Devil's Fruit (21+)

Promosi Untuk Adora



Promosi Untuk Adora

4Fruit 857: Promosi Untuk Adora     
0

Setelah Andrea selesai diwawancarai oleh banyak wartawan yang dia ajak berkeliling ruangan demi ruangan gedung sembari diberikan penjelasan, kini Andrea sudah bergabung dengan keluarganya.      

"Mom, ini sungguh hebat." Jovano mengacungkan ibu jarinya ke sang ibunda. "Aku sudah memposting ini di Instagramm aku dan begitu banyak respon positif dari teman-teman aku, Mom. Mereka banyak yang berminat ikut jadi anggota Adora."      

"Iya kah? Wow! Bagus, deh tuh!" Andrea terlihat senang. Ternyata ide dia mendirikan talent house seperti ini memang tidak buruk.      

"Aunty! Teman-teman aku juga ramai ingin datang ke sini menjadi anggota Adora!" Voindra ikut bicara dengan suara bersemangat seperti dia biasanya. "Mereka sibuk tanya ke aku, kapan bisa mendaftar?"      

"Katakan pada mereka, besok mereka sudah bisa mendaftar. Cukup siapkan uang 15.000 Yen sebagai biaya pendaftaran, dan nantinya mereka hanya bayar 10.000 Yen saja tiap bulan. Tidak mahal, kan? Karena mereka akan banyak dapat hal bagus di sini. Gak akan nyesel deh pokoknya kalo keluar uang cuma segitu. Ayo, bantu Aunty promo Adora ke teman-teman kalian, yak!"      

Ketika itu disampaikan para bocah Blanche ke teman-teman mereka mengenai harga di Talent House Adora, banyak yang menjerit kaget karena itu memang sangat murah untuk sebuah tempat kursus ataupun sanggar seni.      

"Aunty, mereka langsung hype banget!" Voindra melaporkan. "Katanya, kok bisa semurah itu! Bercanda atau beneran? Mereka ampe tanya gitu."      

Andrea terkekeh. "Ha ha ha, bilang dong ke mereka kalo ini serius murah tapi mutu kagak kaleng-kaleng. Dijamin!" Ia tau, harga yang dia patok memang tergolong sangat murah untuk sebuah kursus. Karena yang dia ketahui, kursus pop culture Japan di daerah Shinjuku saja satu bulan bisa menelan biaya hingga 75.000 Yen atau sekitar sepuluh juta rupiah lebih!      

Tapi, sang Cambion sudah tidak lagi memikirkan untung dan rugi. Dia mendirikan tempat ini selain untuk putri sulungnya, juga untuk beramal pada para remaja agar mereka bisa mengasah ketrampilan mereka di situ.      

Dari awal, Andrea memang tidak melulu memikirkan keuntungan. Dan ini adalah pertama kalinya dia melakukan hal demikian. Dia yang biasanya serba menghitung untung dan rugi, kini melepaskan pemikiran itu dan hanya memungut biaya yang masuk akal serta memudahkan remaja yang bukan berasal dari keluarga kaya raya untuk bergabung juga.      

"Aunty! Apakah ada seleksi nantinya kalau ingin jadi anggota di sini?" tanya Vargana. "Temanku yang bertanya."      

Andrea menggeleng. "Tidak ada. Siapapun boleh mendaftar."      

Jovano kembali mendekati ibunya dan bertanya, "Mom, kalau peserta sampai membludak karena harga sangat murah begitu, bagaimana?"      

"Yah, satu-satunya cara adalah ... Membangun tempat ini lebih luas, membeli bangunan sekitarnya, atau pindah mencari tempat baru yang lebih luas dan bisa menampung semua orang." Andrea sudah memikirkan hal itu.     

Maka hari itu, banyak anak muda di Tokyo membicarakan mengenai Talent House Adora yang baru saja diresmikan oleh Andrea dan yang lain. Mereka banyak yang berminat mendaftar ke sana.      

Sedangkan anak muda di luar Tokyo hanya bisa menyesali kenapa mereka jauh dari Tokyo.      

"Mom, sepertinya kau harus mempersiapkan gedung baru dalam waktu dekat ini." Jovano terkekeh. "Feeling-ku merasakan itu. Khe he he ..."      

Andrea ikut terkekeh. "He he ... Oke. Akan Mama persiapkan nanti."      

Sementara itu, Ivy yang menjadi alasan adanya Talent House Adora, sedang berkeliling sendirian saja di gedung tersebut, terutama di lantai 1. Namun, kemudian Gavin datang dan menemani dia.      

"Ivy hime, aku sudah membayangkan kau akan jadi bintangnya di sini." Gavin sudah langsung memberikan rayuan gombal dia ke Ivy sembari mereka menyusuri lantai 1.      

Hati Ivy berbunga-bunga ketika mendengar Gavin bicara seperti itu. Walaupun begitu, Ivy tidak memberikan respon apapun selain kata "hn" saja untuk menanggapi Gavin. Padahal hatinya bagai ada pesta kembang api.      

Ivy suka dipuji, suka disanjung, suka diidolakan siapapun. Itu bisa membuat dia merasa nyaman dan membengkakkan rasa percaya diri dia. Namun, yang menyebalkan adalah, Ivy merespon seolah-olah dia acuh tak acuh mengenai pujian dari mereka.      

Gilanya, karena Gavin pemuja Ivy nomor satu, dan dia mungkin sudah saking mister bucin cilik yang mendekati masokis, bocah lelaki itu malah menganggap tanggapan dingin dari Ivy merupakan sikap agung seorang wanita cantik.      

Sepertinya Gavin memang terlalu memuja karakter Lolita dingin di anime.     

Lihat saja bagaimana Gavin terus saja membuntuti Ivy meski gadis cilik itu tidak menggubris perkataan dia. Hanya menjawab hn-hn saja. Itupun tidak bisa dikatakan menjawab karena hanya merupakan sebuah gumaman semata.      

Tapi Gavin masih saja suka!      

"Ivy hime, nanti kau akan berfoto seperti apa di sini?" Gavin tak ada lelahnya bertanya meski dijawab gumaman terus oleh Ivy sejak dulu.      

"Apapun." Nah, kali ini Ivy bersedia memberikan sebuah kata sebagai jawaban, menandakan Ivy sedang merasa senang hatinya. Meski begitu, dia tetap tidak menggubris dan berjalan meninggalkan Gavin hingga biasanya Gavin akan mengejar untuk mensejajarkan langkah mereka.      

"Ivy hime, bolehkah nanti aku berfoto dengan kamu sambil kita memakai cosplay? Cosplay sepasang, gitu. Mau, kan? Yah?" Gavin mulai melunjak karena sangat jarang baginya menerima jawaban sebuah kata utuh dari Ivy.      

"Hn." Ivy kembali menjawab dengan gumaman.      

Gavin tidak terlalu kecewa. Dia malah bersemangat sembari matanya berbinar-binar dan menyahut, "Wuah! Ivy hime cantik ternyata setuju! Kau sudah setuju loh, Ivy hime. Jangan menolak nantinya, yah! Aku sangat ingin berfoto dengan Ivy hime!"      

Jika di sana ada Voindra atau Kuro, mungkin Gavin sudah mendapatkan getokan di kepalanya karena terlalu bucin yang mengakibatkan Gavin seolah-olah tidak ada harga dirinya di depan Ivy.      

Tapi Gavin mana perduli. Yang penting dia bisa berdekatan dengan pujaannya, Ivy.      

Menjadi kekasih dari seorang seperti Ivy adalah impian Gavin. Jika ia berhasil mendapatkan Ivy sebagai kekasihnya, maka goal dia untuk memiliki pacar bagaikan karakter anime idaman dia pun tercapai.      

Bukankah itu sebuah hal yang gila? Tapi namanya juga sudah bucin. Dinasehati oleh ibu dan ayahnya pun Gavin tidak menggubris. Dia terus beralasan bahwa Ivy adalah sumber kekuatan mental dia. Ivy adalah sumber semangat dia.      

Kalau sudah begitu, Shelly dan Kenzo bisa apa? Putra sulung mereka ini ternyata keras kepala jika berkenaan dengan pujaan hati.      

Padahal sang ibu, Shelly, tidak henti-hentinya memberikan nasehat secara halus pada sang putra dengan menyebutkan bahwa Gavin masih terlalu kecil untuk memikirkan mengenai cinta. Atau bahwa Gavin nantinya masih akan bertemu dengan banyak gadis lainnya selain Ivy dan harus lebih fokus ke sekolah saja dulu.      

Namun, Gavin tetap keras kepala dan menjanjikan dia akan tetap berada 10 besar di sekolahnya meski tergila-gila pada Ivy.      

Dan itu memang sudah dia buktikan.      

Sementara itu ... Di dekat dua bocah itu, ada seorang gadis cilik yang diam-diam menguntit keduanya. Siapa? Voindra?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.