Devil's Fruit (21+)

Zivena Ingin Masuk Adora



Zivena Ingin Masuk Adora

2Fruit 866: Zivena Ingin Masuk Adora      3

Malam harinya, Andrea menceritakan pada keluarganya di mansion mengenai talenta fantastis dari Xavea. Bahkan dia juga memiliki rekaman suara angelic voice-nya bocah 7 tahun tersebut. Di sana ada Dante, Zivena, Kuro dan Shiro, serta Shelly dan Kenzo. Yang lainnya sibuk di kamar masing-masing untuk mengerjakan PR atau tugas lainnya.     

"Nih, nih, coba kalian dengar ini!" Andrea sampai memperdengarkan rekaman nyanyian Xavea dari ponsel dia ketika mereka sedang berkumpul untuk makan malam. Tidak semua ada di ruang makan, sih, tapi setidaknya ada banyak dari mereka duduk di sana.      

Kuro dan Shelly sampai tercengang. Kuro bahkan menutup mulutnya saking terperangah mendengar suara Xavea. "Dia ... dia adiknya Shona?" tanya Kuro pada Andrea disertai mata terbelalak.      

Nyonya Cambion mengangguk. "Yup! Adiknya Shona. Dan ini waktu dia nyanyi sambil main keyboard, karena kebetulan gak ada piano di ruang itu." Lalu, Andrea memutarkan rekaman suara Xavea beranyanyi Fly Me To The Moon sambil memainkan keyboard.      

"Bocah itu kan masih 7 tahun, Ndre!" Shelly begitu takjub.      

"Yeah! Aku juga gak ngira, beb!" jawab Andrea. "Tadi di Adora aja aku ampe melongo, kayak kalian gitu! Ehh, malah kayaknya aku lebih lebar melongonya dibanding kalian, deh!"      

"Jadi, Xavea bakalan jadi anggota Adora paling kecil, dong Ma?" tanya Kuro.      

"Yups! Dia yang termuda, terlucu, terimut, dan terwow!" Andrea tidak bisa menyembunyikan ketakjuban dia akan Xavea.      

"Aku juga ingin masuk Adora!" Zivena tiba-tiba bersuara. "Aku juga ingin menyanyi di sana!" Sepertinya bocah satu itu tidak mau kalah dari Xavea. Apa dia kesal karena sang ibu terus memuji anak lain di depan hidungnya?"     

"Wuaaahh! Kalau Zizi masuk ke Adora, dia benar-benar jadi anggota super muda di sana!" Kuro menoleh ke Zivena yang duduk di kursi tinggi khusus untuk anak-anak.      

Dagu Zivena terangkat senang dan membayangkan dirinya dipuji-puji sang ibu atas kehebatan dia.      

"Coba dong, Zizi, kamu nyanyi, deh sayank. Mama ingin dengar suara nyanyian kamu." Andrea menaruh harapan pada si bungsu.      

Ketika Zivena mengeluarkan suaranya, kening Andrea berkerut. Yang lain terdiam. Bahkan hingga Zivena selesai bernyanyi, semuanya masih terdiam. Bingung, heran, dan tak tau harus merespon apa.      

"Bagaimana?" tanya Zivena sambil dia menatap ke semua orang di ruangan tersebut. "Hei, kenapa kalian tidak berkomentar apapun? Ayo, beri aku respon!" Bocah 5 tahun itu mulai kesal karena orang di sekitarnya tidak bereaksi seperti yang dia harapkan. Dia kesal sampai mengetuk-ketukkan sendoknya pada piring melamin dia.      

"Errr ..." Andrea berusaha mencari kata-kata yang tepat dan terdengar baik untuk menggambarkan opini dia tanpa melukai perasaan Zivena.      

"Apakah suaraku begitu buruk?" tanya Zivena penuh rasa penasaran. Bahkan Kuro yang biasanya responsif cepat serta bicara lantang saja masih terdiam.      

"Bukan buruk, kok sayank ..." Tuan Nephilim tak tahan dan memberikan suara dia. "Hanya ... suaramu itu unik."     

"Unik?" ulang Zivena menggunakan nada tanya sembari menatap sang ayah.      

Dante mengangguk, dan berkata, "Ya, unik."     

"Iya, Zizi sayank." Andrea menimpali. "Saking uniknya sampai Mama dan yang lain kehilangan kata-kata." Akhirnya Andrea menemukan kalimat yang tepat usai mendengar Dante terlebih dahulu.      

"A-ahaa, iya, unik!" Kuro menyambung, meski agak canggung.      

"Suaramu memang unik dan memiliki nuansa berbeda, Zizi." Shelly menambahkan.      

Hanya Kenzo dan Shiro yang berusaha menggigit lidah mereka agar tidak mencuatkan kalimat tidak terkendali yang sekiranya bisa membuat Zivena marah.      

Zivena memandangi mereka dengan wajah tak percaya dan dahi berkerut. Dia diam saja dan meneruskan makannya.      

-0-0-0-0-     

Seminggu setelah itu, Andrea datang ke Adora seperti biasa, dan dia bertanya pada para pelatih seperti biasa bagaimana perkembangan peserta didik mereka.      

Nyonya Cambion juga menanyakan mengenai Ivy yang mulai aktif datang ke Adora, masuk ke divisi cosplay. "Bagaimana Ivy di kelasmu, Chie?" Dia bertanya ke salah satu pelatih make-up artist di divisi cosplay.      

"Dia sudah bagus, Nyonya." Nahami Chie menjawab. "Cara dia mengaplikasikan berbagai jenis bedak dan eye shadow sudah bagus, melampaui yang lainnya."     

"Lalu, apakah ada hal khusus mengenai dia?" Andrea belum puas dan yakin pasti akan ada hal lain yang ingin diungkapkan oleh Nahami Chie.      

Sang make-up artist pun mengangguk. "Ivy memang sudah bagus ..."     

"Tapi?" Andrea tau jenis kalimat seperti itu pasti akan ada sambungan yang tidak enak.      

"Tapi ... dia agak susah diberitau." Nahami Chie agak ragu-ragu dan takut memandang ke Andrea. Ia sangat tau Ivy adalah putri dari pemilik tempat itu. Ia tidak ingin salah ucap.      

"Chie, katakan saja apa adanya, tidak apa-apa, jadi aku bisa mengantisipasi jika ada apa-apa dengan Ivy." Andrea menyadari ketakutan Nahami Chie dan berusaha membuat perempuan itu percaya bahwa Nahami Chie bisa mengatakan apa saja padanya.      

"Dia selalu menyukai tema dark. Dia selalu bermain dengan warna hitam dan semua warna suram lainnya seperti coklat tua, biru tua gelap. Sampai jika aku minta dia untuk memakai warna cerah seperti kuning atau merah muda, dia malah menolak dengan sengit dan meninggalkan kelas. Oleh karena itu, aku tidak lagi mendebat dia dan hanya mengoreksi apa yang salah saja. Selebihnya, dia aku biarkan bermain dengan palet warna-warna dark." Akhirnya Nahami Chie "menumpahkan tehnya" pada Andrea.     

"Ivy keras kepala seperti itu, yah?" Andrea bergumam pelan. "Hm, tidak di rumah, tidak di sini, dia masih saja keras kepala. Hm ..."      

"Nyonya, menurutku, lebih baik kita biarkan saja dia berkreasi semau dia. Daripada dia merasa terkekang dan tidak berminat datang ke sini, lebih baik kita biarkan saja dia asalkan sesuai dengan koridor yang bagus." Nahami Chie memberikan saran ke Andrea, khawatir jika nyonya pemilik tempat itu akan memarahi putrinya.      

"Hm ... yah, mungkin memang harus seperti itu, sih! Yang penting dia merasa nyaman di sini. Oke, Chie, terima kasih atas laporannya. Dan tetaplah pantau dan jaga Ivy untukku, yah! Kau dan kalian yang ada di sini. Aku mohon ke kalian."      

"Tidak masalah, Nyonya. Kami pasti akan mengawasi perkembangan Ivy. Anda bisa tenang." Nahami Chie mengangguk hormat ke Andrea.      

Mereka tidak tau, bahwa pembicaraan mereka didengar oleh Ivy di ruang sebelah. Gadis kecil itu tersenyum tipis.      

Malam itu, Andrea mendatangi ruang tempat Xavea berlatih menyanyi. Kini di sana sudah ada piano. Andrea sudah mendatangkan grand piano di sana sejak tadi pagi. Dengan adanya piano, Xavea bisa sekalian memainkan piano sambil bernyanyi.      

Bocah 7 tahun itu kini menjadi anggota favorit di divisi suara. Baik itu pelatih dan sesama anggota Adora, semua menyukai suara indah Xavea.      

Sementara itu, Zivena masih terus bertanya kapan dia bisa masuk ke Adora.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.