Devil's Fruit (21+)

Peraturan Baru di Mansion



Peraturan Baru di Mansion

1Fruit 910: Peraturan Baru di Mansion     
1

Ketika mereka kembali masuk ke mansion, Zivena menghadang di depan rombongan itu dan melakukan scanning pikiran pada mereka dan dia melongo mengetahui hasilnya.      

"Zizi sayank, ada apa dengan ekspresi anehmu itu?" tanya ibunya ketika melihat putri bungsu dia menatap mereka dengan raut wajah aneh.      

Zivena sudah hendak membombardir mereka dengan pertanyaan ketika dia mengetahui ucapan benak Kuro. 'Pokoknya kita jangan bicara blak-blakan. Sekarang harus pakai telepati kalau bicara penting, agar tidak didengar Ivy'. Itu isi benak Kuro.      

Bocah usia 5 tahun itu makin terpana ketika membaca isi benak kakaknya, Jovano. 'Tidak disangka Ivy selama ini ternyata sering menguping pembicaraan kami. Ya ampun bocah itu'.      

Maka, dengan mengetahui itu, Zivena pun urung ingin memburaikan banyak pertanyaan pada mereka.      

"Zizi?" Jovano bertanya karena sang bocah hanya berdiri diam, menghadang langkah mereka di atas anak tangga.      

"Unghh ... Kalian lama sekali minum tehnya. Aku sampai bosan menunggu." Akhirnya Zivena mengatakan itu saja sebagai pengganti kalimat yang sebenarnya ingin dia keluarkan.     

"He he, maaf. Maaf kalau kami lama, Zizi." Andrea mencubit lembut pipi sang bungsu. "Kami kan udah lama gak kumpul-kumpul asoi di taman belakang."      

"Lain kali aku harus diajak!" Zivena berlagak cemberut.      

"Iya, sayank. Iya. Nanti kita ajak kamu kalau kita akan bersantai lagi di taman sakura. Tapi kalau Zizi mau ikut, mungkin lebih baik waktunya siang hari saja agar nyaman buat kamu." Tuan Nephilim berkata seraya menggendong si bungsu.      

"Hm, boleh, boleh. Pokoknya aku jangan ditinggal." Zivena mencubit pelan pipi ayahnya sebelum mencium sang ayah lalu tergelak lucu.      

.     

.     

Sudah ditetapkan bahwa mereka tidak akan membicarakan hal penting atau apapun menyangkut Ivy di dalam area mansion. Mereka harus menggunakan kekuatan telepati atau pakai anting telepati.      

Andrea memberitahu Zivena ketika mengantarkan bocah itu secara khusus pagi itu dengan maksud hendak pelan-pelan mengungkapkan pada bungsunya mengenai aturan baru mereka. "Zizi, Mama ingin kasi tau aturan baru kita."      

Zivena tentu saja sudah mengetahui hal apa yang akan dibicarakan ibunya karena dia sudah mendengar benak sang ibu. Tapi dia berpura-pura saja tidak tau apa-apa. "Hm? Apa.itu, Mam?"      

Andrea sudah berhenti di dekat sekolah si bungsu dan dia yakin berada di pinggir jalan yang bukan merupakan larangan parkir.      

Nyonya Cambion hadapkan tubuhnya ke arah si bungsu di sebelahnya. "Sayank. Zizi bisa jaga rahasia, kan?"      

Kepala pirang Zivena mengangguk. "Bisa. Kenapa, Mam?"      

"Kalau bisa, yah Mama akan beritahu sesuatu pada Zizi, tapi jangan bicarakan ke orang lain, terutama ke orang yang akan Mama sebut nanti."      

"Umm ... Oke, Mam." Bocah cilik itu mengangguk sekali lagi.      

"Karena kakakmu Ivy sedang bertingkah aneh, kami di rumah sepakat untuk tidak berbicara hal penting apapun, termasuk juga membicarakan kakak kamu Ivy di dalam area rumah."      

"Hm. Kenapa begitu, Mam?"      

"Agar semuanya baik-baik aja, sayank. Kami mengira kalau kakakmu Ivy bisa mendengar pembicaraan kita di mansion. Selama dia masih belum bisa Mama tangani, maka kita hanya bisa melakukan peraturan tadi. Tidak bicara hal penting dan mengenai Ivy di mansion."      

"Memangnya Kak Ivy sedang kenapa, Mam?"      

"Mama belum tau. Mama dan yang lainnya masih harus melakukan pengamatan dan meneliti banyak hal agar tau apa yang terjadi dengan Kak Ivy kamu. Zizi bisa jaga rahasia, kan?"      

"Oke, itu tidak masalah."      

"Nah, kalo bisa jaga rahasia, maka Mama akan kasi Zizi ini ..." Andrea mengeluarkan sepasang anting telepati berwarna merah berbentuk bulat sederhana dari bahan kristal.      

"Hm, bagus. Apakah ini hadiah hanya karena aku mau jaga rahasia?"      

"Ini sebenarnya bukan anting biasa, Zizi." Lalu sang ibu pun menjelaskan pada bungsunya mengenai anting telepati dan bagaimana penggunaan anting itu.      

Setelah memasang anting-anting telepati ke telinga Zivena dan menjelaskan secara singkat, Zivena pun diantar hingga ke depan gerbang sekolah. "Belajar yang rajin, yah sayank!" Ia melambaikan tangan ke putri bungsu dia yang mulai berjalan masuk ke area sekolah.      

Zivena membalas lambaian tangan ibunya sambil tersenyum lebar dan berjalan riang melewati gerbang sekolah dan masuk sambil menyapa guru yang berdiri di dekat gerbang serta menyapa riang teman-teman dia.      

.     

.     

Keadaan mulai tenang kembali di keluarga Andrea. Meski di luar sana masih saja kehebohan mengenai hilangnya kemampuan bernyanyi Deandra. Berita itu belum surut karena terlalu aneh dan susah diterima akal sehat.      

Padahal ini sudah hampir sebulan Deandra berisitirahat, namun suara dia masih saja buruk.      

Sedangkan di Adora, Andrea juga mengalami kebingungan karena enam dancer dia urung melakukan promo bersama Deandra di beberapa kota di Jepang.      

Bahkan tadinya akan ada jadwal enam dancer ikut serta dalam konser Deandra. Tapi jika sang bintang sendiri tidak bisa bernyanyi dengan baik dan indah, bagaimana mungkin ada konser?      

Maka, Andrea beberapa kali menelepon Revka agar enam dancer itu digunakan pada artis besutan GnG lainnya.      

"Ayolah, Mpok Kitty sayank, karyakan anak didik aku yang kemarin. Pasti ada kan talent kamu yang udah bisa diorbitkan? Ya kan, Mpok Kitty sayank?" rayu Andrea di telepon.      

"Pertama-tama, jangan panggil aku Kitty! Itu hanya boleh digunakan satu orang saja!" Revka mengomeli Andrea. "Kalau butuh aku, yang benar yah manggil aku."      

"Trus kamu kepingin dipanggil apa sih, hm? Yayank? Sweetie?"      

"Kagak itu juga, idiot!"      

"Ohh, kau ingin dipanggil idiot?"      

"Bukan begitu, Cambion burik!!!"      

.     

.     

Suara indah Xavea semakin terasah. Bocah itu meski baru berumur 7 tahun lebih, namun kemampuan olah vokal dia sangat mengagumkan layaknya penyanyi opera hebat.      

Hal itu memang membuat banyak pelatih di Adora merasa takjub akan talenta Xavea.      

"Mpok, kayaknya anak elu XaXa bakalan bisa moncer, deh!" Andrea suatu sore mengobrol dengan Revka di Tropiza.      

"Moncer, apaan?" tanya Revka sambil menyendokkan es krim dia.      

"Moncer itu bersinar terang, Mpok." Andrea menjelaskan arti moncer sesuai yang dia pahami.      

"Wohhh iya, dong! Anakku!" Revka mengangkat dagunya secara bangga, lalu mengelap pipi belepotan Romanov dari saus coklat.      

"Mpok, lu kagak pengin orbitin anak lu sendiri di DRH?"      

"Ntar nunggu bapaknya ngomong yes untuk itu."      

"Emang nunggu apalagi, sih, lakik elu?"      

"Yah entahlah! Dia yang jago soal strategi pasar. Pokoknya aku tinggal nunggu aja." Revka mengambil tisu basah yang tersedia di meja Tropiza dan mengusap-usap pipi anak bungsunya menggunakan itu. "Heh, bukannya Vargana pinter nyanyi juga, tuh? Coba bujuk dia belajar dance. Siapa tau bisa jadi seperti idol."      

"Begitu, yah?" Andrea mempertimbangkan ucapan Revka.      

"Jaman sekarang, penyanyi yang menarik minat pasar itu yang juga bisa dance." Revka menambahkan.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.