Devil's Fruit (21+)

Amarah Sang Juara



Amarah Sang Juara

4Fruit 897: Amarah Sang Juara     2

Andrea dan Jovano miris juga dengan jawaban Ivy yang terkesan dingin walau pada ibunya. Sedangkan di benak Nadin, dia tidak menyangka bahwa antara Ivy dan ibunya tidak terjalin sebuah hubungan yang akrab. Sungguh tidak biasa. Karena biasanya, anak perempuan lengket pada ibunya.      

Tapi karena Nadin tidak ingin banyak berpikir mengenai urusan pribadi Ivy, dia melupakan dan mengganti pemikiran dia dengan berkonsentrasi pada kontes ini.      

Setengah jam lebih dari saat itu, barulah acara dimulai. Seperti biasa, ada ucapan sambutan ini dan itu dari siapa entahlah, dan kemudian langsung dimulai kontesnya. Masing-masing dari peserta yang dipanggil naik ke atas panggung harus menjelaskan detil mengenai Original Character mereka, dan memperagakan OC tersebut.      

Jika Original Character tersebut berdasarkan pada tokoh action dan memiliki jurus, maka harus dipamerkan semua kemampuan dan laga jurusnya meski dengan cara sederhana.      

Atau bagi yang Original Character-nya hanya sekedar moe-moe (sebutan gadis imut dalam budaya pop Jepang) saja, maka harus berpose semenarik mungkin. Nanti akan ada fotografer dari pihak panitia kontes yang akan menentukan apakah cosplayer tersebut fotogenik dan apakah Original Character-nya terlihat menarik di kamera.      

Ketika tiba giliran Ivy, dia melangkah penuh rasa percaya diri saat naik ke panggung. Banyak yang bersorak untuk dia karena mengenal Ivy dari instagramm dia. Terutama para remaja lelaki, mereka terus bersorak untuk Ivy dan memanggil "hime" ke Ivy.      

Ini sangat membengkakkan ego tuan putri dari Nyonya Cambion. Ivy jadi bisa makin percaya diri ketika menjelaskan pada para juri mengenai latar belakang Original Character dia dan kemudian dia berpose secantik serta semenarik mungkin sambil menghadap ke fotografer panitia.      

Begitu juga ketika giliran Nadin, dia juga cukup banyak mendapatkan sorakan dari banyak remaja lelaki yang mendukung dia. Apalagi ditunjang dengan tubuh Nadin yang terlihat seksi dengan kostum dia.      

Di bangkunya, Ivy menarik napas dan mengeluarkan dengan berat ketika melihat aksi panggung Nadin. Dia sadar, ada yang kurang dari dia dan dimiliki Nadin. Meski Ivy lebih cantik dari Nadin, tapi kekurangan itu cukup mencolok terlihat dan membuat Ivy cukup merasa tersaingi dan terintimidasi.      

Yaitu oppai, alias payudara.      

Ivy melirik dadanya yang tidak sefantastis Nadin yang mencuat indah meski tidak berlebihan. Seharusnya Ivy berpikir wajar saja mengenai dada dia, karena dia masih kelas 1 SMP sedangkan Nadin sudah menjadi remaja SMA dan tentu saja berbeda ukuran karena usia mereka satu sama lain.      

Tapi, Ivy merasa insecure hanya dengan mengingat bahwa dadanya tidak membusung menarik seperti Nadin. Ia melirik ke samping, dimana ada kakaknya yang asik menatap ke panggung, ke Nadin. Ia bertanya-tanya, apakah kakaknya tertarik dengan Nadin dikarenakan dada Nadin yang bagus dan tampak hebat?     

Ivy teringat akan dada ibunya yang membusung besar dan masih saja kencang serta seksi. Ia lebih merasa insecure lagi jika membandingkan dirinya dengan sang ibu. Sudah dia sering mendengar banyak orang memuji kecantikan sang ibu, dan kadang pula Ivy tau lawan bicara Andrea sering melirik diam-diam ke dada sang Cambion yang seksi.      

Huh! Ivy ingin punya dada besar juga!     

Setelah Nadin selesai berlaga, kini giliran Gavin. Remaja pria itu ternyata gugup ketika sudah di atas panggung. Meski dia gagah di medan perang, namun dia tidak menyangka akan mengalami demam panggung dan turun dengan raut kecewa sambil terus menggumam, "Aku pasti kalah, aku pasti kalah."     

Lalu, semua kontestan pun mulai naik ke panggung satu demi satu, termasuk dari Adora. Setelah hampir sore, juri mulai berunding untuk memutuskan hasilnya. Mereka juga melihat foto-foto hasil jepretan fotografer profesional yang sering memotret cosplayer.      

Sesudah perundingan dan perdebatan sengit antar juri, maka hasil pun diumumkan di sore harinya. Juara ke-3 diraih dari Adora. Ivy ternyata mendapatkan juara ke-2. Dan juara pertamanya, nama Nadin diucapkan oleh salah satu juri. Semua memekik heboh. Nadin sendiri tidak percaya dia bisa menjadi juara 1.      

Jovano sangat bersemangat dan membimbing Nadin untuk membuka jalanan penuh sesak orang di dekat panggung, sehingga gadis itu bisa naik ke panggung dengan mudah. Betapa gembira serta bangganya Jovano, seolah yang menang itu adalah kekasih dia.     

Selesai pembagian juara dan hadiah, orang mulai turun ke bawah untuk pulang. Ivy terlihat suram. Dia juara 2. Hanya juara 2! Kalah dari Nadin! Ia terus bersungut-sungut. Ivy terus berpikir, memangnya apa kurangnya dia dibandingkan Nadin? Apakah hanya masalah dada saja sehingga dia kalah dan hanya didapuk pada juara 2?     

Hingga mobil Jovano tiba di depan apartemen Nadin pun, Ivy masih cemberut. Nadin jadi tak enak hati, seolah dia sudah merebut juara 1 dari Ivy. Padahal selama ini dia selalu berkata bahwa Original Character milik Ivy sangat hebat melebihi OC dia. Tapi ternyata ....     

"Terima kasih, Jov. Ivy, congrats! Gavin, bye!" Nadin secara ramah berkata sambil melambai pada mereka semua sebelum dia masuk ke gedung apartemen dia sambil membawa piala kemenangan dia.      

"See ya, Nad!" Ini balasan Jovano.     

"Bye juga, Nadin!" Ini balasan Gavin.     

Jovano melirik ke adiknya yang masih diam. "Ivy sayank, kenapa masih diam saja? Kok gak balas sapaan Nadin, sih?"     

"Malas." Ivy menjawab singkat dan menutup mulut sampai tiba di mansion dan naik ke kamar dia. Ia melemparkan piala juara 2 dia ke tembok hingga piala itu jatuh berderai. Napasnya tersengal-sengal menahan amarah.      

Keributan dari arah kamar Ivy segera mendapat perhatian Jovano dan ibunya. Keduanya lekas masuk ke kamar Ivy dan melihat remukan piala di lantai. Dua ibu dan anak itu saling paham apa yang membuat Ivy melakukan itu.      

"Sweetie ... kenapa harus dibanting pialanya?" tanya Jovano secara kalem.      

"Sayank, Ivy sayank ... piala ini tidak mengatakan bahwa kau hanya sanggup di juara 2 saja, sayank." Andrea mendekat juga ke Ivy, sama seperti Jovano. Ketika Dante hendak masuk, Andrea memberi kode agar tuan Nephilim jangan mendekat. Biar mereka berdua saja, Andrea dan Jovano.      

"Apaan?!" seru Ivy. "Jelas-jelas piala itu menyatakan dengan jelas bahwa aku hanya juara 2. Hanya juara 2!"     

"Itu hanya sementara, sayank ... piala itu adalah penyemangat untukmu agar kau nantinya bisa menjadi juara 1 setelah ini." Sang ibu sehalus mungkin memberikan pengertian.      

"Ivy, sweetie ... bayangkan ... berapa banyak peserta yang tidak mendapatkan piala? Bahkan teman-teman kamu di Adora saja hanya ada 1 orang yang bisa mendapatkan piala, itu pun di bawah kamu." Jovano menambahkan nasehat untuk adiknya.      

"Kalian tau apa tentang yang aku rasakan?!" Ivy berseru sambil menangis. "Kalian tidak di posisi aku! Dan apakah kalian tau? Aku kalah hanya karena dadaku tidak sebesar Na-chan!"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.