Devil's Fruit (21+)

Original Character



Original Character

0Fruit 846: Original Character     
0

Suatu sore ketika Jovano sudah pulang dari kuliahnya, ia melihat Ivy, adiknya, sedang menuruni anak tangga menuju ke lantai satu. Ia pun menghampiri sang adik.      

"Ivy honey, mau pergi ke mana?" Jovano bertanya.      

"Ingin beli sepatu boots." Ivy menjawab sang kakak sambil memeriksa kepang kecil dia di kedua sisi kepala apakah sudah benar.      

Jovano menatap adiknya dari atas hingga bawah. Tatanan rambut digerai dan ada kepang di kedua sisi kepala sebelah pipi, poni tebal, make-up gaya gothic Lolita seperti eyeliner hitam, eyeshadow hitam dan lipstik merah marun.      

Lalu, baju kaos ketat warna hitam di atas perut dan dilapisi jaket jins tipis warna putih, dan rok mini warna putih dari bahan denim juga.      

Kemudian, ke bawah lagi, ada sepasang sepatu boots warna putih setinggi betis. Hak sepatunya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 5 sentimeter.      

"Mau Kak Jo antar?" tawar Jovano karena dia sendiri juga khawatir jika sang adik bepergian seorang diri menggunakan dandanan demikian.      

Senyum Ivy yang langka itu pun muncul terkembang. "Tentu saja mau. Malah aku pengin sekali pergi dengan Kak Jo!"      

Akhirnya, mereka berdua pun pergi menggunakan mobil Jovano, dan membayar taksi online yang sebelumnya dipesan oleh Ivy. Jovano membayar sejumlah uang ke pengemudi taksi online yang sudah terlanjur datang. Kasihan kalau di-cancel begitu saja.      

Jovano juga tidak lupa pamit ke ibu dan ayahnya, mengatakan hendak mengantar Ivy pergi beli sepatu.      

Dua remaja itu meluncur ke daerah Ginza. Pusat perbelanjaan paling tersohor dan elit di Jepang itu pun diaduk-aduk keduanya untuk mencari sepatu boots bagi Ivy.      

"Uffhh, bukan yang begini. Cari tempat lainnya, yuk Kak!" Ivy meninggalkan toko sambil menggamit lengan Jovano bagai sepasang kekasih saja.      

"Yang seperti bagaimana yang kamu cari, Ivy honey?" tanya Jovano. Ini sudah toko sepatu kesembilan yang mereka masuki dan Ivy tidak juga menemukan yang sesuai dengan keinginan dia.      

"Yang seperti ini, Kak Jo." Ivy mengambil sesuatu dari dalam tasnya.      

Jovano mengambil kertas yang disodorkan Ivy. Di sana ada semacam sketsa atau gambar sepatu dari pensil warna. "Ini siapa yang gambar?" Ia menunjuk ke gambar sepatu boots warna merah tua dengan detil tali di bagian samping luar berwarna hitam dan di ujungnya ada renda-renda kaku warna hitam.     

"Aku, Kak Jo. Aku pengin sepatu boots yang mendekati gambar itu."      

"Jadi, kau yang mendesain sepatu boots ini?" Jovano mengembalikan kertas milik Ivy. Dia tidak menyangka adiknya yang ini bisa menggambar desain.      

Ivy mengangguk. "Aku ingin gunakan sepatu boots itu untuk OC aku."      

"OC ... Original Character?" Jovano ingin memastikan.      

Ivy mengangguk. "Aku sudah punya pakaiannya. Sekarang tinggal sepatunya saja." Mereka mengobrol sambil jalan di trotoar dengan Ivy terus menggamit lengan sang kakak.      

"Hn, kenapa kamu nggak kasi aja itu ke pembuat sepatu? Kan bisa pesan secara costumize." Jovano menyarankan. Daripada kaki dia gempor menjelajahi seluruh Ginza hanya demi sepatu boots desain pribadi.     

"Ehh? Bisakah itu, Kak? Ada tempat seperti itu?" Mata bulat Ivy berbinar senang.      

"Tentu saja ada. Kau tidak tau itu?"      

"Tidak, Kak Jo! Kalau begitu, antar aku ke tempat itu, Kak!"      

"Setau kakak, tempat itu tidak di Tokyo. Ada mungkin, sih di sini tapi sepertinya kurang bagus dan kurang rapi hasilnya. Teman Kakak yang biasa main cosplay yang kasi tau Kakak." Jovano melirik ke sebuah kafe remaja dan mengajak adiknya masuk ke sana.      

Mana mungkin Ivy menolak.      

Keduanya pun masuk ke kafe yang didominasi tokoh karakter kartun remaja dan memilih tempat duduk agak di sudut. Sebenarnya Jovano ingin mengajak makan ke Tropiza saja tapi masih jauh dari mereka berada sekarang.      

Kedua remaja itu memesan makanan ringan masing-masing. Jovano dengan kentang goreng dan burger. Sedangkan Ivy memesan wafel.      

Setelah itu, pelayan pun pergi dari sana.      

Jovano menatap sang adik yang duduk di depan dia. "Ivy, kamu masih mainan cosplay sampai sekarang?"      

Kepala Ivy mengangguk. "Tapi bukan lagi cosplay karakter anime, Kak Jo. Melainkan OC. Aku sering menciptakan OC untuk aku dan nanti aku akan berfoto dengan penampilan OC itu dan pajang di Instagramm aku."      

Tangan Ivy mengambil ponselnya dari tas lalu membuka Instagramm dia. Jovano menerima ponsel itu dan mengamati beberapa foto sang adik. Foto jenis selfi tentu saja.      

Ada yang diberi caption: Madeleine Young. Ivy memakai baju serba hitam dan kombinasi Oren.      

Lalu ada juga foto bercaption: Loraine Sayaka. Dan Ivy di sana memakai pakaian Lolita warna merah muda dan emas.      

Dan masih banyak lagi foto-foto yang diklaim sebagai OC sang adik.      

"Hn, not bad." Jovano manggut-manggut kepala dan kembalikan ponsel itu ke adiknya. Ivy pun menyimpan ponsel ke tas lagi.      

"Dandanan aku yang sekarang ini, ini adalah White Ophelia." Ivy menambahkan.     

"Jadi ... Ivy pake make-up seperti ini, semua adalah karena sedang cosplay OC?" Jovano akhirnya bisa masuk ke apa yang ingin dia ketahui. Dia merutuki dirinya sendiri yang kurang ngeh pada penampilan adiknya. Selama ini dia hanya mengira sang adik hanya berdandan untuk kesenangan dan iseng saja.     

Ivy mengangguk. "Yah, 80 persen karena OC dan sisanya adalah ... suka saja." Ia mengedikkan bahunya.      

Pelayan pun datang membawa pesanan mereka dan menaruh satu demi satu ke atas meja dan meninggalkan mereka berdua lagi.      

Jovano dan Ivy pun memulai makan mereka. Keadaan lumayan hening. Meski demikian, otak Jovano terus berputar untuk berpikir akan memberi pertanyaan macam apa saja ke Ivy.      

Di saat makanan mereka hampir habis, barulah Jovano membuka obrolan lagi. "Ivy. Kau benar-benar suka main cosplay?"      

"Iya, Kak Jo. Aku suka cosplay sejak dulu Kak Jo ulang tahun dan temanya cosplay. Sejak itu aku jadi suka menirukan dandanan di sana. Aku juga banyak belajar tutorial berdandan dari internet, dari Yutub. Dan mencari barang-barang dari internet juga."      

"Hn, kreatif." Jovano mengangguk-angguk.      

"Aku kan tidak punya kekuatan magis seperti kalian. Maka dari itu, aku harus melakukan semuanya sendiri dengan segala kreativitas aku. Kalau aku punya kekuatan magis, aku tak perlu repot-repot lagi jika ingin meniru dandanan seperti apapun." Ivy menjabarkan panjang lebar.      

Memang, Ivy lebih sering bicara banyak dan terbuka ke Jovano saja dibandingkan siapapun di sekitar dia. Ivy lebih percaya ke Jovano melebihi apapun. Saat ini.      

"Ohh, ternyata begitu. Kak Jo pikir kamu dandan tebal dan mencolok begini hanya karena iseng saja."      

"Enggak, Kak. Ini semua OC aku. Omong-omong, apakah Kak Jo mendadak tanya-tanya tentang dandanan aku, apa itu disuruh Mama?"      

Jovano terkejut. Apakah ibunya juga terganggu dengan make-up tebal Ivy? "Tidak. Tidak, kok."      

Yah, memang dia tidak disuruh Andrea, kan? Tapi disuruh Zivena.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.