Devil's Fruit (21+)

Mister Bucin Cilik



Mister Bucin Cilik

3Fruit 858: Mister Bucin Cilik     
0

Di dekat dua bocah itu, ada seorang gadis cilik yang diam-diam menguntit keduanya. Siapa? Voindra? Tapi jika itu Voindra, dia tidak perlu sampai sembunyi-sembunyi begitu jika hanya ingin menguntit Gavin dan Ivy. Ia pasti akan melakukan secara terang-terangan dan kalau bisa menyindir Ivy.      

Yah, namanya juga gadis sedang merasa cemburu ketika pangeran hatinya malah tergila-gila pada gadis lain yang dirasa tidak layak mendapatkan perhatian si pangeran.      

Lalu, siapa bocah perempuan itu? Dia menyelinap dan mengintip Ivy dan Gavin. Yah, sebenarnya mata dan perhatian gadis misterius itu hanya tertuju pada Ivy saja, sih!      

Ternyata itu adalah Kiran. Yah, Kiran, anak bungsu dari Shelly dan Kenzo. Dia dan kakaknya sama-sama memuja Ivy. Namun, Kiran berbeda tujuan dengan sang kakak.      

Jika sang kakak bertujuan untuk menjadi kekasih Ivy, sedangkan Kiran hanya mengikuti Ivy begini karena dia ingin menjadi seperti Ivy yang terlihat dingin dan tegar. Dia yang pemalu ingin belajar dari Ivy tapi dia terlalu segan pada Ivy hingga tidak berani mendekati Ivy seperti Gavin.      

"Ivy!" Terdengar suara sang ibu memanggil putri sulung itu. Kiran dan Gavin sama-sama terkejut ketika melihat Andrea sudah ada di dekat mereka. "Halo, Ran-Ran." Tangan Andrea mengelus pipi si gadis pemalu, Kiran.      

Sedangkan Ivy, dia tidak terkejut akan kedatangan sang ibu karena dia sudah mengendus keberadaan Andrea dari jauh. Ia hanya melirik singkat ke ibunya.      

Kiran segera menyingkir dari sana. Ia agak malu karena ketahuan menguntit, meski sebenarnya tidak ada orang yang berpikir tentang itu.      

"Aunty Andrea." Gavin menyapa.      

"Hai hai, Gav-Gav. Sedang menemani Ivy di sini, yah?" Andrea lekas menyambangi Ivy dan memeluk santai putrinya dengan mengalungkan dua lengannya ke leher sang putri dari arah belakang Ivy. Andrea ingin bersikap akrab dengan sang anak.      

Untuk kali ini, Ivy tidak menolak perlakuan ibunya ke dia. Yah, anggap saja itu bonus kebaikan hati Ivy pada sang ibu yang sudah susah payah membangun Adora untuk dia.      

"Ahh, iya nih, Aunty. Aku sedang menemani Ivy hime di sini karena kulihat dia dari tadi sendirian di sini." Gavin menjawab pertanyaan Andrea dengan wajah malu-malu sambil menggaruk belakang kepalanya. Cengiran dia menunjukkan sikap grogi.      

Andrea yang sudah paham kebiasaan Gavin menempel pada putri sulung dia pun hanya mengangguk ringan dan berkata, "Wah, terima kasih sudah bantu Aunty jagain Ivy, yah! Tadi Aunty sibuk urus wartawan yang pada nanya-nanya tentang tempat ini."      

Mata Gavin sempat melihat Kiran sang adik berlari menjauh dari sekitar sini dan tidak begitu menggubris. Kiran sudah biasa bertingkah aneh seperti itu. Jika Gavin membayangkan satu sosok di anime, Kiran ini seperti tokoh Hinata masa kecil. Iya, Hinata Hyuga dari anime Naruto. Bocah cilik yang sangat pemalu dan gemar menguntit diam-diam sosok yang disuka.      

"Aunty, tempat ini sangat hebat!" puji Gavin mengenai Adora.      

"He he he, makasih yah pujian kamu, Gav-Gav." Andrea mengeratkan pelukannya pada putrinya. Kebetulan tinggi badan mereka cukup banyak berbeda sehingga Andrea bisa mudah mengalungkan kedua lengan dia dari belakang leher Ivy. Kepala Ivy setinggi ulu hati Andrea.      

Ivy memang tidak terlalu tinggi di umur ini. Mungkin belum. Mungkin nanti bocah itu akan bisa menjulang tinggi melebihi ibunya jika sudah dewasa.      

"Aunty! Nanti di Adora ini pasti Ivy yang jadi bintang favoritnya, deh!" Gavin masih berceloteh seraya melirik kagum ke Ivy. Dia merasa Ivy kian tahun kian memikat. Bagai ada pesona tersendiri dari Ivy yang menyedot perhatian Gavin.      

"Wah, Gav-Gav juga mikir kayak gitu, yah! Sama, dong! Toss dulu!" Andrea mengajak Gavin melakukan high five bersama, menyatukan telapak tangan mereka.      

"Ivy pasti akan menjadi cosplayer terkenal di Jepang nantinya, Aunty!" Gavin masih saja menguraikan gombalan dia.      

"Iya kah? Ha ha ha, semoga saja, yah!" Andrea ikut bangga anaknya dipuji meski itu adalah pujian dari mister bucin cilik.      

Sedangkan Ivy, dia merasa sangat senang mendengar ucapan pujian dari Gavin meski wajahnya masih sedatar tembok.      

Andrea mengeratkan pelukannya dan menoleh ke Ivy. "Ivy cantik, gimana? Suka ama tempat ini?"      

"Hn." Ivy hanya berikan jawaban berupa gumaman meski hatinya bersukacita tak terkira. Ia benar-benar ingin menjadi bintang di tempat ini seperti yang dikatakan oleh Gavin. Dia ingin dipuja banyak orang di tempat ini. Memiliki banyak fans mungkin menyenangkan, begitu pikir Ivy.      

"Aunty, kapan orang bisa mulai mendaftar di sini?" tanya Gavin.      

"Besok pendaftaran mulai dibuka, Gav-Gav. Kau mau mendaftar?" Andrea menjawab.      

"Tentu saja! Aku akan masuk ke bagian yang sama dengan Ivy hime." Gavin meneruskan celotehan dia. Boleh lah di depan calon mertua sedikit mencari muka.      

"Ohh, divisi cosplay, yah?" tanya Andrea, ingin memastikan.      

"Benar, Aunty. Dia sudah berjanji padaku akan berfoto bersama menggunakan cosplay." Kemudian Gavin menatap Ivy. "Iya, kan Ivy hime?"      

"Hn." Ivy cukup menjawab itu dan Gavin mengasumsikan itu adalah sebuah jawaban setuju dari sang gadis cilik yang parasnya mirip boneka Jepang.     

Andrea miringkan tubuh Ivy dengan sikap santai agar Ivy bisa terbiasa kontrak tubuh dengan sang ibu. "Beneran, tuh Ivy sayank? Udah ada janjian ama Gav-Gav, yah?" Ia menatap wajah sang putri dari samping.      

"Hn." Sekali lagi muncul jawaban seperti itu dari mulut Ivy yang terkatup rapat.      

"Hei, ternyata kalian di sini!" Dante dan rombongan dia lainnya pun sudah mendapati Andrea, Gavin dan Ivy di sana. "Kita sampai cari kesana-kemari, loh!"      

"Holoh ..." Andrea terkekeh, tau bahwa suaminya hanya berpura-pura karena tidak mungkin rombongan itu sibuk mencari ke banyak tempat jika mereka bisa melacak keberadaan Andrea menggunakan kekuatan magis.      

"Pulang, yuk!" Tuan Nephilim mengajak.      

"Aku masih pengen di sini dulu bentar. Kalian pulang aja sana, gih!" Andrea melepaskan Ivy dari lingkaran lengannya.      

Ivy segera berjalan mendekati Jovano dan menempel ke kakaknya.      

"Mengurus apalagi, Ma? Mau aku bantu?" Kuro bertanya.      

"Tidak usah, sayank. Kau pulanglah dengan yang lain." Andrea mengusap lembut pipi anak angkatnya.      

Mengerti bahwa Andrea memang ingin sendirian saja di tempat itu, maka rombongan keluarga dia pun mengangguk dan pergi meninggalkan gedung Talent House Adora menggunakan 5 mobil.      

Sepeninggal Dante dan rombongannya, Andrea sudah sendirian saja di gedung kecil 3 lantai tersebut. Semua orang sudah mulai pergi. Keadaan pun sunyi seketika.      

Saat senyap begitu, Andrea menaruh beberapa array penghalang dan pelindung di sudut-sudut ruangan agar tidak ada tangan-tangan jahat dan jahil yang ingin merusak tempat tersebut.      

Ada array di setiap lantai. Selain untuk menjaga bangunan dari kerusakan dari serangan siapapun, juga untuk memperkokoh pondasi bangunan itu sendiri.      

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.