Devil's Fruit (21+)

Pengendalian Pusaka Muda



Pengendalian Pusaka Muda

4Fruit 879: Pengendalian Pusaka Muda     3

Karena mengalami klimaks, maka tenaga Jovano pun terkuras habis. Ini mengakibatkan dia tidak bisa secepat biasanya kembali ke wujud transparan. Dia butuh lebih banyak waktu untuk pulih dan mengubah diri menjadi tidak terlihat.      

Meski pun begitu, Jovano sangat puas akan tindakan dia kali ini. Dia tidak menyesali sudah segila ini. Ohh, memangnya lelaki mana yang akan menyesal melihat tubuh indah wanita yang sedang mandi dan bisa bermasturbasi karena itu?     

Katakan Jovano gila, katakan dia tak waras, dia takkan perduli. Baginya, ini adalah sebuah reward atas segala penantian dan perjuangan dia selama beberapa hari ini mengalami frustrasi.      

Oke, dia memang gila karena menganggap ini adalah reward.      

Tapi ... gejolak muda, gairah darah muda, bagaimana bisa disalahkan? Toh dia bisa dikatakan hanya mengintip, tidak lebih. Dia tidak melakukan sesuatu yang melecehkan Nadin secara nyata, tidak menyentuh gadis itu, tidak memperkosanya. Hanya mengintip. Hanya menatap apa yang tersaji.     

Meski itu salah, tapi setidaknya masih tergolong minimal.     

Jovano meremas rambutnya dan lalu kepalanya hingga ke belakang, dia berusaha menjernihkan pikirannya. Bayangan keindahan tubuh telanjang Nadin tadi begitu susah dibuang dari ingatan. Hei! Kenapa harus dibuang?! Siapa yang ingin itu dibuang, sih?! TIDAK AKAN!     

Si pangeran muda ingin terus mengingat kejadian tadi, ingin terus melestarikan bentuk lekuk tubuh Nadin di pikirannya.      

Kini, Jovano malah mondar-mandir tidak tenang di salah satu kamar kosong apartemen itu. Pasti sekarang Nadin sudah selesai mandi dan mungkin juga sudah keluar dari ruang lembab tersebut. Sementara itu, Jovano belum bisa kembali mendapatkan wujud transparan dia.      

Semoga saja keberadaan dia tidak diketahui Nadin. Semoga saja gadis kepala merah muda itu tidak memergoki dirinya berada di kamar salah satu temannya.      

Setelah menunggu sekian belas menit, akhirnya Jovano bisa lagi membuat dirinya transparan. Lekas saja dia melesat menerjang dinding tanpa mengalami kesulitan dan mendapati Nadin memang sudah keluar dari kamar mandi dan bahkan kini sedang memakai pakaiannya.      

Oh dewata, sungguh menakjubkan apapun yang diperbuat gadis itu. Walau hanya membungkuk untuk memasukkan kakinya ke celana dalam, itu sudah membuat Jovano nyaris membangkitkan tongkat ajaib dia lagi. Tidak! Tidak boleh! Dia tidak mau kehabisan tenaga lagi!     

Lihatlah, sekarang Nadin sedang memakai bra dia yang berwarna hitam dan memiliki renda di sekelilingnya. Duhai, alangkah luar biasa indahnya. Ah, semua dari Nadin memang indah! Jovano sangat mengakui itu.      

Mata nakal Jovano tidak bisa berpaling dari dada Nadin yang masih hanya memakai bra hitam berenda. Gundukan di dada Nadin begitu memikat dan menimbulkan sensasi gelenyar pada selangkangan Jovano. TIDAK BOLEH! Dia tidak boleh terbangkitkan lagi atau akan rugi jika harus bersembunyi lama!     

Maka, dengan segenap usaha mengendalikan diri, Jovano pun berhasil menjinakkan pusaka muda dirinya untuk tetap tenang terkendali. Meski jakunnya harus turun naik, asalkan semuanya terkendali, maka itu bagus.      

Oke, kini dia akan fokus ada apa yang dikerjakan si gadis kepala merah muda itu ketika tidak berangkat sekolah. Apakah benar karena terlalu lelah? Memangnya apa yang sudah diperbuat Nadin hingga dia kelelahan dan memutuskan untuk membolos dari sekolah?     

Jika Jovano melakukan itu, pasti pantatnya sudah dipukul ibunya karena membolos. Bagi sang ibu, pendidikan 9 tahun itu sangat wajib dan harus. Tidak boleh dilewatkan jika memang tidak terpaksa.      

Mungkin Andrea tidak ingin anak-anaknya mengalami hal seperti dirinya, harus putus sekolah dikarenakan dirinya terjebak di sebuah alam selama satu tahun penuh dan kemudian ketika dia hendak kembali mengulang sekolah, dia malah hamil dan berbagai hal beruntun terjadi sehingga dia harus melupakan keinginan untuk meneruskan sekolah.      

Oleh karena itu, Andrea selalu memberikan nasehat pada semua anaknya agar rajin sekolah dan tidak boleh membolos jika tidak sangat terpaksa karena menghadapi hal urgen, seperti misalnya dulu ketika mereka ada di alam Schnee atau ada di Transylvania.     

Beruntung sekali Jovano merupakan bocah yang sangat cerdas dan tidak akan turun nilainya meski dia tidak masuk sekolah selama seminggu lebih.      

Kini kembali ke kegiatan penguntitan dan pengamatan dari Jovano pada Nadin.      

Gadis kepala merah muda itu saat ini sedang menonton televisi di ruang tengah apartemennya. Jovano ikut menemani meski Nadin tidak tau.      

Mata mister bucin amatir terus saja lekat menatap Nadin tanpa ingin berpindah ke arah lain. Wajah Nadin memang bukan yang sangat cantik. Jika dibandingkan dengan ibunya atau Ivy, Nadin masih kalah. Namun, ada sesuatu di diri gadis itu yang memikat Jovano begitu dia bertemu. Apa itu, ya?     

Semoga bukan pelet.      

Jovano terus mengamati Nadin yang masih asik menonton televisi. Otak sang pangeran muda terus merekam segala hal yang dilakukan oleh Nadin. Dari saat gadis kepala merah muda itu tersenyum, atau sedang tertawa kecil ketika ada adegan lucu di televisi, dan wajah bengong Nadin, serta berbagai ekspresi yang ditampilkan sang gadis.      

Jika Jovano hendak mencapai limit transparannya, dia akan melesat masuk ke kamar salah satu teman Nadin, untuk kemudian muncul kembali dengan transparan seperti sebelumnya. Begitu terus hingga siang pun menjelang.      

Mata Jovano melirik ke jam dinding di sana. Sudah hampir jam dia pergi kuliah. Tapi ... rasanya tanggung jika dia pergi sekarang. Dia masih harus melakukan pengamatan pada si gadis kepala merah muda. Ini sudah kepalang tanggung!     

Baiklah. Maka, dalam seumur hidup Jovano ... ia pun melakukan yang namanya membolos bukan karena hal sangat darurat. Ehh, tapi bagi dia, ini merupakan hal darurat, kok! Pokoknya mister bucin bebas, deh!      

Setelah bergulat dengan hatinya, maka Jovano memantapkan hati untuk meneruskan kegiatan mengamati ini.      

Dan sekarang, Nadin mulai bangkit dari sofa dan beranjak masuk ke kamarnya lagi. Mau apa dia? Tidur siang? Jovano harus terus mengikutinya!     

Ketika sampai di dalam kamar Nadin, ternyata gadis itu melepas bajunya lagi. Jovano tercengang. Apalagi ketika Nadin benar-benar telanjang bulat lagi. Apakah gadis itu hendak mandi lagi? Atau dia berganti baju karena akan pergi ke suatu tempat? Apa? Apa yang menjadi alasan bagi Nadin melakukan itu?     

Namun, Jovano tidak juga menemukan jawabannya dan malah melihat Nadin bertelanjang bulat dan melakukan beberapa gerakan yoga di atas tempat tidurnya. Errr ... atau itu justru gerakan erotis? Menungging, merunduk, mengangkat pantatnya lagi, lalu kembali menungging, sehingga mata penuh gejolak Jovano bisa menyaksikan segala lekuk rahasia milik Nadin dari arah belakang.     

Ohh, ini gawat. Terutama ketika Nadin sedang menungging dan kepalanya direbahkan ke kasur beberapa menit. Jovano harus mati-matian menahan deru napasnya menyaksikan apa yang ada di depan mata ketika dia menatap belahan kewanitaan Nadin secara jelas dalam posisi demikian.      

Ketika dia hampir mencapai limitnya, Jovano buru-buru lari ke kamar sebelah yang tidak berpenghuni. Ia pun menampakkan wujud nyatanya sambil terengah-engah.      

"Sudah selesai acara mengintipmu, Jo?" Suara sang ibu terdengar di dekat Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.