Devil's Fruit (21+)

Terungkap Siapa Pelakunya



Terungkap Siapa Pelakunya

3Fruit 915: Terungkap Siapa Pelakunya     0

Terjadi pertemuan antara pihak DRH bersama Adora dengan pihak Deandra. Pertemuan itu dilaksanakan di kantor Pangeran Djanh di gedung DRH.     

"Djanh-san, aku sudah tidak punya apa-apa lagi yang bisa aku andalkan sekarang." Wajah Deandra tertunduk lesu. Sungguh malang nasibnya. Keahlian dia direnggut tanpa dia tau siapa pelakunya. Sumber penghasilan dia dirampas begitu saja, tidak menyisakan secuilpun.      

"Hm ... benar-benar tidak ada kemajuan?" tanya Pangeran Djanh.      

"Kami sudah membawa Dea-chan ke berbagai dokter THT terbaik di seluruh Jepang, tapi semua hasilnya nihil." Nakajima Ryo bertutur. "Semua mengatakan bahwa tenggorokan dan pita suara Deandra baik-baik saja, tidak ada kerusakan ataupun cidera walau sedikit, tidak ada."     

"Sungguh aneh." Revka mengerutkan keningnya. "Jadi, Dea mengetahui suaramu berubah di pagi hari?"     

"Ya, Revka-san. Aku tau ketika hendak mandi pagi. Dan itu ... itu sangat membuatku syok. Aku sampai histeris menghubungi Ryo-san." Deandra menjawab sembari mengusap ujung kelopak matanya yang sudah basah. Menceritakan ulang pengalaman pahit itu memang menggetirkan hati.      

"Maaf sudah membuatmu harus mengingat momen itu lagi, Dea." Revka menyodorkan sekotak tisu ke depan Deandra. Gadis itu mengambil satu helai untuk menghapus air matanya.      

"Aku ingin bertanya pada Deandra." Andrea tiba-tiba bergerak mendekati Deandra dan Dante lekas membuat Nakajima Ryo pingsan dengan satu sentuhannya.      

Deandra yang kaget pun tak kuasa berada dalam pengaruh Andrea yang menggunakan kekuatan pikiran untuk membuat dia takluk dan tenang.      

"Deandra, tenang dan rileks. Aku tidak ingin menyakiti kamu. Hanya ingin bertanya padamu saja." Andrea terus melancarkan kekuatan magis pengendali pikiran dia ke Deandra.      

Secara patuh bagai terkena hipnotis, Deandra mengangguk setelah dia bertatapan lekat dengan sang Cambion.      

Revka tadinya sudah hendak maju mencegah Andrea namun dia dicegah sang suami, Pangeran Djanh, yang menyuruh dia tetap diam saja di kursinya dan menunggu.      

"Deandra ... apa yang kau alami sesudah turun dari panggung?" tanya Nyonya Cambion sambil terus menatap Deandra.      

"Aku ... aku turun dari panggung, menerima ucapan selamat dari banyak orang, lalu aku ke ruang ganti." Deandra menjawab persis seperti orang sedang terhipnotis.      

"Apa yang terjadi di ruang gantimu? Apakah ada seseorang selain kamu di sana?" tanya Andrea lagi.      

Deandra menggeleng. "Hanya aku saja. Cuma aku."     

"Lalu, setelah dari ruang ganti, kau kemana lagi? Apakah langsung pulang, Deandra?" Andrea terus bertanya. Dia butuh kejelasan akan situasi ini.      

Deandra memiringkan kepala sedikit seakan sedang mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. "Aku ... sepertinya aku ke kamar kecil. Hm, yah ... tapi, aku tidak begitu yakin." Tatapan matanya terlihat ragu.      

"Ke kamar kecil? Ayo, Deandra, fokus dan ingat kembali, benarkah kau sempat ke kamar mandi?" Hati Andrea berdegup kencang ketika Deandra menyebut mengenai kamar kecil. Itu karena, tempat di mana dia melihat Ivy adalah dekat dengan kamar kecil. Ia jadi berdebar-debar tak karuan. Semoga bukan Ivy, semoga bukan anaknya. Andrea terus merapalkan itu di benaknya.      

"Ummhh ..." Deandra makin mengerutkan alisnya dan makin berusaha mengingat. Tapi dia malah memegangi kepalanya karena seperti hendak meledak di sana. "Entah! Aku tidak ingat! Aku tidak ingat!"     

"Ndre! Stop! Dia udah gak kuat!" seru Revka ke Andrea.      

Pangeran Djanh lekas saja maju ke depan Deandra dan menatap lekat mata Deandra sambil memegangi dua bahu si gadis malang. "Dea, lihat aku ... ayo lihat padaku dengan benar."      

Gadis malang itu pun patuh pada ucapan Pangeran Djanh dan memandang lekat ke pangeran incubus. "Ya, Tuan ... aku patuh akan semua ucapanmu."     

Andrea melongo. Kekuatan pengendali pikiran Pangeran Djanh ternyata lebih kuat daripada miliknya. Ia pun mundur.      

"Ayo kita ingat-ingat mengenai kau sesudah di kamar ganti, yah ... coba bayangkan, kau bukan di kamar ganti dan justru di sebuah taman bunga yang sangat indah. Kau ada di sana bersama banyak kupu-kupu dan kucing lucu. Kau suka kucing, kan?" Pangeran Djanh memiliki metode sendiri rupanya.      

"Ya, aku suka kucing tapi Ryo-san tidak memperbolehkan aku memeliharanya." Deandra menjawab dengan suara lugu.      

"Nah, sekarang kau sudah punya kucing kecil yang lucu di taman itu. Sekarang ... coba ceritakan pada kucing itu apa saja yang kamu alami di kamar ganti dan setelahnya." Pangeran Djanh memberikan ilusi ke pikiran Deandra.      

Gadis malang yang kehilangan kemampuan bernyanyinya itu segera melakukan gerakan seperti sedang mengelus-elus sesuatu di depannya. Ilusi Pangeran Djanh berhasil. "Puss ... puss ... aku malam itu selesai bernyanyi di panggung dengan hebat. Semuanya memuji penampilanku. Aku juga suka dengan kekompakan para penariku, mereka semua hebat. Lalu puss ... aku masuk ke ruang ganti."     

Andrea bertatapan dengan Revka dan Dante, tidak mengira Pangeran Djanh bisa melakukan hipnotis macam itu.      

Deandra melanjutkan, "Puss, di ruang ganti, aku hanya sendirian setelah Ryo-san sempat di dalam sana untuk memberiku ucapan selamat secara khusus."     

Hah? Andrea mengerutkan keningnya, merasa aneh dengan cerita Deandra. Apakah antara si artis dan manajernya terlibat hubungan spesial? Oke, ini tidak perlu diperdalam, mereka sedang mencari tau hal lain, bukan mengenai affair dua orang itu.      

"Puss ... Ryo-san akhirnya mau menerima cintaku dan menyatakannya secara langsung setelah kami sempat dalam hubungan tanpa status, dan kami sempat berciuman sejenak sebelum dia keluar dan aku pun merasa ingin berkemih." Deandra tanpa dinyana turut menceritakan mengenai affair dia dengan sang manajer.      

"Ayo, Dea ... ceritakan saja semua pada kucing kecil lucu di depanmu itu." Pangeran Djanh memberikan perintah.      

Deandra mengangguk dan melanjutkan mengelus-elus kucing tak nyata. "Puss ... aku pun pergi ke kamar kecil tak jauh dari ruang ganti. Di sana ... di sana sepertinya sudah ada orang lain di salah satu bilik. Dan sepertinya, orang itu merangsek masuk ke bilik yang aku masuki."     

Andrea menahan napas. Apakah itu Ivy. "Djanh, tanyakan ciri-ciri orang yang masuk ke bilik Deandra."     

Maka, Pangeran Djanh pun menanyakan apa yang diinginkan Andrea.      

"Kau tau, puss ... dia itu gadis yang sangat cantik dan dandanannya tebal, padahal sepertinya dia juniorku, tapi dandanannya sangat tebal, seperti dandanan ... gothic?"     

Andrea pun lemas mendengarnya. Pangeran Djanh melirik reaksi sang Cambion.      

"Andrea, apakah putrimu ..." Pangeran Djanh bertanya ke Nyonya Cambion.     

"Ya, sepertinya dia." Andrea tidak bisa lagi mengelak dan mengakui memang itu ciri-ciri sang putri sulung.     

Pangeran Djanh kembali ke Deandra dan berkata, "Kucing kecil itu ingin tau apa yang dilakukan gadis gothic itu padamu di bilik?"     

Deandra tampak bingung. "Puss ... kau ingin tau itu? Tapi ... aku sendiri tidak tau apa yang dilakukan gadis itu karena begitu aku bangun, aku sudah sendirian di kamar kecil, gadis itu menghilang seperti hantu. Ahh, sepertinya dia memang tidak nyata."     

Fix sudah! Pelakunya Ivy. Andrea makin lunglai di kursinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.