Devil's Fruit (21+)

Siksaan Pagi Hari



Siksaan Pagi Hari

3Fruit 937: Siksaan Pagi Hari     
3

Danang kaget ketika dia merasakan salah satu kaki Ivy sudah ada di pinggul dia. Langsung saja dia balikkan tubuh. "Ivy?"     

"Aku butuh guling. Tak bisa tidur kalau tak ada guling." Ivy sepertinya sudah tau di sana tidak ada guling.     

Danang melongo. Tidak ada guling di penginapan ini. Hanya bantal saja. 'Ya Lord! Betapa besar cobaan darimu!' Danang ingin mewek ... tapi di hati saja. Cukup di hati saja, yah bro, agar tidak memalukan.      

Akhirnya, malam itu adalah malam paling panjang bagi Danang dalam seumur hidup dia. Gara-gara Ivy, dia tidak bisa lelapkan diri meski sudah memejamkan mata, seolah dia harus tetap terjaga diri dan juga kewarasannya agar dia tidak melakukan sesuatu yang dia ingin lakukan.      

Damn!      

Entah apa maksud dari Ivy membuat Danang jadi kebat kebit tak menentu. Mungkin ini akibat dari menjomblo terlalu lama. Sehingga dengan sedikit sentuhan saja dari perempuan, dia jadi panas dingin gelisah hati.      

Tubuhnya memang diam bagai batang pohon mati, tapi dalam hati dia, bagai sedang ada pertempuran babad alas melawan jutaan makhluk jahat.      

Kapan yah dia terakhir menyentuh dan disentuh wanita secara intim? Hm, sepertinya sudah sangat lama hingga dia sendiri tidak mengingat dengan baik.      

Sebagai lelaki normal, tentu saja Danang merasa tegang ketika melihat tubuh remaja belia Ivy dan bahkan disentuh pula. Tapi jangan mentang-mentang kau jomblo lama maka bocah bau kencur pun membuat kau tegang, bro!      

Tenangkan hati, tenangkan hati, ambil napas pelan-pelan, buang perlahan, lakukan lagi ...      

Danang terus melafalkan itu berulang kali dalam hati sambil dia masih saja terpejam namun terjaga. Rasanya ingin sekali dia bangun dan menonton televisi saja daripada seperti ini. Tapi jika dia bangun, maka Ivy pasti juga akan terbangun.      

Tubuh Danang saat ini kan bagai sudah dikunci oleh Ivy, jika bergerak sedikit saja, pasti Ivy akan merasakan adanya gerakan itu. Oke, mungkin harus menunggu hingga Ivy benar-benar terlelap.      

Maka, Danang pun menunggu lebih lama lagi.      

Bro, sebenarnya percuma saja kau berniat seperti itu. Karena ... Bocah vampir itu benar-benar tidak terlelap sedikit pun! Dia di belakang punggung kau itu masih terbangun dan bahkan terus menatap dirimu.      

Bahkan Ivy saja tau bahwa Danang belum tidur karena bisa merasakan detak jantung Danang yang tidak tenang. Sangat tidak sesuai untuk orang yang tertidur.      

Ivy menyeringai nakal. Kemudian ia makin meringsek ke punggung Danang dan memeluk kian erat, melingkarkan satu lengan ke bawah ketiak Danang dan wajahnya menempel di punggung sang pria.      

Rupanya Ivy menyukai aroma Danang. Semoga saja bocah itu tidak tiba-tiba mengeluarkan taring dia hanya karena dia menyukai aroma sang pria.      

-0-0-0-0-      

Pagi hari, Danang membuka matanya dan dia heran karena ternyata dia tidur! Dia tidur tanpa dia sadari!      

Ya ampun, ternyata dia saking kelelahan dari kepanikan dia sendiri gara-gara Ivy, dia malah berhasil tidur.      

Namun, alangkah kagetnya dia ketika dia membuka matanya, Danang mendapati dirinya terbaring telentang dengan tubuh Ivy sudah berada di atas dia.      

WHAT THE-      

Danang hampir saja berteriak saking kagetnya mendapati posisinya dengan Ivy yang begitu ....     

Jika Andrea melihat posisi itu, sudah bisa dipastikan Danang akan diremukkan semua tulangnya.      

Tapi itu bukan salah Danang, ya kan? Ohh, seorang ibu takkan perduli siapa yang bersalah, di mata semua ibu, putra dan putrinya tidak bersalah.      

Danang hendak bergerak, tapi kenapa sepertinya Ivy terlihat begitu damai dalam lelap dia? Lihatlah, bahkan wajah yang semalam sudah tidak memakai make-up tebal itu kini tampak sangat imut dengan wajah belia alaminya.      

Hati Danang kadang bingung kenapa Ivy jadi kerap memakai make-up tebal seperti wanita dewasa? Iya, dia tau Ivy suka cosplay, tapi Danang baru tau ada orang yang terus berdandan ala cosplay dalam kehidupan sehari-hari dia.      

Tapi, mau bagaimana lagi, Ivy kan unik dan ajaib. Itu yang dipikirkan Danang jika dia mengingat tentang gadis itu.      

Nah, sekarang masalahnya ... Danang tidak nyaman jika posisi mereka berdua seabsurd ini. Apakah dia bangunkan bocah itu saja yah?      

Tiba-tiba Ivy bergerak dan tubuh bagian bawah mereka saling bergesekan akibat dari gerakan Ivy tadi. Ughh! Danang ingin menjerit agar dibebaskan dari penderitaan ini.      

Sayang sekali Danang tidak tau bahwa sebenarnya Ivy tidak tidur sejak semalam. Yah, vampir mana butuh tidur?      

Vampir era dulu mungkin saja membutuhkan tidur di waktu siang hari, namun semakin bertambah era, vampir kini semakin berevolusi dan tidak memerlukan tidur sama sekali jika memang ingin.      

"Eemghh ...." Ivy menggeliat sedikit dan sedikit, lalu mulai membuka mata, kemudian dia mempertemukan pandangan dengan Danang. "Om ..." aktingnya. Apalagi ditambah mengucek mata dan terduduk santai di atas perut Danang.      

"I-Ivy, Ivy manis, tolong ... jangan di situ." Danang memohon dengan terpaksa karena ini sudah hampir siang. Dia butuh ke galeri.      

"Unghh? Lalu ... Di sini?" Ivy mundur hingga pantatnya berada tepat di atas gundukan spesial milik Danang.      

Hati pria itu merintih dan meronta.      

"Ja-jangan di situ juga, manis." Danang mau tak mau bangun dan menyingkirkan kaki Ivy satu demi satu dari tubuh dia dengan selembut mungkin. "Om mau mandi dulu, yah!"      

"Umh?" Ivy yang kini sudah duduk di sebelah tubuh Danang pun memiringkan kepalanya.      

Danang melihat kebingungan Ivy dan berkata, "Sebentar lagi, Om harus ke galeri lagi. Makanya Om harus lekas mandi sekarang."      

"Ikut!" Ivy berseru sembari bangkit berdiri.      

Karuan saja Danang secara otomatis berpikir Ivy ingin ikut mandi. "N-No! Jangan ikut mandi, Ivy!" Dua tangan Danang bergerak-gerak aktif di depan wajahnya sebagai tanda penolakan.      

"Hm?" Ivy menelengkan kepalanya lagi sambil menjawab, "Ikut mandi? Maksudku, ikut ke galeri. Tapi jika ide ikut mandi itu mempercepat kita ke galeri-"      

"Tidak! Tidak! Tidak! Itu ide buruk! Sangat buruk, Ivy! Ya ampun!" Danang seketika panik dan berdiri untuk lari masuk ke kamar mandi sambil tak lupa menyambar handuk yang tergeletak di atas meja rendah.      

Ivy hanya diam menyaksikan Danang yang lari masuk kamar mandi dan ia terkikik geli melihat kegugupan lelaki itu.      

Akhirnya, Ivy menunggu Danang selesai mandi dan kemudian giliran dia masuk ke ruang lembab tersebut.      

Saat dia selesai mandi, Ivy keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang dia lilitkan dari dada. Tindakan dia ini memicu pekikan kaget Danang.      

"Astaga, Ivy!"      

"Aku lupa bawa pakaian. Tolong tas aku, Om."      

Danang pun menoleh ke arah tas gadis belia itu dan mengambil untuk diserahkan ke Ivy. Maka, gadis itu pun kembali masuk ke kamar mandi.      

Sahabat masa kecil Andrea itupun bernapas lega.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.