Devil's Fruit (21+)

Daruga dan Bankai



Daruga dan Bankai

1Fruit 932: Daruga dan Bankai      0

"Hrrmmhh ... membuat orang-orang kembali datang ke sini dan memberi banyak persembahan padaku, yah?" Bishamonten itu seolah sedang menimbang-nimbang sesuatu.      

"Ya, kami akan melakukannya asalkan Anda bisa menunjukkan pada kami keberadaan adikku." Jovano mengangguk.      

"Dia ke arah selatan sana," ucap Bishamonten itu secara santai.      

Jovano dan Andrea menoleh ke arah yang dikatakan dan mereka mengucapkan terima kasih.      

"Kami sungguh ucapkan terima kasih pada Anda, Tuan Bishamon." Jovano membungkukkan tubuhnya sebentar sebagai rasa terima kasih.      

"Hei, hei, kalian!" seru sosok yang mengaku sebagai Deity Bishamonten. "Apa kalian pikir ucapanku ini gratis?"     

Andrea dan Jovano berhenti sejenak ketika mereka hendak terbang. "Bukankah kami sudah menjanjikan akan membujuk orang-orang agar datang lagi memberi persembahan kepada Anda, Tuan Bishamon?"     

"Tidak ada jaminan bahwa kalian akan menepatinya!" seru keras Bishamonten.      

"Kami juga tidak bisa menjamin apakah ucapan kamu tadi menunjukkan arah keberadaan putriku adalah benar, kok!" Andrea membalas. Dia sedang diburu waktu dan tak ada keperluan untuk bincang-bincang lebih lama dengan deity itu.     

"Kalian berani membangkang pada Yang Agung ini?! Kalian ingin mati, hah?!" teriak si deity.      

Andrea dan Jovano segera bersiap-siap hendak kabur, namun tiba-tiba saja area sekitar mereka sudah berubah menjadi ruang hampa dengan dikelilingi sarang laba-laba yang sangat banyak dan pekat.      

"Kami tidak ingin ribut denganmu, Tuan Bishamonten!" seru Andrea.      

"Kalau ingin pergi dari sini, beri persembahan dulu padaku!" Si deity berucap.      

"Persembahan macam apa yang Anda inginkan, Tuan Bisahmon?" tanya Jovano, sekedar ingin tau saja.      

"Karena tidak mungkin kalian kulepas untuk mencari kepala kerbau segar, maka berikan saja masing-masing satu tangan kalian, terserah kiri atau kanan, dan akan aku anggap impas karena membuatku marah sebelumnya." Deity Bishamonten menyebutkan syarat persembahan agar Andrea dan Jovano bisa bebas dari area itu.      

"Kau kira kau siapa hingga berani mengajukan syarat seperti itu pada kami, heh! Deity busuk!" Andrea pun mulai terpancing emosinya. Menyerahkan salah satu tangan dia? Memangnya dia cukup bodoh dan tolol untuk melakukan hal seperti itu?     

"Kau perempuan busuk! Berani mengatai aku busuk, hah?!" Deity itu makin murka pada Andrea.      

Sang Cambion pun lekas keluarkan api dia, Cero, dari tangannya. Segera saja api Cero milik Andrea membakar sarang laba-laba yang mengelilingi dia dan Jovano.      

"HAH?! SIAPA KAU?!" Si deity pun terkejut melihat api dari Andrea bisa cepat memusnahkan jaring laba-laba andalan dia.      

"Bukankah aku sudah mengatakan identitasku dengan gamblang dari awal tadi? Apa kau tuli? Atau kau hendak aku jadikan deity panggang?" Kini Andrea sudah tidak gentar lagi dan ia ingin secepatnya keluar dari ruang hampa tersebut.      

"Fu fu fu ... Daruga, kau ini nekat juga ternyata." Sebuah suara menginterupsi ketiganya.      

"Bankai, diam saja kau!" Si deity berteriak pada sosok tanpa wujud yang baru saja masuk dalam dimensi itu.      

"Daruga, apakah kau tidak tau bahwa mereka ini berbau Akuma." Sosok yang disebut sebagai Bankai itu terkekeh seolah sedang mengejek si deity.      

"Akuma? Iblis?" Suara deity itu seperti menggambarkan perasaan terkejutnya. Sangat jelas.      

"Tentu saja." Si Bankai menyahut. "Makanya kau ini rajin-rajinlah bertapa agar ilmumu bisa lebih hebat lagi, Daruga."     

"Tutup mulutmu saja, Bankai!"     

"Dan sebaiknya kau berhenti berpura-pura menjadi Tuan Bishamonten atau kau akan berurusan langsung dengan Beliau kalau Beliau sudah tidak bisa menahan kesabarannya."     

Andrea dan Jovano kini paham sudah apa yang terjadi.      

"Ohh ... ternyata ini cuma dewa palsu? Cuma dewa imitasi yang sok-sokan mengaku sebagai dewa besar agar ditakuti orang-orang?" ejek Andrea seketika. "Siapa tadi namamu, duhai dewa palsu? Daruga? Pfftt ... ternyata kau memiliki nyali juga untuk menyamar jadi dewa. Aku sudah berpengalaman dengan orang seperti kau!"      

Daruga belum menyahut apapun pada ucapan Andrea ketika dia melihat begitu banyak bola api muncul di sekitar tubuh Andrea dan mulai menggila di ruang hampa tersebut.      

"Hentikan! Hentikan!" teriak Daruga secara panik karena bola api Cero dari Andrea begitu mudah memusnahkan semua jaring laba-laba yang ada di daerah antah berantah itu.      

"Jo, gunakan api hitam kamu untuk menghanguskan dewa palsu itu!" Andrea berseru ke anaknya.      

"Oke, Mom!" Jovano pun mengeluarkan api hitam dari telapak tangan kirinya.     

"Api hitam! Kau punya api hitam!" Daruga pun makin panik.      

"Daruga, lekas lepaskan mereka sebelum kau jadi Daruga panggang!" Bankai juga berteriak.     

"Baiklah! Baiklah!" Daruga pun segera meniadakan ruang hampa buatannya dan tidak lama setelah itu, muncullah area halaman kuil seperti sebelumnya.      

Di depan mereka, sudah ada sosok laba-laba sebesar kerbau berwarna hitam. Dia tampak ketakutan.      

Ketika Jovano hendak melemparkan api hitam dia ke Daruga yang ternyata berwujud laba-laba besar, seketika muncul sosok berwujud babi di depan Daruga, menghalangi Jovano. "Jangan bunuh dia!"     

"Bankai ..." Daruga berkata lirih, kini suaranya tidak lagi menggelegar penuh arogansi dan pandangan matanya terlihat lesu. Dia mengira nyawanya tinggal di ujung tanduk saja saat ini.      

"Tolong jangan bunuh dia, wahai Tuan dan Nyonya Akuma yang bijaksana." Bankai memohon dengan wujud babi kecil dia, terlihat imut, kontras dengan Daruga.      

"Kenapa?" tanya Jovano, masih menyalakan api hitam di telapak tangan kirinya untuk berjaga-jaga andaikan Daruga berani menyerang secara mendadak.      

"Dia adalah murid dari Tuan Agung Bishamonten. Dia memang nakal dan menyebalkan, tapi ... dia temanku." Bankai mengucapkan tanpa gentar meski sedang berhadapan dengan api hitam yang ternyata merupakan hal menakutkan bagi dua siluman tersebut.      

"Murid dari Bishamonten?" Jovano terkejut juga mengetahui itu.      

"Tolong sebut Tuanku dengan layak dan benar, Tuan Akuma," pinta Bankai.      

"Ohh, karena kau ini baik, maka aku akan ikut katamu, oke, Tuan Bishamon." Jovano pun menyimpan api hitamnya kembali, namun ibunya masih menghadirkan banyak bola api Cero di sekitar dirinya.      

"Tadinya kuil ini memang kuil milik Tuan Bishamonten," ucap Bankai. "kami adalah murid Yang Agung Bishamonten. Namun, kian lama, penduduk tidak lagi datang ke sini dan tidak ada persembahan apapun untuk kami, maka dari itu, Tuan Bishamonten pun menetap di kuil lain yang masih dikunjungi masyarakat, agak jauh dari sini dan memberikan kuil ini pada kami untuk kami urus."      

"Hm, jadi ... sebenarnya apa kalian berdua ini?" tanya Andrea tanpa meniadakan bola-bola api Cero dia.      

"Aku Bankai, siluman babi. Dan dia ... Daruga, golongan dari Tsuchigumo, siluman laba-laba. Tapi dia Tsuchigumo yang baik, tidak jahat seperti Tsuchigumo pada umumnya." Bankai menjelaskan.     

"Kau katakan dia tidak jahat? Padahal tadi dia mengancam kami menyuruh kami mempersembahkan tangan kami untuknya." Andrea kerutkan keningnya.      

"Ohh, dia hanya bercanda." Bankai terkekeh canggung. "Daruga, ubah wujudmu yang sopan!"      

Daruga pun menyusutkan wujud besar dia hingga sekecil laba-laba pada umumnya.      

"Minta maaf ke mereka!" Bankai memerintahkan Daruga.      

"Maaf ..." Daruga terdengar lirih ketika mengucapkan itu.      

"Baiklah, aku tidak akan memperpanjang hal ini karena sedang terburu-buru mencari putriku. Katakan saja sebenarnya ke arah mana putriku berada?" tanya Andrea ke Daruga sambil menyimpan api Cero dia.      

"Err ... sebenarnya aku tidak melihat siapapun di sini sebelum kalian datang." Daruga berkata.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.