Devil's Fruit (21+)

Gavin Bawahan Rendahan?



Gavin Bawahan Rendahan?

4Fruit 885: Gavin Bawahan Rendahan?     1

Deru mobil jeep Jovano datang dan dia parkirkan dulu di carport di belakang mobil orang tuanya. Begitu turun, Jovano menemukan atmosfer tak enak di ruang tamu. Apalagi ada banyak orang di sana. "Ada apa, nih?" Ia menatap bingung pada semua orang di sana. Terlebih lagi, ada Shelly yang masih terisak dalam pelukan ibunya.      

Gavin enggan menjawab ketika sang sahabat masa kecilnya menatap penuh tanda tanya padanya.      

Akhirnya, Andera yang bersuara. "Adikmu bicara ngawur ke GavGav." Ia sambil mengelus rambut Shelly.      

"Adikku? Yang mana?" tanya Jovano masih belum bisa menangkap apa yang terjadi.      

"Masa sih Zizi?" Andrea memutar bola matanya.      

Kini taulah Jovano siapa pelaku yang dimaksud oleh sang ibu. "Memangnya Ivy ngapain ke Gavin, Mom?"     

Dante pun menceritakan ulang semua yang diucapkan Gavin sebelumnya. Jovano mendengarnya dengan penuh seksama dan menelaah dari berbagai sudut. "Oke, nanti aku akan bicara ke Ivy. Biar aku saja yang bicara ke dia."     

Setelah itu, Jovano menepuk baju Gavin dan dia pun lebih dulu masuk ke kamarnya untuk ganti baju dan mandi lebih dahulu sebelum nanti akan bicara dengan sang adik sulung.      

Sementara itu, orang dewasa yang ada di ruang tamu juga mulai berpindah ke ruang tengah. Shelly juga sudah mulai tenang sekarang. Mereka semua duduk di sofa di ruang itu untuk berbicara dengan Gavin.     

"GavGav, dengarkan Aunty." Andrea memulai pembicaraan. "Apa yang Ivy lakuin ke kamu itu buruk. Dia tidak seharusnya ngelakuin itu, dia tidak seharusnya bertingkah seperti itu dan dimaklumi hanya karena kamu suka ma dia."     

"Nggak, Ndre." Shelly memberikan sanggahan. "Kamu ingat nggak tadi Gavin ngomong apa tentang Ivy yang bentak dia agar gak ganggu Ivy lagi? Jadi, menurutku, Gavinnya yang harus diperbaiki, agar beneran nggak lagi gangguin Ivy."     

Nyonya Cambion menatap sang sahabat dan memikirkan apa yang diucapkan oleh Shelly. Ada benarnya. Dalam kasus ini, Ivy memang tidak bisa disalahkan. Mungkin jika Gavin-     

"Mama benar, kok Aunty." Gavin tiba-tiba mengagetkan Andrea yang sedang berpikir dan merenung. "Aku yang beneran salah, kok! Aku ini sering mengikuti Hime kemanapun Hime pergi di sekolah dan sering menjaga dia dari berbagai bocah lelaki yang hendak mendekati Ivy. Jadi ... jangan salahkan Ivy, Aunty. Jangan marahi dia, yah!"     

Andrea memandang wajah penuh memohon dari Gavin. Rupanya bucin itu terkadang menakjubkan sekaligus mengerikan.      

"Aku setuju dengan Shelly dan Gavin, Tuan Putri." Kenzo menambahkan. "Ini sudah bisa dipastikan sikap Gavin yang berlebihan dan menyebabkan Tuan Putri Ivy sangat jengah dan terusik, maka wajar ada perlakuan demikian pada Gavin."     

"Tapi kagak juga perlu ampe ngomong sesengit itu ampe bawa-bawa kasta, lah Ken." Andrea menghela napas.      

"Tuan Putri Ivy hanya masih terlalu kecil untuk paham apakah yang dia ucapkan itu menyakitkan pihak lain atau tidak. Dia hanya butuh dibimbing saja." Kenzo meneruskan. "Karena keadaan sudah begini, maka aku akan memberi sikap keras dan tegas pada Gavin. Dia TIDAK BOLEH lagi mendekat ke Tuan Putri Ivy."     

"Papa!" Gavin mendengar ucapan dari sang ayah bagaikan itu ucapan dari seorang algojo yang akan memberikan hukuman penggal kepala untuk Gavin. "Papa, aku menolak!"     

"Tidak ada opsi untukmu menolak, Gav!" Kenzo menatap tajam ke ayahnya.      

"Um ... sebaiknya Gavin masuk kamar dan mandi dulu agar lebih segar." Shelly pun menghentikan sebelum ada pertengkaran antara suami dan anaknya. Dia sendiri menyesal kenapa tadi malah tak bisa menahan tangisnya dan menyebabkan keadaan jadi berubah begini.      

"Ya sudah, Gavin naik dulu sana ke kamarmu dan mandi." Tuan Nephilim turut memberikan perintah untuk ditaati si putra sulung Kenzo.      

Gavin hela napas lirih dan mulai berdiri sambil mencangklong tasnya untuk melangkah ke lantai atas dan melakukan apa yang diperintahkan baginya.      

Usai Gavin naik ke lantai atas, empat orang dewasa di ruang tengah pun mulai berdiskusi.      

Sementara itu, Jovano sudah selesai melakukan semua yang ingin dia lakukan dan kini mulai melangkah ke dalam kamar sang adik, mengetuk pintunya dan kemudian masuk dengan melongokkan kepala terlebih dahulu, dan mendapati adiknya sedang duduk sambil menghadap ke laptop.      

Di benak Ivy sendiri, dia sudah mengetahui apa yang dibicarakan orang-orang sejak tadi. Dia mendengar semuanya secara jelas apa saja perbincangan semua di ruang bawah. Dan dia santai serta siap dengan kedatangan sang kakak.      

"Kak Jo!" Sang putri sulung itu pun tersenyum lebar setelah menengok ke Jovano. "Kebetulan aku hendak tunjukkan ke Kak Jo OC aku yang baru!" Gadis itu terlihat antusias ingin segera memamerkan hasil coretan desain dia sendiri ke Jovano.      

Jovano diiringi dengan senyum ramahnya masuk dan duduk di tepi kasur Ivy. "Kak Jo bakalan excited banget untuk liat desain kamu. Tapi saat ini ada hal penting lainnya yang pengin Kak Jo bicarakan ma kamu, Ivy."     

Wajah Ivy seketika berubah dan bertanya, "Ohh? Hal yang mau dibicarakan ama aku? Hal penting apa itu kira-kira, Kak?"     

"Ivy, apa benar kamu tadi bentak Gavin di sekolah?" tanya Jovano dengan sikap hati-hati dan memakai nada lembut. Menghadapi Ivy ini gampang-gampang susah.      

"Ohh, itu ..." Ivy menyahut dengan cara santai sambil putar kursinya menghadap ke Jovano. Seakan-akan apa yang ditanyakan oleh sang kakak bukanlah hal sangat urjen sama sekali. "Iya, aku melakukan itu tadi siang ke Gavin di kantin sekolah."     

"Ivy, kenapa harus seperti itu ke Gavin? Jikalau memang Ivy marah atau terganggu dengan Gavin, kan alangkah lebih baiknya jika kamu katakan dengan lebih tenang tanpa harus marah-marah, apalagi sampai berkata hal kurang pantas ke Gavin."     

"Hal kurang pantas?" Ivy memiringkan kepalanya. "Apa itu yang Kak Jo maksud dengan hal kurang pantas?"     

"Mengatakan bahwa Gavin adalah bawahan rendahan. Benar?"     

"Ohh, iya benar. Aku memang berkata begitu ke Gavin tadi siang. Apakah itu dikategorikan hal kurang pantas?" Ivy balik bertanya.      

"Yah, menurut adab hidup di lingkungan manusia sih itu kurang pantas, Ivy."     

"Kan di lingkungan manusia, sementara kita bukan manusia. Kenapa harus repot-repot menyesuaikan adab kita dengan adab mereka?"     

"Ivy, sebagai makhluk yang tinggal dan menumpang di bumi alam manusia, alangkah baiknya kita juga mengikuti apa saja aturan-aturan hidup manusia. Dimana bumi dipijak, di sana langit dijunjung, artinya ... dimana pun kita berada dan tinggal, maka kita harus beradaptasi."     

"Hm, aku kurang setuju mengenai itu. Lagipula, apa salahnya memanggil Gavin dengan "bawahan rendahan"? Bukankah dia memang bawahan kita, Kak Jo? Dimana letak kesalahan aku?"     

"Ivy, meski dia anak dari Uncle Kenz yang merupakan pengawal ibu kita, tapi dia juga anak dari Aunty Shelly yang merupakan sahabat dari ibu kita juga. Maka, jangan menganggap Gavin serendah itu. Kau harus ta-"     

Tok! Tok! Tok!      

Terdengar bunyi ketukan di pintu, dan ketika pintu dibuka, muncul kepala Gavin. "Aku boleh masuk dan ikut bicara bersama kalian?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.