Devil's Fruit (21+)

Rebelious Age



Rebelious Age

4Fruit 881: Rebelious Age     
0

Andrea terdiam sejenak untuk mengatur napasnya yang tersengal-sengal akibat marah. Tuan Nephilim terus mengusap-usap punggung sang istri agar tenang. Jovano pun terdiam dan menundukkan kepala lagi sambil berharap ibunya berhenti marah.     

"Sekarang Mama tanya, siapa cewek itu tadi?" Sang ibu akhirnya sampai pada pertanyaan yang sangat diantisipasi oleh Jovano.      

Kepala sang pangeran muda pun terangkat untuk menemukan pandangan super penasaran dari ibunya. Padahal dia belum siap untuk menguak akan hal itu. Dia belum ingin siapapun mengetahui perasaannya.      

"Dia ..." Jovano agak ragu mengucapkannya. Bagaimana ini? "Dia ... gadis random saja yang aku pilih." Bolehkah Jovano berbohong dulu kali ini?     

Andrea mendelik. "Apa kau tau kalo jawabanmu yang kayak gitu bisa bikin Mama lebih marah dari sebelum ini, Jo?!"      

"Mom-"     

"Kamu secara acak memilih cewek untuk kamu intip sampai si cewek bugil segala dan kamu liatin banget-banget, ampe kamu jungkir balik liatin semua detil dari onderdilnya, itu kamu lakuin secara acak aja?! Cewek random?!" Lengkingan suara Andrea membahana di mansion. Ia sudah ingin marah semarah-marahnya akan jawaban sang putra.      

"Mom! Oke, oke! Oke, aku jujur sekarang!" Jovano sampai panik dan ikut berteriak daripada sang ibu mengamuk dan mungkin saja bisa melakukan hal gila entah apa itu. "Aku mengaku! Aku suka dia! Aku sangat suka dia! Aku sudah beberapa hari ini menunggu balasan chat dari dia, tapi dia tidak juga balas chat aku, Mom! Dari situ aku penasaran, siapa tau dia kenapa-kenapa, makanya aku terpaksa datangi dia di rumah dia!" Oke, walau ada sedikiiiittt kebohongan bagian 'siapa tau dia kenapa-kenapa', tapi selebihnya Jovano sudah mengakui.      

Andrea terdiam. Lalu mulai bicara lagi, "Akhirnya kamu ngaku juga, yah! Harus liat Mama marah dulu biar kamu bisa jujur, yah Jo."     

"Mom, please ..." Jovano menatap penuh putus asa ke ibunya. Jangan-jangan Andrea sudah tau tapi berharap mendapatkan kejujuran dari mulut sang anak sendiri. Makanya dia sangat marah ketika Jovano berkata bahwa Nadin hanya gadis acak yang dipilih untuk diintip.      

Andrea kini duduk di sofa setelah dari tadi dia berdiri saja. Tuan Nephilim mengikutinya. "Sekarang ... ceritain semuanya ke Mama. No tipu-tipu, loh Jo! Mama bisa ngamuk beneran kalo kamu punya niat bohongi Mama lagi." Mata tajam dari sang ibu cukup mengintimidasi Jovano.      

Oleh karena itu, Jovano pun mulai bercerita mengenai pertemuan awal dia dengan Nadin, lalu kesan manis Nadin yang susah dilupakan oleh Jovano, hingga Jovano belingsatan karena tidak mendapatkan kabar dari gadis itu selama berhari-hari.      

Usai mendengar semua cerita dari sang putra, Andrea menarik napas panjang. "Jadi ... anak kita ini lagi jatuh cinta, Dan ..." Ia menoleh ke suami di sebelahnya.      

Tuan Nephilim tersenyum kecil. "Sudah waktunya dia mengalami itu, sayank."     

"Tapi dia ini ngawur caranya, Dan."     

"Iya, sayank. Memang ngawur. Oleh karena itu, daripada kita hanya memarahi dia terus, lebih baik kita arahkan saja agar dia tidak ngawur terus."      

"Tapi aku gemes daritadi pengen getok kepala dia saking sebelnya, Dan!"     

"Jangan, sayank, kalau dia gegar otak, nanti kamu juga yang akan mewek sedih."     

"Tsk!" Andrea berdecak dan beralih lagi ke putranya. "Mama gak masalah kamu naksir siapapun, Mama juga gak masalah kamu kenal cinta sekarang, tapi Mama minta kamu yang benar kelakuannya, jangan seperti tadi. Kalo cewek itu tau apa yang kamu lakuin ke dia, dia pasti juga gak akan suka, gak akan nyaman, Jo."     

"Ya, Mom. Jo tau."     

"Nah, sekarang yang Mama pengen, kamu yang sehat-sehat aja kalo jatuh cinta. Lakukan pendekatan yang baik dan benar. Mama gak akan mentoleransi lagi kelakuan yang kayak tadi, ampe diam-diam ngintipin cewek. Walo dia adalah gebetan kamu, Mama say no untuk cara kayak tadi! Itu bukan cara berkelas untuk dekati cewek. Kita ini bukan makhluk rendahan, maka yang kita lakukan juga jangan sampai rendahan. Kamu ngerti, Jo?"     

"Iya, Mom, ngerti. Jo ngerti."     

"Ya udah, sekarang ... kamu masih ada kuliah?"     

"Masih satu lagi, Mom."     

"Ya udah sana, sana pergi ke kampusmu! Jangan lakuin hal ngawur itu lagi."     

"Oke, Mom."     

Andrea mengikuti Jovano yang melangkah naik ke anak tangga dengan tatapan matanya hingga sang anak menghilang di balik kelokan tangga.      

Tuan Nephilim masih mengusap punggung sang istri.      

"Ampun deh, Dan, anakmu tuh ..."     

"Dia kan juga anakmu, sayank ..."     

Andrea menatap sang suami yang tersenyum, lalu mencubit pinggangnya karena gemas. Sang suami mengaduh kecil sambil terkekeh dan mengusap daerah yang tadi dicubit sang istri.      

"Sebel, tauk!"     

"Iya, sayank ... sabar, yah. Namanya juga menghadapi anak muda."     

"Kelakukannya itu, loh! Ya ampun, deh!" Andrea menyisir rambut panjang dia menggunakan jemarinya.      

"Yah, namanya juga lagi jatuh cinta berat, sayank. Sama seperti kita dulu, kan?" Dante mengerling jenaka ke istrinya.      

"Masa sih? Perasaan aku gak ampe ngaco waktu itu, kok! Yang banyak ngaco itu kan kamu, Dan." Nyonya Cambion berkelit.     

"Jadi, yang suka menggoda aku di mimpi itu siapa, yah? Bukan kamu, yah yank?" Dante kian tatap nakal sang istri yang mulai salah tingkah.      

"Itu ... aku ... aku kan hanya iseng." Andrea bingung harus mencari kalimat apa untuk menyelamatkan mukanya.      

"Ohh ... iseng ... kayak Jo tadi? Bilang iseng, cuma kelakuan random?" Dante menyindir.      

"Maksudku ... iseng ambil tenaga kamu, lah! Bukan iseng kayak Jo bilang tadi!" Karena gemas, Andrea mencubit hidung sang suami dan menariknya. Hidung mancung Tuan Nephilim itu terkadang menggemaskan!      

Tak berapa lama kemudian, Jovano sudah muncul di anak tangga dan dia menuruni tangga dengan langkah mantap sambil mencangklong tas ala army dia. "Mom, Dad, aku berangkat ke kampus dulu." Dia pamit ke ibu dan ayahnya.      

"Beneran ke kampus, yah Jo." Sang ibu memperingatkan.      

"Iya, Mom, iya. Aku tau." Jovano menyahut.      

"Belajar yang rajin di kelas, yah Nak." Tuan Nephilim berpesan.      

"Oke, Dad ... see you soon!" Jovano pun melambaikan satu tangannya sambil dia berjalan dengan langkah gontai menuju ke garasi mansion untuk mengeluarkan mobil pribadi dia yang dia beri nama Buck.      

Setelah mendengar bunyi deru mobil pribadi Jovano di carport dan kemudian tak lama setelah itu mobil tersebut membawa empunya keluar dari mansion, Andrea dan Dante pun saling menghela napas.      

"Kita harus lebih banyak perhatikan anak-anak kita, Dan, terutama yang lagi masa rebel kayak Jo dan Ivy. Duh, semoga aja Jo gak bikin ulah lagi. Aku ini udah pusing gegara Ivy yang masih saja dingin ke aku, jangan ditambah kakaknya berulah, deh! Pusing!" Andrea memijit hidungnya.      

Dante merengkuh sang istri dalam dekapan. "Sabar ... namanya juga punya anak. Apalagi yang sudah remaja, butuh diarahkan yang benar."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.