanya yang agak gatal. "Sebenarnya bukan dihuni, sih, melainkan dia memang membangun penginapan ini untuk memancing manusia. Jadi tempat ini memang diciptakan oleh dia."     

"Lalu ... sudah kau musnahkan rubah ekor sembilan itu?" tanya ayahnya, Dante.      

Kepala Jovano menggeleng. "Tidak. Tidak dimusnahkan."     

"Lalu?"     

"Dia pergi."     

"Pergi?!" Andrea dan yang lainnya berseru heran. Yah, kecuali Ivy, Zivena, dan Kiran saja yang hanya diam menjadi pendengar. Dan Shiro yang sudah tau jawabannya.      

"Jo! Kok malah dibiarkan pergi, sih?" erang Andrea.      

"Jo, bagaimana kalau dia menyerang manusia lagi? Atau menyerang kau dan teman-temanmu?" Dante juga ikut menyesalkan lepasnya Kyuubi Tobito.      

"Kenapa malah dilepas dan dibiarkan pergi, Pangeran Muda?" Kenzo ikut bertanya.      

"Yah, mau bagaimana lagi? Dia memang pergi karena diajak Opa." Jovano mengerling nakal sembari tersenyum.     

"Opa?" Andrea dan Dante berbarengan mengucapkan itu.      

"Maksudmu ... kakek sontoloyo kamu itu, Jo?" tanya Andrea.      

"Sayank, jangan menyebut ayah mertua seperti itu." Dante menegur pelan istrinya. "Tidak bagus untuk pendidikan kesopanan pada anak-anak kita."     

"Halah!" Andrea memutar bola matanya.      

"Hi hi hi!" Jovano terkikik. "Iya, Kyuubi Tobito memang dibawa pergi oleh Opa Zardakh, katanya hendak dijadikan mainan dia di salah satu alam Opa."      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.