Devil's Fruit (21+)

Beraroma Malaikat



Beraroma Malaikat

3Fruit 898: Beraroma Malaikat      2

Sepulang dari acara kontes cosplay original Character, Ivy mengamuk karena dia hanya mendapatkan juara 2 saja. Piala yang dia peroleh dibanting ke tembok kamar dia hingga benda tak bersalah itu hancur berderai di lantai, tersebar mengenaskan.     

Andrea dan Jovano segera naik ke lantai atas untuk masuk ke kamar Ivy karena mengira Ivy dalam bahaya. Mereka tak mau kejadian sang hime diculik terulang lagi untuk kedua kalinya.      

Namun, ketika dua ibu dan anak itu masuk ke kamar Ivy, mereka justru mendapatkan hal berbeda dari yang mereka cemaskan. Yah, bagus sih Ivy ternyata baik-baik saja dan tidak celaka apapun, namun pemandangan Ivy yang melampiaskan amukan pada piala itu juga bukan merupakan pemandangan yang mereka inginkan.      

Dari teriakan emosi Ivy, akhirnya diketahui bahwa bocah perempuan itu merasa juri tidak adil karena tidak memenangkan dia sebagai juara 1.      

Sang ibu mencoba memberikan pengertian dan nasehat secara halus dengan bahasa yang nyaman di kuping, tapi Ivy tak mau tau dan tetap teguh pada opini dia bahwa jurinya tidak adil dan ngawur.      

Akhirnya, Jovano yang mencoba membujuk sang adik sulung untuk bisa menerima keputusan yang telah dibuat oleh para juri.      

Namun, Ivy terlalu marah untuk bisa mendengarkan nasehat sang kakak yang biasanya dia patuhi.      

Ivy bahkan secara terang-terangan menyebut soal Nadin dalam amarahnya. "Kalian tau apa tentang yang aku rasakan?!" Ivy berseru sambil menangis. "Kalian tidak di posisi aku! Dan apakah kalian tau? Aku kalah hanya karena dadaku tidak sebesar Na-chan!"     

Nyonya Cambion sampai melongo mendengar perkataan emosi Ivy. Dada? Dia tak salah dengar, kan? Putrinya menyebutkan mengenai dada. Dan itu artinya ... ukuran payudara. "Ivy honey, memangnya kontes itu dinilai hanya dari ukuran dada saja kah?" Andrea menyipitkan matanya sambil menyeringai heran.      

"Aku yakin itu!" teriak Ivy sambil pandang gahar ke ibunya. "Lihat saja bagaimana dadaku ini, dan lihat seperti apa dada Na-chan tadi di kontes!"      

"Nak, dada yang lebih besar dari Nadin juga ada banyak di kontes itu, dan mereka tidak mendapatkan secuil pun juara atau bahkan 10 besar pun tidak!" Andrea sampai agak meninggikan suaranya saking herannya dengan asumsi liar dari Ivy.      

"Pokoknya aku yakin kalau dadaku sebesar Na-chan, aku pasti mendapat juara 1, bukannya dia! Kostum dia aneh dan jelek! Kostumku lebih orisinil dan juga bahannya bermutu!" Ivy bahkan tidak memelankan suaranya dan tidak perduli dia sedang berbicara dengan siapa sekarang.      

Tidak hanya itu saja, Ivy juga tidak perduli dia sudah mengecilkan temannya sendiri. Mungkin kalau Nadin mendengar ucapan Ivy, dia bisa sedih.      

Sementara itu, di lantai bawah, di ruang tengah, berkumpul penghuni mansion lainnya dan mereka bisa dengan jelas mendengar ucapan Ivy. Selain mereka sebagian besar merupakan keturunan iblis dan hewan iblis, suara Ivy juga terlalu keras seperti orang kalap.      

"Ivy tidak bisa menerima kekalahan dia." Shelly menatap miris ke pintu kamar Ivy yang terlihat dari ruang bawah.      

"Sepertinya Ivy terlalu berharap tinggi pada kontes tadi." Kuro ikut bicara dengan suara sedih.      

"Ivy berlebihan marahnya." Shiro hanya mengucapkan kalimat pendek itu saja.      

"Semoga ibu dan kakaknya bisa menasehati dia sebelum dia menjadi sosok egois." Kenzo juga berkomentar.      

Sementara itu, Gavin diam tak bisa melakukan pembelaan terhadap Ivy karena dia juga setuju bahwa Ivy terlalu berlebih-lebihan dalam amarahnya. Ia tertunduk sedih.      

Sedangkan di kamar lain, ada Zivena yang menghela napas mendengar suara nyaring sang kakak yang malah secara berani meneriaki ibu dan kakaknya.      

Sementara tiga orang di kamar itu masih berdebat, Zivena tidak tahan lagi dan dia mengeluarkan sayap kecil dia dan terbang cepat ke kamar kakaknya melalui jendela.      

Ivy yang tidak siap akan kemunculan adik bungsunya, hanya bisa pasrah ketika tiba-tiba saja dua tangan si kecil sudah menangkup dua pipi dia sambil Zivena mendekatkan wajah mereka berdua.      

"Kak Ivy, sudah. Jangan lagi berteriak seperti ini. Tidak baik. Apalagi pada ibumu sendiri dan kakak yang sayang padamu. Berhenti marah-marah dan minta maaf kepada mereka, yah!" Lalu Zivena menyatukan dahi mereka berdua dan seperti ada cahaya putih secara cepat muncul di pertemuan dahi itu. Begitu cepat seolah itu seperti pijar kilat saja.      

Ivy melongo dan dia langsung terdiam. Kemudian dia bagaikan orang linglung, menoleh ke Andrea dan Jovano, lalu berkata, "Maafkan aku, Ma. Maafkan aku, Kak Jo."      

Zivena pun runtuh ke lantai dan lemas. Namun untungnya Jovano sudah menangkap duluan sebelum si adik bungsu mencapai lantai.      

Andrea memeluk Ivy sambil berderai air mata. Ia tidak tau apa yang terjadi dan kenapa anak bungsunya bisa melakukan hal itu terhadap Ivy, tapi Andrea senang karena putri sulung dia kini sudah tenang.      

Sedangkan Jovano, dia membopong tubuh lemas Zivena. Bocah cilik itu bagai tertidur pulas. Atau pingsan? "Zi? Zizi?" Ia agak panik dan lekas gunakan satu tangan untuk memeriksa hembusan napas Zivena.      

Andrea longgarkan pelukan dia pada Ivy dan beralih ke Zivena. "Zizi kenapa, Jo?"      

"Gak tau, Mom. Entah dia ini tidur atau pingsan." Jovano menjawab.      

Andrea ganti menggapai anak bungsunya untuk memeriksa. "Dia pingsan sekaligus tidur." Maka, kini Nyonya Cambion pun ganti membopong Zivena dan membawa bocah cilik itu keluar dari kamar Ivy. "Urus adik kamu sampai dia tenang, Jo. Mama akan urus Zizi."      

"Roger, Mom!" Jovano menjawab dengan jari telunjuk dan jempol disatukan membentuk O sebagai persetujuan pada keinginan ibunya.      

Ketika Andrea keluar dari kamar tersebut dan membopong Zivena, Dante dan yang lainnya di lantai bawah langsung terkejut. Dante lekas melesat bersama Kuro ke lantai atas untuk melihat keadaan Zivena.      

"Zizi kenapa, yank?"      

"Zizi kok begitu, Mam?"      

Andrea menatap dua orang itu sambil tersenyum kecil dan menceritakan mengenai apa yang tadi dilakukan Zivena secara mengejutkan.      

"Wah! Kekuatan baru Zizi muncul lagi kah?!" Kuro takjub dan berseru kagum pada Zivena yang masih belum sadarkan diri.      

"Ayo bawa dia di kamarnya, sayank." Tuan Nephilim membimbing sang istri ke kamar Zivena.      

Mereka merebahkan tubuh si kecil di sana dan Andrea terus memeriksa kondisi Zivena. Ia memasukkan sebutir pil alkimia ke dalam mulut Zivena dan menunggu reaksi dari si bungsu.      

Sementara itu, Jovano sudah selesai menenangkan Ivy. Ia masuk ke kamar adik bungsunya. "Zizi gimana keadaannya, Mom?"      

"Belum sadar, sih. Tapi sepertinya dia baik-baik aja kalo liat dari denyut jantung, aliran darah dia dan tanda-tanda vital dia lainnya." Sang ibu menjawab.      

Ketika King Zardakh dihadirkan di sana, sang raja berkata: "Bukankah sebelumnya aku sudah pernah bilang bahwa anak bungsumu ini beraroma malaikat, Andrea?"      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.