Devil's Fruit (21+)

Gangguan Lagi



Gangguan Lagi

2Fruit 843: Gangguan Lagi     
2

Saat mereka sudah di daerah Takayama menuju Matsumoto, jalanan pun hanya dipenuhi hijau dan hijau saja karena di kanan kiri penuh akan panorama vegetasi beserta pemandangan banyak gunung di kejauhan sana.      

"Di sini ada banyak gunung, yah!" Jovano berujar.      

"Iya." Ryu menyahut dan melihat ke map di ponsel dia. "Ada Gunung Yake, Gunung Hotaka, Gunung Yari, Gunung Otensho, Gunung Kurobegoro, dan masih banyak lagi di sisi kiri kita, tuh!"     

"Kalau di sisi kanan ada juga, kan?" tanya Jovano lagi.      

"Iya, di sisi kanan ada Gunung Hachimori yang paling dekat." Ryu menjawab.      

"Dan juga masih ada banyak lagi, yah?"     

"Iya, benar, Jo. Daerah sini memang sangat banyak adanya gunung. Bahkan yang kiri kita nih, itu bisa disebut kumpulan deretan gunung. Ha ha ha!"     

"Lain kali aku ingin mendaki salah satu dari mereka." Jovano seolah sedang berikrar pada dirinya sendiri.      

"Jo, ajak aku kalau kau ingin naik gunung, yah!" Taka berseru dari belakang.     

"Aku juga, Jo!" Dex tak mau kalah.     

Ketika mobil kedua bocah tiba di terowongan daerah Matsumoto, Naru mengernyitkan dahinya. Jovano dan Zevo juga.      

Ada hawa tak enak di tempat itu. Dan benar saja, napas mereka terasa sesak dan suasana mendadak sepi mencekam. Namun, itu rupanya tidak berlangsung lama. Bahkan mereka tidak berhasil dibawa ke alam ilusi oleh makhluk itu dikarenakan adanya Weilong selalu ada di sisi Jovano.      

Rupanya, tidak sia-sia membiarkan para iblis menyertai perjalanan mereka, karena makhluk itu tidak sempat memberikan serangan dia ke rombongan Jovano. Dia langsung diberangus oleh salah satu iblis dan sebelum dimusnahkan, makhluk itu sudah disambar lebih dulu oleh King Zardakh.      

Lagi-lagi sang raja mengetahui adanya keberadaan makhluk mistis hendak menyakiti cucunya. Kedua iblis itu tentu saja tidak menyangka akan kedatangan King Zardakh, dan sudah pasti membiarkan tuan raja mereka membawa pergi makhluk itu untuk dijadikan koleksi di alam dia yang lain.      

Sepertinya King Zardakh tidak ingin kalah dari Pangeran Djanh yang bisa mempunyai banyak makhluk aneh dan unik yang memenuhi alam Feroz dia. King Zardakh juga ingin memenuhi salah satu alam miliknya seperti alam Feroz.      

Salah satu iblis langsung memberikan laporan ke Jovano yang sedang melanjutkan menyetir setelah sempat hampir menghentikan mobilnya.     

"Ada apa tadi?" tanya Jovano menggunakan kekuatan telepati pada iblis bawahan kakeknya.      

"Lapor, Pangeran Muda, tadi ada makhluk sejenis burung besar dan hitam dengan hidung yang panjang serta berwajah merah padam. Dia berpakaian aneh dan berfisik seperti manusia tapi memiliki sayap hitam seperti bulu dia. Kakinya bercakar seperti burung." Iblis itu melaporkan pada Jovano mengenai bentuk makhluk yang hendak memerangkap rombongan Jovano di terowongan tadi.      

Jovano kerutkan keningnya, kemudian dia mencoba mengirim telepati ke Naru. Ternyata, telepati Jovano bisa mencapai Naru dan dia menjelaskan deskripsi sesuai yang dikatakan iblis bawahan kakeknya.      

"Naru, apa kau tau itu makhluk apa?" tanya Jovano dalam telepati ke Naru.      

"Sangat tau." Naru menjawab menggunakan telepati juga.      

"Apa itu?"     

"Itu namanya Tengu."      

"Tengu?"     

"Iya, apa kau ingat pemaparan dariku sewaktu perjalanan berangkat kita dulu?"     

"Coba ingatkan aku, Naru."     

"Tengu itu adalah siluman gagak yang biasanya mendiami daerah gunung."     

"Ohh, pantas saja dia ada di sini, karena tempat ini sangat banyak gunung di kanan dan kiri."     

"Ya."     

"Tapi, Naru, yang dikatakan Tengu itu sewaktu hendak menyerang kita, dia membawa-bawa nama Kyuubi Tobito."     

"Hm, sepertinya dia teman dari Kyuubi Tobito."     

"Mungkin saja."     

"Apakah yokai lain jenis bisa berteman, Naru?"     

"Bisa. Karena mereka kan seperti kita juga."     

Ucapan dari Naru baru saja membuat Jovano terdiam dan merenungkan itu. Dan Jovano juga tau kakeknya membawa paksa Tengu itu ke alam pribadi Beliau.      

Lima jam selanjutnya, mereka pun tiba di Roppongi. Jovano mengantarkan temannya satu demi satu hingga sampai di depan rumah mereka masing-masing. Yah, itu salah satu tanggung jawab yang bisa dia berikan.      

Setelah itu , dia dan Zevo sama-sama meluncur ke The Hills dan kembali ke rumah masing-masing.      

Setiba di mansionnya, Jovano disambut oleh keluarganya. Ternyata Andrea dan rombongan dia sudah lebih dulu pulang beberapa hari lalu.      

Ketika Jovano bisa bicara empat mata dengan ibunya di halaman belakang, dia berkata ke Andrea, "Mom."     

"Ya?" tanya Andrea yang masih minum teh di bawah pohon sakura.      

"Makasih yang dua iblis kemarin." Jovano mendekat ke ibunya.      

Andrea tetap tenang sambil terus menyesap pelan-pelan teh sakura dia dengan gaya khas orang jepang ketika minum teh, duduk bersimpuh dan meminum perlahan-lahan dengan sikap anggun.      

Jovano tau jika ibunya terlihat tenang begitu ketika ibunya benar, itu seolah sang ibu sedang mengolok Jovano.      

Meski si bocah remaja itu sebal juga dengan sikap sang ibu, tapi dia memang tidak bisa memungkiri bahwa perhatian dan kekhawatiran dari seorang ibu itu kadang memang berguna dan baik bagi sang anak itu sendiri.      

"Mom ... iya, aku minta maaf karena sudah mengusir iblis sebelumnya di perjalanan berangkat. Aku minta maaf, Mom. Aku ngaku salah sudah berbuat begitu." Baru ini Jovano merasa kalah dari ibunya.      

Pandangan Andrea akhirnya terarah ke Jovano dan dia mengulum senyumnya. Senyum kemenangan. Senyum kelegaan pula. Lega karena pilihannya tepat. Lega karena tindakan pencegahan dia benar-benar berguna. Lega karena putranya baik-baik saja tidak celaka. Dan lega karena sang putra berterima kasih atas tindakannya dan sekaligus meminta maaf.     

Ini adalah sesuatu yang langka terjadi pada Andrea. Langka mendapati anaknya mau dengan rela dan pasrah melakukan hal ini.      

"Setidaknya, kamu sekarang tau seperti apa sayang Mama ke kamu, anak Mama." Andrea melirik ke Jovano sebelum mulai mengangkat gelasnya lagi dan menyesap perlahan tehnya yang tinggal separo dari gelas tanah liat.      

"Iya, iya, Mom ... I know ... Aku tau Mom sangat sayang pada aku. Aku tau, kok ..." Jovano pun mulai rebahkan kepalanya di pangkuan sang ibu.      

Senyum Andrea pun muncul. Dia seakan merasa nostalgik. Sudah berapa lama putra sulungnya tidak bermanja seperti ini padanya? Kapan terakhir si sulung ini bersedia manja di pangkuan dia seperti ini? Begitu lama hingga Andrea pun tak ingat kapan tepatnya.      

"Kalian!" Tiba-tiba muncul Zivena sambil berkacak pinggang. Wajah kesal dia terlihat sangat imut dan lucu dengan pipi chubby dan bibir mengerucut. "Aku cari-cari di semua sudut rumah, kenapa ada di sini dan tidak mengatakan sesuatu dulu pada aku ketika ingin di sini?"     

"Ha ha ha ... sini, sini, Zizi sayank ..." Jovano mengulurkan tangan ke adik bungsunya.     

Zivena senyum malu-malu dan berlari menerjang ke pelukan Jovano. "Kak Jo terlalu lama pergi! Aku kesal!"     

"Ha ha ha! Iya, iya ..." Jovano mempererat pelukan dia ke Zivena sembari dia masih tiduran di pangkuan ibunya yang masih tenang meminum tehnya.      

Kebahagiaan Andrea bertambah ketika suaminya menghampiri mereka dan bergabung di sana. Namun, Andrea tidak sadar ada pandangan dingin dari sebuah arah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.