Devil's Fruit (21+)

Tembakan Cinta



Tembakan Cinta

4Fruit 921: Tembakan Cinta      1

Malam itu, Jovano mulai kembali chat dengan Nadin setelah si gadis memberikan sinyal padanya. Sebelum ini memang mereka tidak chat karena Nadin tidak membalas apapun dari Jovano semenjak kejadian Ivy marah mengenai hasil lomba cosplay.      

Suatu hari, Jovano berbicara ke ibunya. "Mom, bolehkah divisi cosplay memasukkan satu orang lagi?" tanyanya dengan penuh harap.      

Andrea menatap sang sulung. "Kenapa? Mo masukin gebetan kamu, Jo?" Ia langsung tanpa tedeng aling-aling menembak ke sasaran.      

"He he ..." kekeh Jovano setelah tertembak telak.      

"Bukannya divisi cosplay udah penuh?" Andrea menyipitkan matanya.      

"Iya, sih. Emang udah penuh, tapi bisa kan tambah satu lagi aja, Mom. Cuma satu, kok! Gak lebih dari itu," pinta Jovano sedikit terlihat mengiba pada ibunya sebagai bos dari Adora.      

"Hghh ..." Andrea menghela napas sebentar. "kalo orang pada tau hal ini, kan yang buruk gak cuma nama Mama tapi juga semua Adora."     

"Kita bikin orang-orang gak perlu tau, Mom."     

"Mo kamu apain mereka? Hipnotis massal? Sori, Jo, Mama gak bisa kalo yang begituan. Mama harus bertindak adil dan profesional." Andrea menggeleng.      

Wajah sang putra sulung terlihat kecewa sekali. "Yaahh, Mom ... padahal aku tuh jarang-jarang loh minta sesuatu ke Mom."     

"Tunggu aja kalo nanti kosong 1 slot lagi, Jo. Sabar lah ..." Andrea menepuk-nepuk bahu putranya.      

Menelan kecewanya, Jovano pun berjalan lunglai kembali ke kamarnya. Dia tidak bisa memperjuangkan Nadin.      

Ketika hal itu disampaikan ke Nadin, gadis itu malah berkata di telepon: "Jov, jangan! Jangan memaksa mamamu dengan hal semacam itu. Aku juga tidak berencana masuk ke Adora, kok!"     

"Kau tidak ingin masuk ke Adora, Nad? Kenapa?"     

"Yah ... karena ... memang tidak berminat ke sana, sih! Aku lebih suka jadi cosplayer independen, tidak ikut suatu komunitas apapun."     

"Tapi, Nad ... kamu akan dapat banyak fasilitas dan kemudahan kalau-"     

"Jov, tidak tetaplah tidak," potong Nadin. "Yah, mungkin saat ini aku tidak sedang berminat ikut manapun. Entah jika nanti pikiranku berubah. Mungkin tahun depan, atau dua tahun lagi, atau bahkan sepuluh tahun lagi, ha ha ha, entah apakah sepuluh tahun ke depan aku masih ingin main cosplay."     

"Ha ha, iya, mungkin saat itu bahkan kau sudah menikah." Jovano mulai membayangkan Nadin menikah. Tentu saja dengan dirinya! Mana mungkin dia sudi membayangkan Nadin dimiliki lelaki lain?     

"Hm, iya, mungkin saja saat itu aku sudah menjadi istri seseorang." Terdengar ucapan Nadin di seberang sana.      

"Nad, lelaki seperti apa yang kau sukai?" Jovano nekat memberanikan diri bertanya demikian. Dia sudah terlalu lama menahan diri.      

Terdengar gelak tawa kecil dari Nadin.      

Jovano teringat akan kemampuan Ivy yang bisa menguping pembicaraan orang di mansion, maka ia pun beralasan pada Nadin dan meminta melanjutkan obrolan melalui chat saja.      

[Nad, katakan padaku, lelaki seperti apa yang akan membuat kau jatuh cinta?]     

[Umm ... yang seperti apa, yah Jov? Aku sendiri belum terlalu menentukan jenis lelaki yang bagaimana yang bisa membuat hatiku berdebar-debar]     

[Bagaimana jika jenis sepertiku?]     

[Hah?]      

[Biar aku buat lebih mudah dan spesifik, bagaimana jika lelaki itu aku saja? Bagaimana, Nad?]     

Usai Jovano mengirimkan pesan itu ke gadis kepala merah muda, tidak ada jawaban dari Nadin selama berpuluh-puluh menit, bahkan mencapai hampir satu jam.     

Jovano gelisah dan sedikit menyesal. Apakah dia menodai pertemanan mereka? Apakah Nadin terlalu kaget dan tidak bisa menerima tembakan panah cinta dari Jovano? Tapi kan dari awal memang Jovano tidak bermaksud hanya berteman saja. Dia dari awal ingin lebih dari teman.      

Maka, sembari menunggu jawaban dari Nadin, Jovano malah sibuk berguling-guling tak jelas di kasurnya, atau sekedar memandangi layar chat dia sambil terus berharap ada notifikasi Nadin sedang menulis sesuatu untuknya.      

Tapi tidak ada. Layar chat Nadin masih juga tidak ada pergerakan. Gadis itu mengabaikan chat Jovano? Atau gadis itu kecewa karena Jovano ingin lebih dari teman? Pertanyaan seperti itu sangat menyiksa perasaan Jovano. Dia tidak sabar ingin tau apa jawaban dari Nadin. Dia ingin kepastian yang jelas agar tidak terus menggila tanpa sebab begini.      

Akhirnya, karena Nadin masih saja belum menulis chat balasan, Jovano membuka galeri ponsel dia dan menekan folder khusus yang berisi Nadin saja. Ada sekitar dua ratus lebih foto Nadin yang berhasil dikumpulkan Jovano secara diam-diam dari berbagai sosial media si gadis. Namanya juga pangeran bucin.      

Foto-foto itu semuanya menyenangkan di mata. Bahkan Jovano punya banyak foto ketika Nadin ikut kompetisi cosplay OC waktu itu. Di sana memang gadis itu sangat seksi dengan kostumnya. Jovano sebagai lelaki, tentu wajar jika dia terangsang melihat penampilan indah sang pujaan. Siapa yang tidak?     

Tangannya tanpa sadar mulai mengelus daerah selatan terlarang sana yang telah menjadi sebuah gundukan spesial. Ia benar-benar menginginkan Nadin seluruhnya.      

Terlebih lagi saat dia mengingat kejadian di apartemen Nadin, dimana gadis itu telanjang bulat dan Jovano bisa bebas mengamati seluruh lekuk tubuh Nadin, bahkan lekuk bagian spesial Nadin, napas sang pangeran muda mulai memburu.      

Dia memejamkan mata sembari terus mengelus bagian selatan dia yang kian mengeras sakit karena meronta di dalam sana ingin lekas dibebaskan. Sebagai lelaki muda yang normal dan sehat, hal demikian tentunya wajar saja, kan? Kan? Kan?      

Maka jangan heran jika kini Jovano sudah pejamkan mata sembari dia membayangkan tubuh indah Nadin tanpa busana seperti yang dia masih ingat dengan jelas. Memori mengenai itu memang sengaja dia segel dengan baik di benak dia agar tidak lepas dan hilang.      

"Angghh ... Na-" Jovano seketika ingat bahwa adiknya bisa mendengar bisikan lirih sekalipun. Maka dari itu, untuk menjaga agar Nadin tidak disakiti oleh Ivy, Jovano menelan kata yang memanggil nama si gadis. "Mgghh ..." Bahkan dia melirihkan suara dia sepelan mungkin.      

Jovano mulai melakukan kegiatan "solo karir" malam itu berbekal ingatan dia mengenai tubuh telanjang Nadin yang dia ketahui dengan jelas. Resleting celana sudah turun sepenuhnya dan sang jagoan neon sudah dikeluarkan dari sangkar kain segitiganya, dielus penuh sayang dan rasa bangga oleh sang pemilik.      

Karena Jovano tidak mempunyai bekal peralatan tempur untuk solo karirnya ini, maka ia hanya menggunakan air saliva dia sebagai pelumas awal agar tidak terlalu menyakitkan nantinya jika sudah mulai semakin intens.      

Dalam hatinya, sang pangeran muda terus menyerukan nama sang gadis pujaan tanpa berjeda sambil tangan kirinya terus mengelus daerah spesial kebanggaan dia. Benda jantan itu sudah mencuat sombong dalam genggaman tangan Jovano.      

Ting! Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi dari chat.      

Segera saja mata Jovano terbuka dan ia secara otomatis menghentikan aksinya barusan untuk menyambar ponsel dia. Jangan khawatir, pakai tangan kanan, kok!      

Jovano menatap layar chat dan memang ada balasan dari Nadin!     

[Bagaimana dengan Ivy, Jov?]      

[Kenapa dengan Ivy?] Jovano membalas sambil dia terheran kenapa Nadin menyebut Ivy di balasan chat-nya.     

[Ivy sepertinya tidak suka aku dekat denganmu, Jov.]     

Astaga ... hmm ... bahkan Nadin juga bisa merasakannya? Jovano pun mengetik balasannya. [Ivy hanya terlalu over-protective saja padaku. Takut aku sakit hati kalau gagal.]     

[Memangnya sudah pernah begitu?]     

[Eh? Tentu tidak! Belum! Kamu adalah gadis pertama yang aku tembak begini, Nad. Sungguh!]     

Lalu hening lagi selama sekian menit. Jovano melirik jagoan neon dia di selatan sana, sudah lunglai.      

Balasan dari Nadin datang di menit ke-13. [Baiklah. Ayo kita coba jalani ini. Tapi aku tak mau Ivy tau.]     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.