Devil's Fruit (21+)

Ternyata Teman Ivy



Ternyata Teman Ivy

0Fruit 892: Ternyata Teman Ivy      1

Jovano tiba di mansion dan melangkah ringan masuk ke dalam hunian meski mobil masih dia parkir di carport. Ia melangkah masuk. "Ehh?!" Dia berucap seraya tercengang ketika sedang berjalan di lorong lantai dua hendak ke kamarnya, dan gadis impiannya muncul di sana. Apakah dia bermimpi.      

"Hai, Jov! Kau juga tinggal di sini?" tanya Nadin dibarengi senyum yang sangat Jovano hafal.     

I-ini fatamorgana kah?! Jovano berteriak dalam hati. Dia memang merindukan Nadin dan ingin segera bertemu gadis itu, namun bukan berarti kerinduan dia bisa memunculkan sosoknya secara ... nyata? Nyata? Benarkah Jovano sehebat itu bisa mewujudkan kekuatan mentalnya menjadi bentuk materi utuh?     

Ehh? Tunggu dulu! Memangnya dia sedang memakai kekuatan mental dia? Rasanya tidak, kok! Lalu ... dari mana asalnya sosok berbentuk seperti Nadin ini datang? Apakah ini tipuan sosok iblis yang ingin memberi prank padanya? Heh? Apakah budaya prank tak jelas sudah sampai di Jepang setelah mampir lama di Indonesia?     

"Jov? Kau tak apa?" Nadin ternyata masih berdiri di depan Jovano sambil bingung melihat sang pangeran muda masih saja tampak linglung. Ia bahkan melambaikan tangannya di depan wajah Jovano.      

"Ehh!" Jovano akhirnya sadar setelah terdiam bisu dari beberapa belas detik lalu.      

"Kak Jo?" Ivy kini muncul juga dari kamarnya sambil berdiri di sebelah Nadin.      

"I-Ivy?" Jovano masih bingung. Apa tadi dia salah kaki waktu pertama masuk ke rumah?     

"Kak Jo kenapa bengong seperti itu, sih?" tanya Ivy menggunakan bahasa Jepang. Bocah perempuan itu memang lebih suka berkomunikasi dengan siapapun menggunakan bahasa Jepang ketimbang bahasa Indonesia seperti penghuni mansion itu lainnya.     

"Vy, jadi dia ini kakak kamu?" tanya Nadin ke Ivy.      

Ivy mengangguk. "Iya." Wajah Ivy mulai curiga akan ucapan Nadin. "Kau kenal Kak Jo?" tanyanya pada Nadin.      

"Ya, aku kebetulan kenal dia beberapa minggu lalu sewaktu festival cosplay di Ikebukuro. Kita tidak bertemu saat itu, ya kan?" Nadin menjawab Ivy.      

"Ivy sweetie ... kau dan Nadin ..." Jovano mengumpulkan kesadaran dia dan menganggap dengan yakin bahwa ini bukan merupakan mimpi.      

"Dia teman cosplay aku." Ivy menjawab demikian, membuat mata Jovano melebar selebar-lebarnya yang dia sanggup.      

"A-apa? Dia teman cosplay kamu, Ivy?" Jovano bertanya ulang agar memastikan telinganya tidak sedang sakit. Dia melihat adiknya mengangguk. "Ya ampun!" seru Jovano sambil meremas rambutnya menggunakan dua tangannya.      

"Kenapa, Kak Jo?" tanya Ivy mulai merasa curiga dengan respon dari Jovano.      

"Enggak, nggak apa-apa, kok! He he ..." Jovano berusaha menyembunyikan kenyataan dari Ivy. Kenyataan bahwa dia jungkir balik selama beberapa minggu ini demi Nadin. Dan ternyata gadis itu merupakan teman dari sang adik! Seberapa gila itu?!     

Entah apakah Jovano harus bersyukur atau merutuk karena gadis yang dia incar, ternyata malah teman adiknya sendiri dan sepertinya mereka juga dekat karena bisa diundang ke rumah ini oleh sang adik. Sangat amat jarang dan langka bisa membuat Ivy bersedia mengajak teman dia bermain di rumah ini.      

Seketika Jovano merasa dirinya tolol telah jungkir balik kayang salto untuk mencari Nadin, sedangkan jika dia mengerti bila Ivy berteman dengan Nadin, bukankah akan lebih mudah mengorek informasi dari Ivy daripada dia harus menjadi penguntit yang malah ketahuan orang tuanya dan diomel habis oleh sang ibu.     

Tapi, Pangeran Jovano, apakah kau yakin bahwa jika kau bertanya pada adikmu itu, dia bersedia memberikan informasi mengenai Nadin seperti yang kau harap?     

"Ya sudah kalau tidak ada apa-apa." Ivy membuyarkan lamunan Jovano. "Ayo, Na-chan, kita kembali ke kamar. Aku sudah menyelesaikan gambarku."     

"Tunggu, aku belum mengisi botol minumku." Nadin pun menyahut ke Ivy. "Mumpung kau ada di sini, Vy, antar aku ke dapur, dong, untuk isi botol minumku."     

"Sini aku antar saja!" Jovano segera menawarkan dirinya untuk mengantar Nadin.      

"Tidak usah!" Ivy memasang wajah masam ke Jovano dan menggandeng tangan Nadin untuk turun ke bawah. Dua gadis itu pun menuruni tangga menuju ke dapur.     

Sedangkan Jovano malah mengikuti pergerakan gadis-gadis itu dengan matanya sampai mereka menghilang ke dapur. "Ya ampun! Jeez!" Jovano sampai menepuk keningnya dengan senyum takjub memenuhi mulutnya.      

Akhirnya, Jovano pun sadar diri dia baru saja datang dari luar, dari kampus, sudah pasti bau tubuhnya tidak bisa dikatakan sedap karena sudah seharian beraktivitas. Oleh karena itu, dia lekas ke kamarnya untuk mandi, siapa tau nanti selesai dia mandi, Nadin masih ada di rumah ini.      

Jovano mandi secepat mungkin dan tidak melupakan memakai pewangi tubuh setelah dia selesai mandi. Ia ingin tampil sebaik mungkin di depan gadis pujaan dia. Sesudah dia selesai berpenampilan dengan benar, dia pun keluar dari kamarnya.      

Enaknya bagaimana? Apakah minta nimbrung di kamar adiknya? Tapi itu kan tidak sopan. Apalagi siapa tau mereka para gadis sedang ingin bergosip sesuatu. Oke, mungkin Jovano akan menunggu saja di ruang tengah yang langsung berhubungan dengan tangga menuju lantai dua, jadi dia pasti akan bisa bertemu Nadin jika nanti gadis itu turun.      

Ketika Jovano turun, dia juga memastikan bahwa Nadin sudah tidak berada di dapur. Maka dari itu, dia kini duduk santai di ruang tengah sambil menonton televisi.      

Kuro dan Shiro datang dari Joglo Fiesta. Mereka kini sering berangkat bersama menggunakan mobil Shiro yang dibelikan Dante. Meski keduanya gampang ribut, tapi mereka juga gampang akur kembali.      

Melihat Jovano di ruang tengah dan menonton televisi, Kuro merasa heran. "Tumben Jo mau duduk di ruang tengah, nonton televisi pula! Ada badai apa ini?"      

Jovano hampir tersedak salivanya akibat sindiran halus dari kakak angkat dia. "O-ohh ... ha ha ha, lagi kepingin di sini, Kak Kuro. Kalian baru tutup resto, yah?"     

"Iya. Seperti biasa kalo week-day." Kuro menyahut. Ketika dia hendak naik ke atas bersama Shiro, dia melihat ada gadis kepala merah muda keluar dari kamar Ivy dan bersama dengan Ivy berjalan di lorong lantai dua untuk turun.      

Kening Shiro berkerut, memikirkan Jovano yang tiba-tiba saja berada di ruang tengah dan menonton televisi, lalu ada gadis asing yang bersama Ivy. Ia berusaha menyambungkan dua hal itu untuk menemukan jawaban.      

"Ehh? Siapa ini?" Kuro tersenyum ramah ke Nadin ketika gadis itu sudah mencapai di lantai bawah bersama Ivy.      

"Halo, aku Nadin, temannya Ivy. Salam kenal." Nadin secara ramah mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya disertai senyum lebar ke Kuro.      

"Wah! Teman Ivy!" Kuro takjub. "Hebat sekali kamu bisa diundang ke sini oleh Ivy!"     

Ivy terlihat masam mendengar ucapan Kuro dan sang hybrid hitam pun langsung mengatupkan mulut agar tidak lebih jauh membuat Ivy kesal. "Ayo Na-chan, aku temani kau menunggu taksi." Ivy pun menggandeng Nadin menuju ke ruang depan.      

Jovano lekas saja lintang pukang mengejar dua gadis itu dan berkata, "Ehh? Kenapa harus pakai taksi? Ayo aku antar saja!" Saat Ivy hendak protes, Jovano lekas menyambung, "Sekalian dengan Ivy juga, yuk, antar pulang Nadin."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.