Devil's Fruit (21+)

Pembicaraan Kakak dan Adik



Pembicaraan Kakak dan Adik

3Fruit 845: Pembicaraan Kakak dan Adik      1

Zivena benar-benar merenung ucapan ibunya dan akhirnya memiliki konklusi sendiri mengenai sang kakak perempuan. Ia berpendapat bahwa Kak Ivy dia memang tidak bisa diberi nasehat jika orang yang mengatakan nasehat itu bukanlah orang favoritnya.     

Oleh karena itu, Zivena mendatangi kamar kakak sulungnya. "Kak Jo." Ia menyapa setelah mengetuk pintu kamar Jovano dan melongokkan kepala pirang tua kecoklatan dia dari balik pintu.     

Jovano yang sedang duduk menghadap laptop pun menoleh dan menurunkan headphone di kepalanya. "Zizi honey, ada apa, sweetie?" tanya Jovano, agak heran adiknya yang ceriwis ini bisa datang kepada dia seperti ini."     

Zivena masuk ke kamar Jovano dan mengambil duduk di tepi tempat tidur di sana. "Kak Jo. Apa Kak Jo sayang pada Kak Ivy?" Si mungil menggemaskan itu bertanya demikian pada awalnya ke Jovano.     

"Wah, kalau tidak sayang, gimana mungkin Kak Jo sering pergi-pergi bareng ama Kak Ivy?" Jovano menjawab dan memutar tubuh ke arah Zivena. Kebetulan kursi tempat dia duduk dengan Zivena tidak terlalu jauh.      

Gadis mungil itu mengangguk sekali dengan gaya dewasa. "Oke. Kalau aku menilik dari ucapan Kak Jo, sepertinya aku memang harus percaya bahwa Kak Jo sungguh menyayangi Kak Ivy."      

"Ha ha ha, kok harus percaya, sih?" Jovano mempertanyakan pemilihan kata oleh sang adik bungsu. "Yah, memang sudah sepatutnya Zizi percaya, dong."      

"Oke, oke, aku memang percaya, kok. Don't worry, bro." Zivena bertingkah seolah dia sedang menenangkan Jovano.      

Melihat mimik muka Zivena yang menggemaskan, Jovano pun berpindah duduk ke sebelah si bungsu dan menangkup dua pipi si adik sembari mengecup ujung hidungnya karena saking gemasnya.      

Zivena melepaskan pipinya dari tangan Jovano. "Ugghh, Kak Jo. Jangan merayuku dulu! Jangan melemahkan semangat aku."      

"Ha ha ha, Zizi, jadi kau punya misi sehingga datang ke sini?" Jovano akhirnya bisa menebak bahwa sang adik datang begini memiliki suatu permintaan. Ya, dia yakin mengenai itu.      

"Misi ini misi kebajikan, Kak Jo." Raut wajah Zivena tampak teguh.     

Sang kakak mengangguk sekali dan menjawab, "Iya, ngerti kalo Zizi pasti akan berbuat apapun yang baik."      

"Kalau begitu, Kak Jo pasti akan mendengar dan mengabulkan permintaan aku, kan?"     

"Yah, tergantung juga, sih."      

"Kak Jo! Kok malah tergantung? Yang pasti, dong!"      

"Yah, kan Kak Jo harus tau dulu Zizi maunya apa. Kalo sulit buat Kak Jo lakukan, kan namanya Kak Jo gombal doang ntar."      

Zivena melipat dua tangan dia di depan dada. Wajahnya terlihat serius. "Begini, Kak Jo."      

"Ya?"      

"Apa Kak Jo tidak merasa risih kalau melihat Kak Ivy berdandan tebal hampir setiap hari? Apa Kak Jo nyaman melihat itu?" Zivena pun mencetuskan yang dia pikirkan.      

"Risih?" Jovano berpikir sejenak. "Tidak terlalu, sih. Walau kadang Kak Jo ngerasa itu tidak sesuai dengan umur Ivy. Kenapa, Zi?"      

"Nah!" Zivena menampar pahanya sendiri. "Oleh karena itu, bagaimana kalau Kak Jo menasehati Kak Ivy agar tidak memakai make-up tebal? Itu benar-benar terlihat aneh dan tidak sesuai umur Kak Ivy!"      

"Hm, hmm, kalau mengenai menasehati kakak kamu soal make-up, terus terang saja Kak Jo nggak bisa."      

Wajah Zivena terlihat suram. "Kak Jo, Kak Ivy itu belum pantas memakai make-up seperti itu! Kalau Kak Jo sayang Kak Ivy, harusnya Kak Jo nasehati Kak Ivy biar tidak terjadi hal-hal yang terlalu jauh nantinya."      

"Hal-hal yang terlalu jauh? Kira-kira seperti apa itu contohnya?" Jovano tertarik dengan pilihan kalimat dari si adik.      

"Yah ... misalnya sih ... pergaulan bebas? Jaman sekarang ini semakin gila saja pergaulan anak-anak di dunia, Kak. Aku tak mau Kak Ivy sampai melakukan itu."      

"Hn, kalau mengenai pergaulan bebas, Zi ... Apa kamu lupa kalau kakakmu itu orang yang bisa dibilang anti sosial, ya kan? Bagaimana dia akan terjerumus pergaulan bebas kalau dia saja tidak suka bergaul?"      

"Lalu, Kak Ivy untuk apa berdandan seperti itu? Dia seperti wanita dewasa! Apalagi gaya dandannya pakai warna hitam segala, mengerikan!"     

Jovano terkekeh sekejap sebelum menjawab, "Itu dinamakan dandanan gothic Lolita, sayank." Ia kembali menangkup pipi si adik dan memutar-mutar pipi chubby itu.      

"Ughh, Kak Jo, stop. Pipiku bisa kendor kalau kau unyel-unyel begitu!" Tangan mungil Zivena menurunkan dua tangan besar kakak sulungnya dari kedua pipinya.      

"Yah, siapa suruh kau punya pipi bikin gemas gitu, sih!" Jovano terus saja terkekeh geli melihat kekesalan Zivena. "Lagi pula, mana ada pipi kendor kalau diunyel-unyel? Ha ha ha!"      

"Tentu saja bisa!" Zivena menatap protes ke Jovano yang masih terkekeh. "Kak Jo, seriuslah! Ayo serius! Ini tentang kebaikan bagi Kak Ivy."     

Jovano menghentikan tawa kecil dia dan berdehem sejenak sebelum mulai menatap lurus ke Zivena dan bicara. "Zizi, Zizi sayank, daripada kita melarang Kak Ivy memakai make-up tebal seperti yang Zizi khawatirkan itu, bukannya lebih baik kalau kita tanya ke dia kenapa dia memakai itu? Siapa tau, dengan memakai make-up tebal, Kak Ivy-mu merasa nyaman dan menemukan jati diri dia di sana."     

"Kenapa malah jati diri ditemukan melalui make-up tebal?" Zivena miringkan kepala. "Itu sepertinya tidak tepat. Menemukan jati diri harusnya dengan hal yang baik, dong!"      

"Yah, baik dan buruk itu kan terkadang relatif, Zi." Jovano yakin adik bungsunya mengerti pemilihan kata yang dia ucapkan. "Bisa saja memakai make-up tebal adalah sesuatu hal yang baik bagi Kak Ivy kamu."      

"Tapi aneh, Kak Jo!"      

"Tapi itu membuat kakakmu nyaman, Zi!"      

Zivena menarik napas perlahan dan mengeluarkan pelan-pelan juga. "Jadi, Kak Jo tidak mau membantu menasehati Kak Ivy, nih?"      

"Mungkin nanti Kak Jo tidak akan menasehati tapi akan bertanya dulu ke Ivy apa alasan dia pakai make-up seperti itu." Jovano menepuk lembut kepala adiknya.      

Zivena menghela napas. "Ya sudah, deh, kalau Kak Jo tak mau membantu aku."      

"Zizi honey, ini bukan berarti Kak Jo tidak mau membantu kamu, Zi. Tapi lebih akan mengobservasi dulu mengenai itu dan akan mengambil tindakan yang tepat." Jovano gemas dan mencubit cuping hidung adik bungsunya. "Nah, sekarang kesampingkan dulu masalah Kak Ivy kamu. Sekarang Kak Jo ingin tau, bagaimana sekolah Zizi?"      

"Sekolah aku?" Mata gadis cilik yang sudah punya sepasang sayap kecil itu pun berbinar. "Zizi punya banyaaaakkk teman! Bahkan, ketika ibu guru tau kalau Zizi adiknya Kak Jo dan Kak Ivy, ibu guru makin baik ke Zizi."      

Jovano tertawa ringan. Dalam hatinya, dia tidak terkejut jika perlakuan para guru di K-Space lebih intens ke Zivena, karena pasti sang ibu, Andrea, memberikan dana lebih banyak kepada sekolah agar mereka lebih memperhatikan Zivena.      

Karena itu juga terjadi pada Jovano ketika bersekolah di sana. Dia mengetahui mengenai itu secara tidak sengaja.     

Yah, ibunya memang jenis yang gampang cemas dan menginginkan perlindungan penuh pada sang anak.      

Tidak itu saja, bahkan sang ibu juga kerap mengirimkan iblis penjaga untuk anak-anaknya di sekolah.      

Yah, begitulah emak-emak kalau dia memiliki uang banyak. Semua demi anaknya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.