Devil's Fruit (21+)

Mencurangi Pertandingan



Mencurangi Pertandingan

0Fruit 923: Mencurangi Pertandingan     0

Selepas memperhatikan pergerakan Nadin yang melangkah ke gerbang sekolahnya dan menghilang di balik kerumunan siswi sekolah itu, Jovano pun mulai meluncurkan mobilnya lagi ke jalan raya, kali ini benar-benar menuju ke kampusnya. Dia memang memiliki kelas pagi hari ini.      

Di kelasnya, Jovano terlihat seperti orang tak waras. Beberapa kali tersenyum sendiri sambil menulis, atau mengetik dengan laptop dia, senyum bagai terus dipasang di wajahnya tanpa henti.      

Sang pangeran muda sedang jatuh cinta. Sangat jatuh cinta hingga tidak perduli apakah bumi sedang berputar atau tidak, pokoknya dia terus saja fokus pada foto Nadin yang dia munculkan di dekatnya sambil dia mengetik mata kuliah dia di laptop.      

Nadin adalah penyemangat Jovano. Gadis itu adalah sumber antusiasme Jovano dalam menapaki hari. Yah, tipikal remaja sedang mabuk cinta pertama. Klise, kan?     

Ketika di kantin pun, Jovano yang biasanya berkerumun bersama teman-temannya, mendadak mengisolasi dirinya di sudut bangku kantin untuk menikmati makannya sendirian saja sambil memajang foto Nadin di layar ponselnya yang dia letakkan di posisi strategis agar bisa puas dia pandangi. Sesekali foto itu dia usap menggunakan jari, seakan dia sedang mengelus wajah sang kekasih.      

Dasar bucin amatir.      

Siangnya, Jovano agak gelisah ketika kuliah dia masih saja berjalan sedangkan ini hampir jam pulang Nadin. Ia beberapa kali melirik jam tangannya. Dia ingin menggerutu kenapa mata kuliah ini belum juga selesai? Yah, memang belum waktunya selesai, sih! Dianya saja yang tidak sabar.      

Maka, ketika mendekati jam pulang sang pacar, Jovano terpaksa mengetikkan pesannya ke Nadin. [Sudah hampir keluar, yah Nad? Tunggu sebentar, yah, matkul aku belum selesai.] Lalu send.     

Tak butuh waktu lama untuk Jovano menunggu balasan dari Nadin yang berbunyi: [Santai saja, Jov. Siang ini aku ada eskul voli, jadi aku akan lebih lambat sekitar satu atau dua jam dari jadwal pulangku.]     

Melihat balasan dari Nadin sangat melegakan hati Jovano yang tadi sudah gelisah bagai dia punya bisul di pantat. Kini dia tidak perlu lagi merutuki dosen di depan yang seakan terlalu lama. Dia mulai santai.      

Setengah jam berikutnya, mata kuliah Jovano pun selesai dan Jovano keluar terburu-buru dari kelasnya menuju ke area parkiran mobil untuk mengambil Buck. Ia tidak ingin berlama-lama, ingin segera bertemu kekasih pujaan.      

Wajar lah jika dia seperti itu. Namanya juga pasangan baru, sedang dalam tahap super cinta dimabuk asmara.      

Ketika Jovano sampai di depan sekolah Nadin, dia memberikan chat pada Nadin. [Aku sudah di depan gerbang sekolahmu.] Send.      

Tapi Nadin tidak segera menjawab seperti sebelumnya, membuat Jovano bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi pada gadis tersayang dia? Apakah Nadin baik-baik saja di dalam sana?     

Maka, karena khawatir dan tak sabar, Jovano pun melakukan kekuatan transparan dia. Well, tidak apa-apa kan dia mengeluarkan kekuatan yang ini lagi. Toh, tidak untuk mengintip gadis mandi atau telanjang, hanya ingin memastikan bahwa sang kekasih baik-baik saja.      

Setelah itu, Jovano yang sudah menjadi sosok transparan pun segera meluncur mencari Nadin berdasarkan aura sang gadis yang sudah dia hafal.      

Sang pangeran muda menemukan si gadis pujaan sedang berada di lapangan indoor dan sedang melakukan eskul voli seperti yang gadis itu katakan sebelumnya di chat. Dasar Jovano terlalu bucin. Tentu saja Nadin tidak lekas membalas chat-mu karena gadis itu sedang bermain voli.      

Tak ingin kehilangan momen itu, Jovano pun duduk di tempat paling nyaman untuk menonton permainan voli Nadin. Sedang ada dua tim voli putri di lapangan indoor itu yang sedang bermain untuk meraih skor tertinggi.      

"Ingat, yang kalah harus membersihkan lapangan ini, yah!" teriak wasit yang duduk di atas di dekat net.      

Ohh, jadi pertandingan ini untuk menentukan siapa yang akan membersihkan lapangan. Karena mengetahui itu, mana mungkin Jovano membiarkan tim kekasihnya kalah dan harus menambah waktu bagi dia menunggu lebih lama? Tidak mungkin!     

Oleh karena itu, jangan heran jika terjadi sesuatu yang cukup aneh di lapangan. Seperti kaki tim lawan Nadin tiba-tiba susah digerakkan ketika hendak mengejar bola yang datang. Atau arah bola tiba-tiba sedikit berganti sehingga pukulan tim lawan Nadin menjadi keluar dan mengakibatkan skor tambahan untuk tim Nadin.      

Tidak itu saja, Jovano secara magis membuat bola yang dipukul tim Nadin menjadi lebih ganas dan lebih memiliki kemungkinan tinggi untuk masuk ke bidang tim lawan. Bahkan ketika Nadin melakukan serve pun, bolanya bisa melambung kencang, menukik tajam sehingga tidak ada tim lawan yang berani mengambilnya.      

Dalam waktu singkat, tim lawan hanya diberi skor di bawah 10 saja oleh Jovano, karena jika dia membuat skor lawan 0, akan sangat mencurigakan. Sang pangeran muda terkekeh senang melihat tim Nadin bersuka cita karena mereka tidak perlu membersihkan lapangan.      

"Ayo kita pulang!"      

"Kalian bersihkan sampai berkilau, oke?"     

"Jangan lupa bolanya juga harus dilap satu demi satu, yah!"     

"Selamat menikmati waktu kalian di sini!"     

Para anggota tim Nadin pun meledek dan menggoda tim lawan mereka yang kesal.      

"Nadin, apa kau akan langsung pulang?" tanya salah satu teman eskul Nadin ketika gadis itu mengambil handuk kecil dari tasnya.      

"Umm ... aku akan langsung pulang saja." Nadin membaca pesan dari Jovano.     

"Biasanya kau mandi dulu setelah eskul. Memang tidak risih badan lengket begitu?" Si teman masih bertanya karena Nadin bertingkah di luar kewajarannya.      

"Ohh, tidak apa-apa. Aku ingin cepat sampai apato (sebutan singkat untuk apartemen di Jepang)." Nadin lekas masukkan ponselnya setelah mengetikkan pesan. "Aku pulang dulu, yah! Bye!"     

Jovano sudah berada di dalam mobil ketika Nadin mengetikkan pesan tadi atau gadis itu akan heran karena ada bunyi notifikasi di dekat dia.      

Ketika Nadin keluar dari sekolahnya, dia menemukan mobil sang pacar sudah gagah terparkir tak jauh dari gerbang sekolah. Ia melambai ke Jovano yang ada di kursi pengemudi. Gadis itu pun berlari kecil menghampiri mobil itu. "Apakah kau menunggu lama?" tanyanya ketika membuka pintu.      

"Ohh, tidak begitu, kok!" jawab Jovano.      

"Tapi di pesanmu, kau sudah daritadi di sini. Dan itu ... umm ... hampir satu jam lalu." Nadin mulai naik ke jok dia di sebelah Jovano.      

"Hm, aku barusan menghabiskan waktu untuk menonton suatu pertandingan yang menarik." Jovano berikan senyumnya ke sang gadis penuh makna.      

"Pertandingan? Pertandingan apa? Di mana?" Nadin jadi bertanya-tanya.      

"Pertandingan menarik ketika ada banyak gadis melompat untuk memukul dan mengejar bola." Akhirnya sang pangeran muda memberitahukan itu ke kekasihnya karena tak tega si gadis tampak sangat penasaran.      

"Awwhh, Jov, ternyata kau menonton pertandingan kami tadi di lapangan, yah?" Nadin kini paham yang dimaksud Jovano. "Tapi ... tadi aku tidak lihat kamu di sana."     

"Aku bersembunyi dengan baik, kan? He he ..."     

"Dasar kau ini ... ayo pulang, aku sudah tak tahan dengan bauku sendiri."     

"Kalau aku sih tahan saja."     

"Jov, itu menjijikkan, hei! Aha ha ha!"     

"Tidak jika itu adalah pacarku yang aku sayang," kata Jovano sambil menatap lurus dengan serius pada Nadin.      

Gadis itu seketika terdiam, tidak lagi tertawa. Ia termangu membalas tatapan Jovano. Kesempatan ini diambil Jovano untuk mendekatkan wajahnya ke Nadin. Dia harus sukses!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.