Devil's Fruit (21+)

Kencan Malam



Kencan Malam

2Fruit 924: Kencan Malam     
1

Wajah Jovano sudah mulai mendekat ke Nadin, jarak kian terpangkas di antara mereka berdua. Semakin dekat dan semakin dekat. Deburan jantung Jovano terus bergemuruh menggila di dalam dada, susah ditenangkan.      

Sedangkan Nadin masih juga terpaku di tempatnya tidak bergerak sedikitpun dan terus menatap Jovano dengan pandangan sayu.      

Jarak semakin ditiadakan oleh Jovano, dan tinggal dua inci lagi ....      

"Umh, ayo kita pulang ke apato aku sekarang, Jov." Nadin lekas melengos ke arah lain, mengakibatkan momentum yang sudah tercipta mendadak rusak begitu rupa dan ciuman itu pun gagal terlaksana. "Aku sudah merasa gatal, he he ..." Nadin meringis tanpa dosa sambil menjauhkan sedikit kepala dia dari Jovano.      

Melihat sinyal penolakan dari Nadin, Jovano tau diri dan memaksa senyumnya terburai. "Oke, ayo." Jovano pun menjalankan mobil untuk ke apartemen Nadin.      

Sesampainya di apartemen, Jovano meminta agar dia masih tetap ada di sana, menunggu Nadin. "Kita makan malam bersama, yah!" ajak Jovano untuk alasan dia bisa lebih berlama-lama dengan sang gadis kepala merah muda.      

"Hm, oke. Aku mandi dulu, kau bisa tunggu di sini." Nadin pun meninggalkan Jovano di ruang depan apartemen untuk masuk ke kamarnya sendiri.      

Jovano tidak masalah jika harus menunggu. Dia mengeluarkan ponselnya untuk menghabiskan waktu tunggu dia. Yang dia paham, wanita itu lama jika di kamar mandi. Belum lagi memilih baju, lalu berdandan. Lelaki harus siap akan itu.      

Sang pangeran muda asik dengan ponselnya dan sesekali dia akan menyapa teman apartemen Nadin yang lewat. Mereka tidak banyak mengganggu Jovano karena lelaki itu sudah memberikan sinyal tidak ingin diganggu dengan menenggelamkan dirinya pada ponsel di tangan.      

Siapapun akan sungkan mengganggu orang yang sedang berkutat lekat dengan ponsel. Yah, itu memang sinyal tidak mau diganggu yang diketahui banyak orang. Kecuali kau teman dekat, jangan harap digubris jika mengusik orang yang sedang asik dengan ponsel. Yah, mungkin bisa saja untuk meminta tolong ketika dalam bahaya atau sedang ada gunung meletus atau tsunami menyerbu, silahkan saja usik orang sedang asik berponsel.      

Satu jam berikutnya, Nadin sudah muncul di hadapan Jovano dengan dandanan manis meski hanya memakai celana capri sebatas betis warna hitam dan atasan kaos biasa warna kelabu berlengan 3/4. Penampilan yang sederhana namun bagi Jovano, itu sangat manis di visual dia.      

"Maaf, menunggu lama." Nadin berkata.      

"Ohh, aku malah tidak sadar ini sudah lama, he he ... aku sedang mengecek beberapa akunku." Jovano pun menyimpan ponselnya dan benar-benar tidak mengira waktu sudah bergulir satu jam saat dia menunggu sang gadis. Mungkin tadi Nadin sedang luluran juga selain keramas.      

Tidak apa-apa. Sebagai pacar yang baik, tentu saja Jovano tidak keberatan menunggu sang kekasih mempersiapkan diri dengan baik pada kencan mereka. Bukankah jika gadisnya tampil bersih dan wangi, pria juga yang diuntungkan dan senang?     

"Begini saja, tidak apa-apa, kan?" tanya Nadin sambil berjalan bersama Jovano, keluar dari huniannya.      

"Tentu saja tidak apa-apa. Malah aku yang tak enak hati karena aku masih bau keringat dan belum mandi. Sementara, kau sudah sangat wangi dan cantik." Jovano benar-benar lupa bahwa dia memang belum mandi, dan ini sudah mulai petang.      

Lain kali, Jovano akan menggunakan magis dia jika kejadian ini terulang lagi, maka dia akan lebih percaya diri pergi berkencan dengan gadis itu meski tidak sempat pulang ke rumah untuk mandi. Ya, daripada menyibukkan dirinya untuk mengecek akun-akun sosial media dia sembari menunggu Nadin, bukankah lebih baik jika dia mencari tempat tersembunyi agar dia bisa menggunakan daya magis dia?     

"Ohh, lain kali kau bisa mandi di sini kalau mau." Nadin berkata secara santai.      

"Heh? Boleh?" Jovano cukup terkejut juga dengan tawaran Nadin.      

"Tentu saja boleh. Banyak pacar teman apato aku yang begitu. Bahkan terkadang ada yang menginap segala satu kamar dengan pacarnya." Nadin menjabarkan secara gamblang.      

"Heh? Kok begitu? Apakah itu tidak dilarang pemilik apato?" Jovano menaikkan alisnya secara dramastis karena heran. Bisa menginap di apartemen para gadis tersebut? Seberapa asik itu? Eh, tapi bukankah itu bisa membahayakan Nadin jika ada salah satu pacar rekan apato dia yang macam-macam saat mereka hanya berdua saja di apato?     

Duh, Jovano begitu cemas sekarang.     

"Tentu saja dilarang kalau ketahuan, hi hi ... peraturan gedung ada, sih, tapi tentu itu diakali teman-temanku." Nadin terkikik geli.      

"Kau ... kau tidak diapa-apakan pacar teman apato kamu, kan?" Jovano menyuarakan kecemasan dia secara apa adanya. Lelaki mana yang tidak cemas mengenai itu?     

"Ha ha ha, Jov, jangan terlalu jauh berpikir." Nadin dan Jovano sudah berada di mobil. "Menginap bersama pacar di kamar apato itu sangat langka, kok! Dan itu biasanya jika si pacar sedang tak ada uang untuk menyewa love hotel."      

"Benar begitu?"      

"Iya, Jov ... kau tak perlu khawatir. Lagipula, mana mungkin pacarnya ditinggal sendirian di apato kami? Itu mustahil. Mereka juga akan khawatir jika si pacar berbuat nakal pada kami, lah! Hi hi hi!"     

Jovano pun tenang sekarang. Mobil sudah ia gerakkan ke sebuah cafe yang tidak terlalu mencolok. Mereka makan dengan santai dan memenuhi waktu dengan mengobrol apapun. Namun, ada jenis obrolan yang agak tidak ingin dijamah Nadin, yaitu tentang keluarganya.      

Si pangeran muda mulai paham akan ketidaknyamanan Nadin ketika ditanya mengenai keluarga si gadis. Biasanya Nadin akan membelokkan pembicaraan jika mulai disinggung mengenai latar belakang dia. Baiklah, sebagai pacar yang baik dan penuh pengertian, Jovano tidak akan memaksa ingin tau mengenai keluarga Nadin.      

Bagi Jovano, setiap orang tentu memiliki rahasia sendiri-sendiri yang tidak perlu diketahui orang lain meski itu adalah orang terdekatnya sekalipun. Sama seperti Jovano sendiri, ya kan? Dia juga punya rahasia besar mengenai dirinya dan kekuatan dia yang tidak mungkin dia beberkan ke Nadin meski mereka telah menjadi sepasang kekasih.      

Saling menghormati rahasia masing-masing saja.     

Malam itu mereka melanjutkan kencan di amusement park. Seperti pasangan pada umumnya, mereka mendatangi taman bermain yang banyak tersebar di kota besar di Jepang. Apalagi di Tokyo, ada banyak taman bermain sebagai destinasi kencan murah meriah namun menyenangkan.      

Mereka mencoba beberapa wahana, dan tentu saja tidak melewatkan wahana kincir raksasa. Keduanya duduk di salah satu kapsul di kincir raksasa. Duduk bersebelahan sambil menatap pemandangan Tokyo di malam hari.     

Suasana itu sungguh membangkitkan rasa haru dan pesona. Ketika mereka sedang berbicara sambil saling menatap, di keremangan suasana, Jovano kembali mendekatkan wajahnya ke Nadin.      

Gadis itu membeku, dan tersadar ketika bibirnya sudah tersentuh bibir Jovano. Bahkan Jovano tidak hanya mengecup namun juga melumat bibir kenyalnya.      

Godaan dari bibir Jovano mengakibatkan Nadin mulai membalas cumbuan Jovano.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.