Devil's Fruit (21+)

Harus Memiliki Taktik



Harus Memiliki Taktik

2Fruit 887: Harus Memiliki Taktik     
4

Luar biasa. Jovano merasa Gavin sungguh lelaki luar biasa yang bisa melakukan berbagai hal demi cinta, demi perasaannya pada gadis yang dia puja. Apakah Jovano sanggup melakukan hal serupa? Apakah dia juga akan bisa melakukan apa saja demi Nadin?     

Ehh, tapi kan ... Nadin belum sukses jadi pacar dia. Hm, Jovano jadi kangen dengan gadis itu. Apakah Nadin sudah membalas chat dia? Oke, dia harus mencari tau. "Well, Gav, semoga berhasil dengan Ivy. Aku juga tidak suka kalau kau selalu jadi pihak menderita." Jovano menepuk bahu Gavin sebelum pergi dari kamar itu. Dia ingin lekas menggapai ponselnya untuk memeriksa pesan.      

Setelah meniadakan array penghalang dan keluar dari kamar Gavin, dia sudah ditunggu oleh Andrea dan Shelly di kamarnya. Astaga.      

"Mom, Aunty, kenapa di sini?" tanya Jovano. Duh, acara memeriksa pesan jadi terhalang, nih!"     

"Jangan pura-pura o-on, Jo." Andrea duduk di tepi kasur sang putra sulung. Shelly juga mengikuti dan duduk di sebelah sang sahabat.      

"Kami ingin tau apa aja yang kalian bicarakan tadi di kamar Ivy, karena kata ibumu, kamu memasang penghalang di sana, sehingga dia tidak bisa ikut mendengarkan."     

"Mom, jangan punya kebiasaan menguping, itu tidak baik." Jovano menggoda ibunya.      

Andrea memutar bola matanya dan berkata, "Kalo kebiasaan mengintip, boleh, gitu?" balasnya. Jovano seketika tidak bisa mengatakan sahutan selanjutnya. Nyonya Cambion pun tersenyum diagonal, baru kali ini dia bisa menang dari debat dengan putranya.      

"Jo, tidak apa-apa, kan kalo kami ingin tau?" Shelly tampak bersikeras mengejar jawaban dari Jovano. "Gavin adalah anak Aunty, Jo. Aunty hanya tidak ingin Gavin jadi berbuat ngawur yang bisa mengakibatkan keributan nantinya."     

"Jo, gak usah bertele-tele, ngomong aja apa adanya." Sang ibu ikut mendesak.      

"Hm, apa yah?" Jovano berpikir sejanak. "Tadi sih antara Ivy dan Gavin sudah saling berjanji."     

"Oh ya? Janji yang kayak apa tuh, Jo?" tanya Andrea penuh rasa ingin tau.      

"Ivy berjanji tidak lagi menyebut bawahan rendahan ke Gavin, dan Gavin pun berjanji kagak akan menempel ke Ivy kecuali Ivy yang meminta." Yah, hanya itu yang bisa dikatakan Jovano untuk menenangkan para orang tua agar mereka tidak saling menyalahkan Ivy maupun Gavin jika mengetahui kebenarannya dari keempat kesepakatan tadi.      

Andrea dan Shelly saling menatap dan lalu merenungkan sejenak perkataan Jovano.      

"Hm, rasanya gak buruk sih kalo emang mereka saling janji kayak gitu." Andrea manggut-manggut puas.      

Shelly juga terlihat senang dan lega. "Akhirnya ... Aku juga tidak ingin Gavin malah merepotkan Ivy. Anak itu sudah keterlaluan menempel ke Ivy. Kalau aku jadi Ivy mungkin akan jengah juga jika setiap hari selalu saja ditempel."     

Karena sudah mendapatkan jawaban memuaskan dari Jovano, kedua ibu-ibu itu pun keluar dari kamar Jovano.      

Sementara itu, Jovano menghela napas lega ketika melihat kedua ibu sudah keluar dengan wajah puas akan jawaban yang dia berikan. Syukur saja mereka percaya pada perkataan Jovano. Meski itu hanya sebagian kecil dari semua kesepakatan yang terjadi antara Ivy dan Gavin.      

Tak apa, berbohong putih demi kebaikan bersama itu tidak apa-apa, kan? Kan?      

Segera saja, Jovano mengambil ponselnya dan dia lekas memeriksa notip.      

"Ada!" seru Jovano penuh suka cita dan dia pun cepat masuk ke akun instagramm dia. Here there are! Itulah dia di sana! Pesan yang dinanti-nantikan Jovano bagaikan seabad lalu saking lama bagi sang putra Cambion.      

Buru-buru Jovano membuka pesan itu.     

"Hai, kamu yang dulu itu, yah? Yang foto kita. Maaf kalau bahasa Jepangku buruk karena aku bukan orang Jepang asli. Oh ya, kamu boleh panggil aku Nad jika mau. Liney dan WA? Um ... WA saja yah! Karena aku biasa buka Wa untuk melihat pesan dari teman-teman." Begitu bunyi pesan dari Nadin dan kemudian di bagian bawah ada nomor kontak WA Nadin.     

Jovano lekas membuka WA dia dan menuliskan nomor kontak Nadin di sana dan akhirnya keluar juga! Segera saja Jovano menembahkan itu ke dalam list dia dan memberikan sebuah pesan di sana. "Hai Nad, ini Jo. Jovano, yang memotret kamu di acara festival di Ikebukuro kemarin."     

Jantung Jovano berdebar-debar tak karuan. Segera saja dia membayangkan siluet indah lekuk tubuh Nadin. Astaga, gadis itu memang menakjubkan. Jovano tak sabar ingin bertemu lagi dengan Nadin. Tentu saja pertemuan yang sebenarnya, bukan ala kemarin.      

Satu menit, dua menit, Jovano masih belum mendapatkan jawaban dari Nadin. Urgh, menunggu itu memang hal paling menyebalkan! Terutama menunggu balasan dari sang gebetan.     

Di menit ke dua belas, bunyi yang ditunggu oleh Jovano pun terdengar. Buru-buru Jovano meraih ponsel dan membuka pesan WA dari Nadin.      

"Halo, Jov. Aku panggil kamu Jov tak apa, kan? Hei, katanya hendak kirim foto ke aku. Mana?" Nadin menulis demikian di pesannya.      

Jovano segera saja mengirimkan foto yang dia janjikan sebelum ini. Dia pun turut menuliskan pesan selain foto. "Maaf, yah, aku kirimnya foto agak lambat. Pasti kalian sudah menunggu." Nah, kesannya seperti dia tidak terlalu mengejar-ngejar gadis itu, kan? Walau pun kenyataan sangat berbeda.      

Balasan dari Nadin tiba tidak begitu lama dari Jovano. "Wah, fotonya bagus sekali! Kamu pandai mengedit, yah! Terima kasih."     

Jovano meringis senang membacanya. Seperti orang sinting saja. Yah, begitulah bila orang sedang terbuai asmara.      

Ada chat lagi dari Nadin sebelum Jovano melengkapi jawaban pesannya. "Jov, apakah kau tidak mengirimkan itu ke Yumi? Sepertinya dia sudah menunggu lama foto-foto ini."     

Jovano pun meneruskan ketikannya dan menambahkan jawaban barunya. "Terima kasih atas pujiannya, aku memang suka utak-atik mengedit foto. Kalau kau ingin ada fotomu lainnya untuk dibuat jadi lebih menarik, katakan saja, nanti aku editkan." Dan kemudian di bawahnya ditambahkan: "Aku kehilangan alamat Yumi, entah di mana kertas yang ada alamat Yumi, mungkin tercuci dengan semua bajuku hari itu di laundry. Sampaikan maafku ke Yumi, yah!"     

Send.      

Duh, Jovano rasanya berbunga-bunga saat ini, dia bisa berbalas pesan dengan Nadin cukup lama juga, nyaris satu jam mereka saling mengobrol di pesan WA. Bahkan mereka sudah bisa saling melemparkan canda.      

Tapi Jovano tidak ingin terlalu terkesan mengejar Nadin. Dia masih menampilkan bahwa Nadin hanyalah sekedar teman chat yang asik saja. Well, dia tidak ingin mencolok mengenai perasaannya, meski pada gadis yang dia puja.      

Nanti. Nanti akan ada waktunya ketika Jovano akan menyatakan perasaan dia pada Nadin. Bila sekarang langsung menembak si gadis, dia khawatir Nadin akan ketakutan. Akan aneh bila chat sehari saja langsung menyatakan cinta. Ya, kan? Jovano harus memiliki taktik.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.