Devil's Fruit (21+)

Hanya Biang Masalah



Hanya Biang Masalah

0Fruit 930: Hanya Biang Masalah     
3

Sesuai dengan yang telah disepakati oleh para orang yang berdiskusi menggunakan telepati malam itu di mansion, maka Andrea dan Dante pun meminta bertemu dengan Pangeran Djanh dan Revka di kantor DRH.      

"Jadi, tolong yah, Djanh, sangat sangat minta tolong padamu agar kau bisa membujuk Deandra untuk mengajak fans fanatik dia berhenti menyerang kami." Andrea sampai menangkupkan dua tangan di depan wajah sebagai simbol permintaan yang amat sangat.      

"Hm ... aku tidak bisa menjamin bahwa Deandra akan menyanggupi permintaan ini." Pangeran Djanh menjawab.      

Andrea ingin sekali berteriak: "Ilmu hipnotis kau itu kan tinggi, Djanh cuwk!", tapi itu hanya disimpan di benak saja, tidak berani dia keluarkan karena dia sedang mengiba ke sang pangeran incubus.      

"Tolonglah, Pangeran." Kini Dante yang bersuara. Lalu dia beralih ke Revka. "Rev, tolong kami, yah! Selain bisnis kami terganggu, kami juga gerah membaca komen-komen buruk di akun-akun kami."     

Revka pun menoleh ke suaminya dan berkata, "Aturlah janji dengan Deandra, Djanh. Kita harus menolong mereka, ya kan?" Ia memohon pada suaminya untuk membantu Andrea dan sepupu dia, Dante.      

"Hm, nanti aku coba." Pangeran Djanh pun mengangguk setuju.      

.     

.     

Sementara itu, di sekolah pun bukan merupakan hal mudah bagi Ivy. Dia juga mendapatkan sikap benci dari teman-teman dan kakak kelas dia yang memang sudah dari awal tidak suka padanya. Mereka hanya memanfaatkan momen ini untuk semakin memojokkan Ivy, terutama para siswi perempuan.      

"Dasar pencuri tak tau malu!"     

"Cih! Cuma kaya uang tapi tidak kaya akhlak!"     

"Bisanya dandan saja ditebalkan, tapi iman tipis! Setipis dompetku! Hi hi!"     

"Ohh, kupikir justru setipis pantatmu, Kyoko."      

"Ahh, sialan kau, Rein!"     

Ivy nyaris saja kehilangan kendali dan membantai mereka semua nantinya jika dia tidak ingat akan ancaman dari sang kakak bahwa jika ada pembunuhan yang mencurigakan, maka Ivy adalah tersangka utama di mata sang kakak dan dia akan dikirim paksa ke alam pribadi milik Jovano yang sangat tidak nyaman bagi Ivy.      

Yang bisa dilakukan Ivy saat ini hanya menggeram lirih sambil menatap tajam ke arah siswi-siswi yang menghina dia.     

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan, Ivy-hime." Gavin menghibur di saat istirahat kedua berlangsung. "Mereka hanya sedang iri padamu dan memanfaatkan momen begini untuk menjatuhkan kamu serta berharap mereka bisa meninggikan derajat mereka."     

"Cih! Mulai deh kacungnya yang menggonggong." Salah satu siswi kelas tiga yang seusia Gavin bertutur tanpa ragu di depan Gavin dan Ivy. Gavin mendelik kesal, tapi tak bisa berbuat apapun mengenai itu.      

Sedangkan Ivy, dia memilih pergi menyingkir dari situ dan berjalan hendak ke atap sekolah. "Jangan ikut!" tegasnya ke Gavin yang hendak mengikuti dia.      

Gavin segera saja berhenti melangkah setelah mendengar perintah dari Ivy. Dia hanya bisa memandang punggung gadis pujaan dia mulai naik dan naik ke tangga menuju atap sekolah dan menghilang di balik pintu di sana.      

Atap sekolah di Jepang memang sering dijadikan tempat untuk menyendiri atau merenung atau justru tidur oleh banyak murid di Jepang. Itu sudah jamak diketahui. Ivy mendatangi tempat itu, entah opsi yang mana yang dia pilih di sana.      

Ivy mencari tempat yang bagi dia nyaman dan tidk terlalu terik terkena sinar panas matahari. Meski vampir jaman modern ini tidak takut lagi akan sinar matahari, namun jika mereka terlalu lama terkena cahaya matahari secara langsung, dampaknya bisa membuat kulit mereke terkelupas.     

Evolusi mereka mengenai resistensi akan cahaya matahari secara langsung belum terlalu sempurna. Mungkin seribu tahun lagi. Jika belum terjadi kiamat.     

Seusai mendapatkan tempat teduh yang nyaman, Ivy duduk sambil memeluk dua lututnya dan wajah merunduk menyentuh ke lutut. Dia teringat akan ucapan-ucapan sang kakak, Jovano, malam tadi di kamarnya usai dia bertengkar dengan Kuro.      

"Inilah yang Kak Jo maksud bahwa tindakan gegabah kita bisa mengakibatkan efek buruk bagi orang di sekitar kita, Ivy sayank. Kak Jo sudah pernah mengatakan ini padamu, kan?"      

Ya, Jovano memang pernah mengatakan itu ketika mereka sedang jalan-jalan berdua dan Ivy baru saja membunuh para preman yang mengganggu mereka di salah satu gang sepi.      

"Andai Ivy sebelum mengambil suara Deandra, Ivy konsultasi dulu dengan Kak Jo, pasti hal seperti ini tidak akan terjadi."      

Konsultasi dengan si kakak? Sudah pasti rencana dia itu akan berantakan karena dilarang sang kakak, ya kan? Mana mungkin dia akan dibolehkan melalukan itu?     

"Kamu bisa bayangkan rasanya jadi Deandra, gak Ivy sayank? Ketika kamu memiliki kemampuan yang kamu banggakan, tiba-tiba saja kemampuan kamu itu diambil orang, siapapun itu. Kira-kira apa yang akan kamu rasakan sebagai pemilik kemampuan yang kini hilang?"     

Hm, jika itu terjadi pada Ivy, dia akan mengejar orang itu dan merobek pelakunya menjadi berkeping-keping cincangan daging. Tapi tentu saja dia tidak mungkin mengalami itu karena dia kuat! Ivy berpikir demikian.     

"Andai juga kamu nggak maksa untuk merekam suaramu bahkan membuatkan MV segala untuk diunggah ke kanal Yutub kamu, mungkin masalah juga tidak akan sebesar ini."     

Untuk apa mempunyai suatu kemampuan jika tidak dipamerkan? Harus dipendam dan disembunyikan terus? Seumur hidup? Lalu apa gunanya dia melakukan pencurian itu?!     

"Terkadang keegoisan menyebabkan bencana bagi kita sendiri, Ivy sayank."     

Dia egois? Yang benar saja! Dia hanya ingin memiliki suara indah saja dan bukan berarti dia hendak menaklukkan dunia dengan peperangan.     

"Dan ... kuharap kau tidak lagi berkata buruk tentang Kak Kuro. Entah dia itu saudara kandung atau bukan, dia tetaplah saudara kita, Ivy. Hargai dia. Jika dia marah, yah pasti ada sebabnya, kan? Kita sebagai junior yang bersalah lebih baik diam saja dan memperbaiki kesalahan kita daripada membalas. Keributan bukan hal yang baik, honey ..."     

Huh! Mau bagaimana pun, kenyataan tetaplah kenyataan. Bahwa Kuro dan Shiro bukan saudara dia, bukan anak kandung dari ibunya, jadi untuk apa dia harus mengalah dan hormat pada dua hybrid itu? Terkadang nasehat sang kakak terasa menggelikan di telinga Ivy.      

Tapi ... jika dia menilik dari rasa benci Kuro dan nasehat dari Jovano yang terkesan menyalahkan dia, rasanya dia memang sudah dianggap bersalah di keluarganya. Jika memang dia hanyalah biang masalah seperti yang Kuro katakan, hanya membuat kerugian pada keluarganya, maka apa gunanya dia tetap bertahan di keluarga yang tidak menerima dia?     

Untuk apa?     

.     

.     

"Ivy kok tumben jam segini belum pulang, yah?" tanya Andrea ketika menilik jam di dinding sudah menunjukkan di angka 9 malam. "Apa dia punya kegiatan ekstra di sekolah? Atau dia ke Adora dan aku tadi gak ketemu, yah?"     

Jovano yang baru saja pulang dari kencannya dengan Nadin pun bersiul santai masuk ke rumah. Dia segera dihadang sang ibu. "Jo, coba gih cari adikmu, dia belum pulang dari tadi jam sekolah."     

"HAH?!" Jovano terperanjat.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.