Devil's Fruit (21+)

Ivy Bercerita



Ivy Bercerita

3Fruit 939: Ivy Bercerita      4

Danang kembali ke depan dan Ivy masih ingin di belakang saja karena dia tak mau dilihat lagi oleh orang yang mengenali dia sebagai orang yang mencuri suara Deandra. Apalagi dandanan Ivy cukup mencolok dan khas.      

Ivy pun menyimpan keinginan dia untuk meminta dibelikan masker kain penutup mulut oleh Danang nanti jika mereka akan pulang ke penginapan. Saat ini, Ivy hanya bisa bersembunyi di belakang bagian stan yang agak tersembunyi dari pengunjung.      

Dan ketika jam makan siang tiba, Danang sekali lagi mendatangi Ivy untuk menanyakan apa yang ingin dimakan oleh gadis itu. Ivy sekali lagi menjawab steak daging rare seperti sebelumnya.      

"Tapi cukup 1 porsi saja tidak apa-apa, Om." Ivy berkata sebelum Danang malah membelikan 2 porsi seperti tadi. Lagi pula ini masih beberapa jam setelah Ivy makan yang sebelumnya.      

"Ohh, oke." Danang pun mulai memesankan Ivy 1 porsi steak daging rare, sedangkan untuk dia sendiri, dia hanya butuh 1 burger besar saja.      

Ketika makanan itu datang, Danang dan Ivy makan bersama di bagian dalam stan agak belakang agar Danang masih bisa melihat ketika ada pengunjung datang ingin melihat-lihat craft bambu dia.      

"Vy, Om boleh tanya?" tanya Danang sembari dia melahap burger dia.      

Ivy mengangguk dan mengunyah steak rare dia.      

"Apakah kamu bertengkar dengan mama kamu?" tanya Danang. Dia harap-harap cemas menatap Ivy, entah apakah gadis belia itu sudi untuk menjawab pertanyaan dia atau tidak. "Yah, Om bukannya sok usil ingin tau urusan kamu, sih ... tapi Om cuma perduli ma Ivy, makanya tanya gini. Jangan salah paham, yah!"     

Tadinya Ivy sudah hendak menolak menjawab pertanyaan itu, namun ketika dia mendengar bahwa Danang bertanya begitu karena perduli, maka hatinya tersentuh dan terasa nyaman seketika. "Orang-orang membenciku."     

"Membencimu? Orang-orang? Siapa? Keluarga kamu?" tanya Danang agak terkejut juga mendengar penuturan singkat Ivy.      

"Yah, orang-orang, termasuk keluargaku." Ivy menyampaikannya.      

"Kenapa mereka bisa membencimu? Bahkan juga keluargamu? Mereka kan sayang sekali padamu, Vy."     

Gadis belia itu menggeleng. "Mereka tidak benar-benar sayang padaku. Kalau mereka sayang padaku, mereka akan membelaku dan berada di sisiku ketimbang memilih orang lain."     

"Om boleh tau nggak, apa permasalahan kamu ma mereka?"      

"Um ... yah, ada yang mengenai dandanan aku ... ada juga mengenai aku ... aku ... bernyanyi di Yutub."     

"Ehh? Hanya karena itu?" Danang kaget. Dia tak habis berpikir. Karena soal dandanan dan menyanyi saja membuat orang-orang membenci Ivy? "Kok bisa begitu sih, Vy? Emangnya apa salahnya dandan seperti itu?" ucapnya sambil menilik si gadis belia dari atas sampai bawah.      

Yah, meski menurut Danang, dandanan Ivy juga cukup mencolok dan kurang sesuai dengan usia dia, namun bukan berarti ketidaksetujuan itu harus diungkapkan hanya untuk menjadi ujaran kebencian pada seseorang, dong! Kalaupun mereka tidak menyukai dandanan Ivy, yah kenapa tidak simpan saja dalam hati? Kenapa harus diungkapkan?      

Ibarat kata, kalau kau tak bisa berbicara baik, maka jangan bicara apapun agar tidak menyakiti siapapun.      

"Yah, menurut Om sendiri juga dandanan kamu kurang sesuai dengan umurmu, sih. Ini jujur loh yah! Om gak mau munafik. Tapi Om menganggap itu adalah pilihan kamu dan itu adalah preferensi kamu. Toh kamu tidak melukai siapapun dengan berdandan demikian, ya kan?" Danang mau tak mau mengatakan apa yang ada di pikiran dia secara gamblang.      

"Aku memang tidak melukai mereka. Aku tidak membunuh mereka atau membuat mereka berdarah-darah." Ivy berkata apa adanya, dia tidak sedang mengatakan suatu kalimat perumpamaan, tapi benar-benar makna membunuh dan berdarah-darah secara harfiah.      

Memang benar, kan? Ivy sama sekali tidak membunuh siapapun karena dandanan dia itu dan juga Ivy berpikir dia juga tidak membunuh atau melukai hingga berdarah pada Deandra ketika dia mengambil kemampuan bernyanyi Deandra. Ya, kan?      

Sedangkan Danang, dia berpikir Ivy sedang mengucapkan perumpamaan saja dan mengangguk. "Iya, sih. Maka dari itu Om heran, kenapa mereka harus membenci kamu hanya karena masalah sepele itu? Berdandan adalah hak masing-masing orang, entah itu jenis yang aneh atau lazim, itu adalah preferensi masing-masing individu, maka rasanya tidak tepat jika kita malah mengeluarkan kebencian atas preferensi orang yang jelas-jelas tidak menyakiti mereka."     

Gadis belia itu mengangguk.      

Danang kembali bicara. "Lalu, apakah ini artinya keluarga kamu juga membenci atau tidak suka dengan dandanan kamu begitu?"     

Ivy terdiam sejenak dan dia teringat akan Zivena, adiknya, dan juga Kuro yang pernah mengatakan dengan sengit pendapatnya mengenai dandanan Ivy saat mereka bertengkar petang itu di mansion. Maka, Ivy pun mengangguk.      

"Sungguhan, tuh?" Danang sampai mendelik kaget karena tak menyangka bahwa keluarga Ivy sendiri malah memberikan kebencian mereka pada si gadis vampir ini hanya karena dandanan. "Hm, nanti kalau aku bertemu mamamu, akan aku tegur dia. Ehh, apakah mama kamu juga ikut meributkan dandanan kamu?" Dia berharap Ivy menggeleng.      

Sayangnya, Ivy mengangguk. "Pernah sesekali." Yah, memang kenyataannya, Andrea pernah menegur Ivy mengenai dandanannya, tapi bukan meributkan hingga seperti omelan, sih. Hanya menegur lembut kenapa Ivy harus berdandan demikian pula ke sekolah.     

Tapi, yah ... karena Ivy ingin mendapatkan simpati dari Danang, maka Ivy tidak mengatakan detilnya dan hanya ungkapan secara garis besar saja. Dia menikmati perhatian dan pembelaan dari Danang padanya.      

"Hanya mama kamu saja yang begitu padamu?"     

"Tidak dia saja, adikku dan yang namanya Kuro juga. Bahkan yang namanya Kuro sangat kasar padaku."     

Danang berusaha mengingat-ingat akan yang namanya Kuro. "Tapi ... seingat Om, sih, Kuro itu manis dan baik, loh!"     

"Om tertipu." Ivy menyahut sambil menyedot soda dingin yang ada di tangannya.       

"Hoohh ... tertipu, yah. Ternyata Kuro seperti itu padamu? Hm ... tidak Om sangka. Padahal dia tampak manis dan ceria ketika dia datang ke Bali dulu itu. Lalu adikmu? Kenapa adikmu juga meributkan itu?"     

Ivy angkat dua bahunya secara bersamaan dan menyahut tanpa melepaskan sedotan di mulutnya meski dia tidak sedang menyedot sodanya, "Entahlah, dia itu sangat cerewet dan sangat mengganggu aku."     

Mendengar cerita singkat Ivy, Danang jadi iba sekali pada si gadis vampir ini. Dia jadi memiliki pemikiran bahwa pantas saja Ivy kabur dari rumah jika suasana di rumah dia saja tidak mendukung si gadis belia.      

Jikalau orang-orang luar menghujatmu atau menghinamu atas sesuatu hal yang kau lakukan, itu masih bisa diterima meski menyakitkan. Tapi jika dari keluarga sendiri juga turut berbuat seperti itu padamu, alangkah berkali lipat rasa sakit yang akan kau rasakan.      

Keluarga adalah dukungan pertama kita. Jika dari lingkar dalam kehidupan kita saja sudah tidak mendukung kita, maka ke mana lagi kita harus mendapatkan dukungan?     

Danang merasa dia harus berbicara dengan Andrea mengenai ini. Ivy sungguh kasihan jika terus dimusuhi oleh keluarganya sendiri begitu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.