Devil's Fruit (21+)

Tuan Putri dan Pelayannya



Tuan Putri dan Pelayannya

4Fruit 889: Tuan Putri dan Pelayannya     3

Di tempat lain, Jovano sudah meluncur dengan mobilnya dan ia girang karena sudah mengetahui di mana Nadin bersekolah. Ia bisa menyambangi sekolah Nadin nantinya jika dia sudah menemukan waktu yang tepat.      

Ia bernyanyi riang sambil menyetel musik pada mobilnya dan perjalanan ke kampus terasa membahagiakan. Yah, begitulah jika sedang jatuh cinta. Semua terasa memberi nuansa bahagia. Bahkan terjebak kemacetan saja rasanya masih bisa tersenyum gembira.      

Di kampus, dia terus bersenandung riang hingga mendapatkan olok-olokan beberapa teman akrab dia di kelas.      

.     

.     

Di SMP tempat Ivy dan Gavin bersekolah, banyak murid masih membicarakan mengenai insiden kemarin tentang Ivy yang membentak kasar ke Gavin. Banyak para fans Gavin yang merasa tidak bisa menerima perlakuan Ivy pada idola mereka. Sedangkan para fans Ivy memberikan pembelaan untuk idola mereka dengan mengatakan bahwa Gavin saja yang keterlaluan menguasai Ivy padahal bukan siapa-siapa sang gadis.      

Namun, pagi tadi mereka sempat dikejutkan ketika melihat Ivy melangkah penuh percaya diri seperti biasanya bersama Gavin di belakang dia dan membawakan tas Ivy.      

Pemandangan ini cukup menarik karena mereka berdua sudah membuat gempar kemarin, dan sekarang Ivy sudah bersedia ditempel lagi oleh Gavin.      

Tapi kali ini, ada yang sedikit berbeda. Gavin membawakan tas dan barang-barang Ivy. Apa pula itu? Banyak fans Gavin yang melongo tak mempercayai pandangan mata mereka.      

"Kenapa Gavin jadi seperti budak gadis sok itu?"     

"Gavin sekarang dijadikan pelayan?"     

"Gavin-ku ... oh tidak, Gavin-ku ..."     

"Gadis itu keterlaluan sekali! Ingin aku cakar-cakar wajahnya yang sok arogan! Sok cantik!"     

Sedangkan fans dari Ivy justru menyeringai melihat apa yang terpampang di depan mereka.      

"Lihat, si pelayan itu sekarang sudah tau tempatnya."     

"Ya, dia itu hanya pelayan rendahan Ivy-hime, tapi sok memiliki Hime."     

"Huh! Rasakan dia sekarang. Aku senang Ivy memberi dia pelajaran yang tepat!"     

Gavin dan Ivy sama-sama bisa mendengar semua kasak-kusuk di sekitar mereka. Bagi Ivy, itu tidak masalah. Bagaimana dengan Gavin? Rupanya dia juga tidak mempermasalahkan hal itu. Asalkan dia bisa terus berada di sisi Ivy, maka menjadi apapun dia tidak perduli.      

Bahkan ketika istirahat tiba pun, Ivy dengan mudah memanggil Gavin menggunakan ponselnya dan menyuruh Gavin membelikan roti yang dia mau di kantin. "Belikan roti melon. Aku malas berdesak-desakan di kantin. Dan juga susu stroberi."     

Mendengar perintah dari Ivy, Gavin segera menjawab, "Baik, Hime. Tunggu sebentar." Pria remaja itu pun segera melangkah cepat ke kantin yang memang sudah biasa dipenuhi anak-anak yang hendak membeli roti dan minuman seperti jus dan susu.      

Biasanya, istirahat pertama tidak terlalu berdesakan dibandingkan istirahat kedua. Jika sudah memasuki istirahat kedua, itu merupakan jam makan siang paling sibuk di Jepang. Antrian pada kantin akan sangat menggila di jam itu.      

Maka, tak heran jika Gavin bisa cepat mendatangi kelas Ivy dan melihat gadis itu sedang berbincang dengan beberapa pemuda.      

Melihat Gavin sudah datang membawa semua pesanannya, Ivy tetap berwajah datar saja sambil menerima roti dan susu kotak instan dari Gavin. "Sana, kembali ke kelasmu." Ia memerintahkan Gavin.      

Meski agak tidak rela karena gadis pujaannya sedang dikerumuni remaja pria, Gavin tidak punya pilihan lain selain patuh pada apa yang diucapkan oleh putri sang Cambion. Ini baru hari pertama setelah adanya kesepakatan antara mereka. Gavin tidak ingin menodai kepercayaan Ivy dengan dia marah-marah pada para siswa lelaki itu atau bersikeras tak mau beranjak dari sana.      

Gavin pun melangkah lunglai keluar dari kelas Ivy diiringi pandangan remeh dari para siswa lelaki yang sedang bersama Ivy.      

"Hime, jadi dia benar-benar pelayanmu?" tanya salah satu lelaki di dekat Ivy.      

"Hm." Ivy hanya berikan gumaman untuk jawaban sembari dia membuka bungkus rotinya dan menyantap benda empuk itu.      

"Hime-chan sungguh hebat bisa menjinakkan bocah sok itu!" Remaja pria lainnya berkomentar.      

"Hn ..." Ivy masih mengunyah roti melonnya.     

"Ivy cantik, harusnya sejak dulu kau jinakkan dia seperti itu, agar dia tau tempat dia yang benar!" Ada lagi yang berkomentar demikian.      

"Hngh ..." Kini Ivy sambil menyeruput susu stroberi dia.      

Biasanya, Ivy hanya menanggapi mereka dengan gumaman saja, bukan memakai kalimat panjang. Namun, yang begitu saja sudah membuat para siswa pria tetap tergila-gila karena kecantikan Ivy dan juga sikap misterius dia yang membuat mereka makin tergelitik ingin terus mengetahui seluk beluk Ivy.      

Ini memang disengaja oleh si gadis vampir itu di tahun-tahun belakangan ini. Dia menjadikan sikap misterius dan diam dia sebagai senjata bagus untuk menarik fans. Dia butuh pemujaan dari mereka agar dia tau bahwa dia tidak buruk, bahwa dia bukan gadis menyedihkan.      

Selama ini, usai drama penculikan dia, Ivy kerap berpikir bahwa dia menyedihkan, makanya menjadi korban penculikan dan penyiksaan. Bahkan dia menganggap ayahnya, Giorge, berlama-lama di negeri antah berantah karena Ivy terlalu menyedihkan.      

Maka dari itu, diam-diam Ivy mengasah kemampuannya agar nanti jika sang ayah pulang, ayahnya akan bangga memiliki putri seperti dia.      

Dengan Ivy bisa mengontrol dan menguasai Gavin serta banyak fans pria dia, rasa percaya dirinya meningkat tinggi dan dia menikmati itu. Apalagi dia merasa itu semakin diperkuat dengan cosplay dia.      

Ivy sudah menjadi selebgramm Jepang dalam urusan cosplay. Dia banyak mendapatkan fans yang memuja dia karena cosplay dia. Oleh karena itu, dia lebih nyaman berdandan tebal di manapun dia berada, termasuk di sekolahnya.      

Beruntung sekali sekolah dia bukanlah sekolah negeri yang ketat aturannya. Sekolah tempat dia ini merupakan sekolah internasional sehingga tidak perlu memakai seragam dan bisa bebas berdandan. Asalkan para murid tetap baik mengikuti kegiatan belajar di kelas, maka penampilan senyentrik apapun tidak masalah.      

Inilah mengapa Ivy tampak menonjol di sekolahnya, karena dia masih saja membawa dandanan ala cosplay dia di sekolah. Ada yang menikmati penampilan Ivy, namun banyak juga yang mencibir dengan mengatakan gadis itu terlalu berlebihan, bahkan ada yang mengatakan Ivy terjebak di dunia halusinasinya sendiri dengan dandanan seperti itu.      

Ivy tidak repot-repot memerdulikan omongan miring mengenai dia. Apapun yang membuat dia nyaman, maka akan dia lakukan. Terserah apa pendapat orang lain. Wataknya memang keras dan selalu menganggap bahwa pemikiran dia benar.      

Selain itu, dia sebenarnya juga kecewa karena sang ibu terlihat bahagia dengan suami barunya, Dante. Dia menganggap ibunya tidak mencintai ayahnya dan menelantarkan ayahnya di negeri antah berantah, tidak segera dijemput pulang.      

Yah, Ivy sesungguhnya tidak menyukai Andrea bersuami selain ayah kandungnya. Dia tau Dante itu adalah ayah kandung dari kakaknya, Jovano, namun tetap saja dia tidak rela jika Andrea dan Tuan Nephilim tampak bahagia bersama.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.