Devil's Fruit (21+)

Siaga Bertarung



Siaga Bertarung

4Fruit 929: Siaga Bertarung      4

"Maksudku ... kalau memang dia itu tidak punya bakat menyanyi, yah tidak usah ngotot ingin punya sampai jadi maling, dong! Sudah merugikan orang, membuat malu keluarga, dan membuat bisnis keluarga jadi rugi!"      

"Cukup! Kau ular sialan!" Tiba-tiba terdengar suara teriakan Ivy yang kini sudah ada di lorong lantai atas dan menoleh ke bawah, ke Kuro. Dalam sekejap saja gadis vampir itu sudah bergerak cepat mencapai lantai bawah dalam hitungan detik.      

Jovano yang khawatir terjadi perkelahian berdarah di antara dua perempuan itu pun lekas saja menghalangi Ivy, waspada jika Ivy menyerang Kuro.      

Ivy yang melihat si kakak lelaki sudah berada di depannya menghadang dia agar tidak bisa mencapai Kuro, merasa geram. "Kau memang ular pungut sialan!"     

"Ivy! Tidak boleh bicara begitu!" Jovano menegur sang adik yang secara keterlaluan menghina Kuro.      

"Dan kau vampir bedebah yang keji!" seru Kuro, membalas Ivy.      

Seketika mata Ivy berubah memerah menyala.      

Kuro tak mau kalah dan membuat matanya yang dari kuning, kini berubah menjadi hitam kelam menakutkan. "Kau pikir cuma kau saja di dunia ini yang mempunyai kekuatan lebih? Jangan lupa bahwa aku sudah banyak membantai ras vampirmu di Kutub Selatan dan di Rumania!" geram Kuro sambil mulai mengeluarkan tanduk hitam kecil dia di keningnya. Sosoknya sedikit berubah menjadi kehitaman dengan sisik muncul di pipi dan lengan tangan.      

"Hei, kalian! Stop!" Andrea berteriak ketika tau bahwa di rumah sedang ada huru hara Ivy dan Kuro. Dia mengetahuinya dari telepati dari Shelly baru saja melalui anting istimewanya. Nyonya Cambion lekas saja menghubungi suaminya dan mereka bersama-sama teleportasi ke mansion dari kantor Andrea di Adora. Kebetulan saja Tuan Nephilim tadi berkunjung di sana untuk membahas dengan Andrea mengenai polemik tentang Ivy.      

Andrea sudah berdiri di antara Ivy dan Kuro, bersama putra sulung dia, sedangkan Dante sudah menjaga Kuro, khawatir jika wanita hybrid itu lepas kendali dan meluapkan amarahnya di situ juga.      

"Dia yang memulai! Ular busuk itu!" teriak Ivy sambil menunjuk ke Kuro sambil dia mulai berubah ke wujud setengah vampirnya. Kuku-kuku jarinya juga mulai memanjang.      

"Ivy, jangan bicara begitu pada saudara kamu!" tegur Andrea.      

"Dia bukan saudaraku! Dia anak yang kau pungut entah dari mana!" seru Ivy dengan tatapan sengit ke Andrea.      

"Ivy!" Jovano berteriak. "Tidak sepantasnya kamu ngomong gitu ke Kak Kuro dan juga ke Mommy!" Ia benar-benar tak percaya adiknya begitu mudah mengatakan kalimat buruk seperti itu.      

"Dia yang sejak tadi mengatai aku! Dia yang harusnya kalian omeli dan marahi! Bukan aku!" Ivy berteriak keras.      

"Aku tidak merugikan bisnis keluarga ini! Aku tidak mencuri suara orang! Aku tidak membuat nama keluarga ini jadi buruk!" Kuro berteriak membalas Ivy.      

"STOP! KALIAN SEMUA STOP!" Andrea berteriak senyaring mungkin. "Kalau masih ada yang bicara lagi, maka akan aku kirim ke alam pribadi antah berantah!" ancamnya. Ini membuat Kuro dan Ivy sama-sama diam. "Sekarang, padamkan kekuatan kalian! Sekarang juga!" tegas Nyonya Cambion.     

Kuro dan Ivy terpaksa dan berbarengan menyurutkan kekuatan mereka masing-masing dan mereka sudah kembali ke bentuk asal manusia.      

"Ivy, kembali ke kamarmu dan tunggu di sana." Andrea berkata tegas ke putri sulungnya. Lalu dia beralih ke Kuro, "Dan kau juga ke kamar kamu sendiri, nona muda."     

"Oke. Apapun yang Mama katakan, aku pasti patuhi karena Mama orang yang aku hormati, aku bukan anak durhaka tak tau diri." Kuro berkata dengan sedikit menyindir Ivy. Oke, itu tidak sedikit tapi banyak.      

"Kuro, cukup." Andrea menatap tajam ke putri hybrid dia.      

Setelah dua orang yang tadi bertikai masuk ke kamar masing-masing, Andrea pun hempaskan pantat dia di sofa dengan wajah lelah dan helaan napas panjang. "Ya ampun mereka ini ... hghh ..."     

"Untuk Ivy, biar aku saja yang bicara ke dia, Mom." Jovano menawarkan dirinya.      

"Oke, pergilah sono ke adikmu. Mama akan ke Kuro nanti." Andrea kibaskan tangan dengan lemah sambil dia rebahkan kepala di sandaran leher sofa.      

Jovano pun segera naik ke lantai atas dan mendatangi kamar Ivy. Sementara itu, di ruang tengah, masih ada Andrea, Dante, Shelly dan ada juga Kenzo yang baru saja tiba dari Tropiza.     

"Ini sungguh hari yang tak bisa dipercaya." Kenzo berkata sambil duduk di sofa ruang tengah, di samping istrinya.      

"Kenapa, Zo?" tanya Andrea ke panglima penjaganya.     

"Tropiza Fams hari ini hanya ada total 5 pengunjung saja sejak pagi. Hghh ..." Kenzo menuturkan dengan helaan napas di ujung kalimat.      

Andrea pun mulai mengajak mereka bicara menggunakan telepati. 'Baru aja Shiro juga bilang kalau Joglo juga mengalami kayak Tropiza gitu.'     

'Ini beneran imbas dari tindakan Ivy kemarin, yah?' Shelly bertanya-tanya.      

'Iya. Bahkan Adora aja ampe diserang hate comment di akun sosial medianya.' Andrea mendesahkan napas putus asanya. 'Banyak yang mengajak untuk memboikot resto-resto kita.'      

'Tidak bisakah mereka itu berpikiran waras? Kenapa harus menyasar ke resto kita?' Kuro yang ada di kamarnya pun mengirimkan telepati dia. 'Kalau emang mereka ingin komen buruk, silahkan saja serang Ivy di akun dia!'     

'Kuro sayank, jangan seperti, dong. Bagaimana pun juga kan dia anak Mama dan saudara kamu.' Andrea membujuk putri hybrid dia.      

'Apa Mama tidak tau bahwa dia sama sekali tidak menganggap aku saudara! Bahkan dia tadi ngomong kejam banget ke aku! Tanya saja Aunty Shel.' Kuro menjawab.      

Andrea lekas menoleh ke Shelly dan sang sahabat bersikap kikuk seketika. Sang Cambion pun mengeluh, 'Kenapa tidak juga bisa damai, sih? Apa susahnya hidup damai, ya ampun ...'     

'Ma, yang selama ini tidak bisa diajak hidup damai kan Ivy, bukan siapapun yang lain di sini. Kita semua damai-damai saja, hanya dia yang berbeda sendiri dan menjauh bagai dia sedang mengeksklusifkan diri, huh!'     

'Lalu Mama harus gimana, Kuro sayank? Bunuh dia, gitu?'      

Kuro terdiam ketika mendengar sahutan dari ibu angkatnya di telinga dia melalui anting telepati.      

'Sepertinya kita harus melakukan sesuatu atau dampak buruk itu akan terus kita terima.' Kali ini Shiro bersuara di diskusi telepati mereka.      

'Nak, memangnya solusi apa yang kau punya mengenai itu? Bisa kau jabarkan pada kami?' Tuan Nephilim menyahut Shiro.      

'Mudah, Pa, temui saja Pangeran Djanh atau Tante Revka dan minta agar mereka membujuk Deandra agar Deandra bisa mengajak berhenti ke fans dia dalam menyerang kita melalui berbagai cara.' Shiro memberikan ide.      

'Kupikir itu bukan ide yang buruk.' Shelly bersuara.      

Mereka pun saling terdiam dan merenungkan saran Shiro.     

-0-0-0-0-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.