Devil's Fruit (21+)

Zivena Sang Seiyuu



Zivena Sang Seiyuu

0Fruit 867: Zivena Sang Seiyuu      3

Zivena terus bertanya setiap hari pada ibunya, kapan dia bisa masuk ke Adora. Pertamanya, Andrea bisa berkelit dengan mengatakan seribu satu alasan yang masuk akal. Namun, kian lama, Zivena terus saja merongrong dan Andrea tidak memiliki opsi alasan lainnya lagi. Dia kehabisan kelitan.      

Didampingi Dante pada suatu sore, Zivena pun dibawa ibunya ke Adora. Ia kembali mengumpulkan orang-orang seperti saat Xavea diuji waktu itu. Andrea berharap agar suara Zivena tiba-tiba menjadi luar biasa sehingga dia tidak lagi dirongrong sang anak jika para pelatih vokal tidak berkenan atas suara sang bocah 5 tahun tersebut.      

Namun, biasanya ekspektasi tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. Suara Zivena masih seperti ketika dia menyanyi di ruang makan malam itu disaksikan para anggota di mansion. Tidak ada perubahan. Tidak ada keajaiban.      

Andrea menelan ludah dan Tuan Nephilim terus memutar otak mencari kalimat yang nantinya akan dia semburkan agar sang putri bungsu tidak sakit hati jika ditolak ke Adora.      

Rupanya, para pelatih sudah tau Zivena adalah putri dari pemilik tempat tersebut. Mereka saling berpandangan satu sama lain, berusaha mencari kata yang baik untuk menolak Zivena.      

"Bagaimana? Mam? Pap? Halo? Adakah orang yang ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Zivena sambil dia masih duduk di kursi tinggi di ruang rekaman. Headphone masih di kepala mungil dia dan tatapannya menyapu semua orang di luar ruangan rekaman.      

Tiba-tiba, Xavea muncul dan berkata, "Zivena sangat unik suaranya. Dan imut! Sepertinya dia akan lebih cocok di tempat sulih suara."     

"Ehh?"     

"Hah?"     

"Apa?"     

"Sulih suara?"     

"Jadi seiyuu?"     

Semua orang dewasa di sana saling bertanya-tanya akan pendapat Xavea baru saja.      

Zivena juga terkejut dengan opini Xavea. "Apa kau bilang, Xa? Aku lebih cocok di sulih suara?" tanyanya sambil masih duduk di ruang rekaman.      

Xavea pun mendorong pintu ruang rekaman dan masuk menghampiri Zivena. "Iya, kau sangat cocok di sub-divisi seiyuu. Suaramu unik dan menarik jika mengisi suara untuk anime atau film lain. Cobalah!"     

Tatapan tulus dari Xavea meluluhkan hati Zivena dan dia pun mulai berpikir mengenai usul dari Xavea, gadis yang terpaut 2 tahun lebih tua darinya. Gadis yang sempat dia cemburui karena kerap dipuji-puji oleh sang ibu.      

"Sepertinya usul Xavea tidak buruk." Pelatih vokal Furukawa Ima berpendapat. Ia menoleh ke rekannya, Araki Kazuha yang mengangguk setuju.      

"Oke, Zizi, apa kau mau mencoba mengisi suara?" tanya Andrea pada putri bungsunya.      

"Um ... oke, aku akan mencobanya." Zivena mengangguk dan dia pun keluar dari ruangan itu bersama Xavea. Bahkan Xavea menggandeng tangan Zivena ke lantai satunya yang khusus untuk sub-divisi sulih suara.      

Beruntung ada satu ruangan kosong yang baru saja digunakan dan tidak ada antrean lagi. Andrea segera meminta pelatih sulih suara untuk menguji kemampuan Zivena. "Miko, Jito, bisa minta tolong uji anakku? Siapa tau dia bisa cocok di sub-divisi ini." Ia meminta pada Tanabe Miko dan Kimura Jito sebagai pelatih sulih suara di Adora yang tidak sedang menangani peserta.     

"Oke, Nyonya."     

"Baiklah, Nyonya Andrea."     

Keduanya setuju dan ruangan pun disiapkan untuk Zivena diuji. Mereka mencari contoh anime anak-anak dan menyiapkan script yang nantinya harus diucapkan oleh Zivena.      

"Jadi, Zizi, kau harus menghapalkan script ini dulu dan nanti kau baca dengan intonasi yang bagus dan tepat." Andrea menyerahkan script pendek ke Zivena.      

"Apa putri Anda sudah bisa membaca, Nyonya Andrea?" tanya Kimura Jito.      

"Kebetulan dia sudah lancar membaca sejak usia 4 tahun, Jito-san." Andrea tersenyum sambil melirik ke putrinya yang sedang menghapal script.      

"Wow! Luar biasa sekali!" puji yang ada di sana.      

"Aku sudah selesai." Seketika, terdengar suara Zivena, mengagetkan orang-orang.      

"Zizi, apa maksudmu kamu sudah selesai, sayank?" tanya Andrea dengan wajah bingung.     

"Aku sudah selesai menghapalnya, Mam." Zivena menjawab dengan tatapan lugu menggemaskan.      

"Sepertinya Zizi juga cepat menghapal!" Xavea sampai memeluk Zivena. Sepertinya bocah 7 tahun itu gampang bersosialisasi dengan siapapun. Lihat, Zivena tidak menolak dipeluk dan malah terkekeh senang.      

"Oke, ayo kita mulai kalau begitu." Audio engineer pun mulai mempersiapkan diri. Zivena juga sudah dibawa ke sebuah ruangan kedap suara dan dipakaikan mikrofon. "Siap, yah!" Ia acungkan ibu jari ke Zivena.      

Zivena membalas dengan acungan ibu jari juga melalui sekat kaca.      

Kemudian, scene anime anak-anak pun diputar dan ada penanda yang mengharuskan Zivena berbicara.      

Ketika Zivena berbicara dengan dialog yang sudah dia hapalkan, para pelatih seiyuu tercengang. Mereka menatap Zivena dan Andrea bergantian.      

"Kenapa? Kenapa? Ada apa, Jito? Miko?" tanya Andrea bingung.      

"Nyonya ... anakmu ..."     

"Ya, anakku kenapa?"     

"Anakmu sangat berbakat di bidang seiyuu!"     

"Eehh?!"     

Akhirnya, Zivena malah diterima di bagian sulih suara. Meski tidak bisa masuk ke sub-divisi menyanyi, namun rupanya Zivena cukup puas di sub-divisi seiyuu, apalagi ada Xavea yang terus menyemangati dia dengan kata-kata menyenangkan.      

Andrea menatap bangga ke putri bungsunya, berkali-kali dia acungkan ibu jarinya ke Zivena yang meringis senang.      

"Aku akhirnya bisa jadi anggota Adora paling kecil, ya kan, Mam?" Zivena berjalan ke ibunya dan memeluk sang ibu.      

"Ha ha! Iya, dong! Anak hebat Mama, sih!" Andrea mengangkat dan mencium pipi sang putri, lalu Dante ikut mengecup Zivena sambil memberikan selamat pada si bungsu.      

-0-0-0-0-      

Kini, Andrea lega karena tidak lagi dirongrong pertanyaan Zivena mengenai kapan dia bisa masuk menjadi anggota Adora karena bocah itu sekarang memang sudah jadi anggota di sana.      

Minggu berikutnya, ada berita mengejutkan yang diterima oleh Andrea. "Mpok kitty dan lakiknya beneran bikin stasiun televisi!"     

"Ehh? Beneran itu?" Shelly sampai ikut kaget ketika mendengarnya. Saat ini mereka sedang mengobrol di Tropiza Teen seperti biasa.      

Tak berapa lama kemudian, muncullah Revka di Tropiza dan mendatangi meja tempat Andrea dan Shelly duduk. "Helouw!"     

"Ecieeee ... yang juragan tivi!" goda Andrea.      

"Ohh, itu kan suamiku." Revka secara anggun duduk di salah satu kursi di meja tersebut. Gayanya luar biasa bagai sosialita kelas tinggi. Walau memang demikian, sih!     

"Lah, stasiun tivi itu cuma punya lakik elu, Mpok?" tanya Andrea.      

"Yeah. Dia mengurus stasiun televisi dan aku mengurus agensi." Revka menata ujung rambutnya, memastikan ikalnya masih tetap bertahan.      

"Wait! Jadi ... kau juga bikin agensi?" Andrea terpana.      

"Tentu saja! Untuk wanita penuh dedikasi dan terbiasa berbisnis, memiliki agensi adalah hal biasa." Revka menjawab dengan suara pongah kebiasaan dia. Sebenarnya, dia merengek-rengek pada sang suami agar bisa berbisnis seperti Andrea. Dia tidak mau kalah dari Andrea yang berhasil memegang bisnis macam-macam.      

Dan berdasarkan usul dari Andrea beberapa minggu lalu, Pangeran Djanh merasa itu memang bagus dan ia pun langsung mendirikan dua jenis perusahaan. Stasiun televisi dan agensi.      

"Gile, Mpok! Sadis keren dah elu! Wah! Sekarang anak-anak Adora gue bisa gue titipin ke perusahaan elu ma lakik elu, Mpok!" Mata Andrea berbinar senang.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.