Devil's Fruit (21+)

Tentang Yaoi dan Yuri



Tentang Yaoi dan Yuri

1Fruit 890: Tentang Yaoi dan Yuri      4

Sudah beberapa hari ini Ivy dan Gavin menjalani hidup mereka bagaikan tuan putri dan pelayannya. Meski begitu, itu semua mereka lakukan secara diam-diam tanpa diketahui orang dewasa di mansion agar tidak menimbulkan keributan.      

Jika pagi hari Kenzo menurunkan Ivy dan Gavin, mereka akan berjalan sedikit masuk ke area sekolah dan setelah yakin mobil Kenzo berlalu, maka Ivy akan menyerahkan tas dan bawaan dia ke Gavin. Lalu dia akan berjalan ke kelasnya diikuti Gavin yang membuntuti di belakangnya, memang mirip pelayan.      

Tidak itu saja, Ivy juga terbiasa menyuruh Gavin untuk membelikan roti dan susu di kantin dengan alasan Ivy malas mengantri dan berdesakan dengan siswa lainnya di sana. Tentu saja Gavin patuh.      

Gavin percaya bahwa suatu hari nanti, Ivy akan menyadari perjuangan Gavin dan akan menerima Gavin dalam hatinya.      

Berbeda dengan Ivy dan Gavin, Jovano malah menjalani hari-hari dengan hati terus berbunga-bunga. Dia bisa lebih intens bertukar pesan dengan Nadin sekarang, bahkan setiap hari. Mereka juga berbalas komen dan like pada sosial media mereka.      

Jika Jovano memposting sesuatu, maka Nadin akan memberikan like dia dan berkomentar sedikit. Begitu juga apabila Nadin sedang memposting sesuatu, maka sang pangeran muda akan berikan like serta komen penuh makna, yang ia harapkan Nadin paham akan maksud kalimat dalam komentarnya.      

Sayang sekali, Nadin membalas komennya secara biasa saja seolah tidak banyak berpikir mengenai komen penuh sinyal dari Jovano.      

Ketika tiba waktunya ada pameran doujinshi seperti yang pernah Jovano sebutkan seminggu lalu pada Nadin, Jovano secara nekat dan mempertaruhkan harga dirinya untuk mengajak Nadin pergi ke pameran tersebut.      

"Nad, aku hendak pergi ke pameran doujinshi di Shibuya. Apakah kau hendak ikut menemani aku agar aku tidak seperti orang hilang di sana?" tanya Jovano ketika mereka sedang bertelepon di malam hari. Ya, kini Jovano sudah mulai meningkat dengan berani menelepon sang pujaan.      

"Kapan, sih acaranya? Jam berapa?" tanya Nadin.      

"Besok lusa, jam 10 pagi mulainya. Bagaimana? Kau mau?" Jovano meremas ujung kaosnya karena berdebar-debar menanti jawaban sang gadis di seberang sana.      

"Um ... oke. Aku sekalian ingin melihat apakah ada doujin yaoi terbaru." Nadin berucap secara santai.      

"Doujin ya-" Jovano merasakan napasnya bagai tercekat macet di tenggorokan. Ia tidak salah dengar, kan? Doujinshi yaoi? Apakah Nadin seorang fujoshi?     

"Kenapa, Jov?" Nadin bertanya di seberang. "Apakah kau benci seorang fujo? Aku ini fujo, loh! Apakah kau keberatan punya teman seorang fujo?"     

Jovano meneguk salivanya.     

Yaoi adalah sebuah seni karya yang sangat marak di Jepang (dan juga sudah mendunia saat ini) yang menampilkan cerita atau penokohan tentang hubungan sejenis antara lelaki dan lelaki dengan penceritaan yang menarik mendayu-dayu atau digambar dengan cara indah. Biasanya cerita jenis ini disukai para gadis dan wanita. Pria juga ada, namun jarang yang mau mengakui secara terbuka karena khawatir disangka gay.      

Namun, Jovano mencoba berpikiran terbuka mengenai hal tersebut. "Tidak masalah. Aku tidak masalah memiliki teman seorang fujoshi ataupun fudanshi." Jovano menyebutkan sebutan bagi perempuan penikmat cerita yaoi yaitu fujoshi, dan lelaki penikmat cerita yaoi yaitu fudanshi.      

"Kau yakin tidak masalah aku seorang fujo?" Nadin bertanya lagi.      

Jovano bertanya-tanya, apakah saat ini Nadin sedang mengetes dia? Gadis itu sedang mengetes apakah Jovano bisa menerima dia apa adanya? Begitu? So, bring it on, honey girl! Jovano berteriak dalam hatinya. "Tentu saja tidak ada masalah. Memangnya kenapa kalau kau fujo? Bukan berarti kau ini seorang homo, kan?"     

Nadin tertawa kecil di seberang sana. "Ha ha ha, tentu saja tidak. Kesukaan aku membaca komik yaoi tidak menjadikan preferensi seksualku berubah, kok! Aku tetap menyukai pria, oleh karena itu aku menyukai yaoi. Membayangkan satu pria tampan saja sudah mendebarkan, apalagi ada DUA pria tampan, bukankah itu bonus? Ha ha ha!"     

"Ha ha ha ... iya." Jovano tertawa canggung. Iyakan saja, pangeran muda. Kau sedang berjuang memikat hatinya, kan?      

"Sama seperti kalian para pria yang sangat menyukai menonton film porno yang ada adegan dua wanita lesbian saling mencium dan bergumul, ya kan? Hi hi hi!" Nadin terkikik.      

Jovano tak tau harus berkata apa ketika disodorkan sesuatu yang kadang dia lakukan. Kenapa Nadin bisa sampai mengetahui bahwa terkadang Jovano membuka situs film porno dan menikmati adegan antara wanita dan wanita bermesraan? "A-ah ha ha ... iya juga, sih!" Ia jadi salah tingkah meski hanya bertelepon.      

"Nah, kalau kau penikmat adegan lesbi, atau adegan yuri, apakah orientasi seksual kamu berubah? Apakah kau lantas menjadi seorang homo?"     

"Ohh, tidak! Tentu saja tidak!" Jovano lekas menjawab. Bagaimana mungkin dia penikmat adegan lesbian, tidak tertarik pada wanita? Dia masih sangat tertarik dan bahkan bernapsu pada wanita, terutama pada Nadin. Jovano bisa buktikan itu jika dia diijinkan. Ehem!     

"Sama seperti jika kita suka menonton atau membaca cerita genre gore, bukan berarti kita menjadi psikopat atau menyukai memutilasi manusia sesama kita, ya kan?" Nadin kembali bertanya secara retoris.      

"Ya, kau benar. Preferensi kita tidak serta merta menjadikan kita seperti apa yang kita suka. Jadi ... nanti kau bisa bebas membeli doujin yaoi sepuasmu." Jovano pun kembalikan topik ke hal utama lagi.      

"Apakah kau mau membacanya bersamaku, Jov?" goda Nadin.      

"Ohh, tidak! Tidak! Ha ha ha, aku belum siap untuk kejutan-kejutannya, ha ha ha!" Jovano tidak bisa berpura-pura untuk yang ini. Jika dia harus memiliki pacar seorang fujoshi, it's ok! Namun untuk ikut terjun ke dunia "gila" sang pacar, dia tidak sanggup. Dia belum semasokis itu.      

Ehh? Belum? Apakah kau berencana ingin mencobanya suatu hari nanti, pangeran muda?     

Nadin tertawa renyah di sana ketika mendengar jawaban dari Jovano. "Ha ha ha, iya, iya, aku tidak akan memaksamu, kok. Karena aku sendiri juga tidak akan sanggup jika menonton atau membaca genre yuri. Itu ... cukup menggelikan saja bagiku."     

"Yah, aku paham. Banyak wanita memang tidak suka yuri."     

"Yeah, sebagai wanita, aku masih menyukai pria. Dan kau sebagai pria, pasti juga menyukai wanita."     

"Yups!"     

"Oke, aku akan tunggu kau di apartemenku besok lusa untuk ke pameran itu."     

"Ya, nanti akan aku jemput jam setengah 10."     

"Jov, apakah kau akan memakai mobil?"     

"Iya. Kenapa, Nad?"     

"Ohh, tidak. Hanya bertanya saja, Jov."     

Kemudian, tak berapa lama kemudian, percakapan pun disudahi dan telepon ditutup satu sama lain. Jovano bertanya-tanya, kenapa Nadin menanyakan apakah dia akan membawa mobil atau tidak?     

"Apakah dia cewek matre?" pikir Jovano sambil mengguman lirih.      

Misteri dari pertanyaan di benak Jovano pun terjawab ketika esok lusanya dia datang ke apartemen Nadin dan ada 3 gadis lainnya di sana yang menunggu bersama Nadin.      

"Jov, mereka juga ingin ikut ke pameran. Tidak apa-apa, kan?" Nadin bertanya.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.