Devil's Fruit (21+)

Diajak Pulang



Diajak Pulang

1Fruit 941: Diajak Pulang     
3

Danang sangat terkejut karena di ruangan penginapan dia ada Andrea, Dante, Jovano, dan Shiro. Ivy ada juga di sana, di sebelah Jovano sambil tertunduk diam. "Ka-kalian gimana bisa datang?"     

"Halah, Nang, makanya jangan demen molor melulu, astaga! Ha ha ha!" Andrea menertawakan sahabat masa kecil dia.      

"Ehh? Seriusan lu, kurap?" Danang mengerutkan keningnya. "Umh, sori ... kebiasaan kalo ketemu elu." Danang segera sadar dia malah seenaknya menyebut Andrea seperti ketika dia dan si Cambion masih remaja dulu. Ia menggaruk belakang kepalanya.      

"Pfftt!" Andrea menahan tawa. "Tadi lu molor waktu Ivy lagi ngobrol ma elu, trus gue ma keluarga gue pun ke sini bareng mereka gegara elu lama banget kagak hubungi gue, tsk!" Sang Cambion memberikan alasan. Apalagi Andrea mengeluarkan senyum maut dia sehingga Danang pun patuh memercayai ucapan Andrea.      

"Ohh ... ternyata gitu, he he!" Danang pun mulai terkekeh merasa konyol dan dia pun menoleh ke Ivy. "Maaf, yah Vy ... aku malah ninggal kamu molor, he he ..."     

Ivy pun mulai mendongakkan wajahnya dan tersenyum tipis. "Tidak apa-apa." Suaranya lirih tapi masih jelas.      

Andrea sebelum membangunkan Danang, dia sudah 'membersihkan' luka dan darah Danang sehingga lelaki itu tidak akan mengetahui bahwa lehernya pernah tertusuk sesuatu yang tajam dan sampai berdarah.      

"Jadi, ini gimana, nih?" tanya Danang ke Andrea dan yang lainnya.      

"Gimana yang gimana, Om?" tanya Jovano sesantai mungkin.      

"Yah ... tentang Ivy." Danang pun mulai menceritakan apa yang Ivy katakan padanya. Setelah itu, dia langsung berkata ke Andrea dan yang lain, "Makanya, please lah kalian jangan terlalu begitu ke Ivy. Namanya dandanan itu kan pilihan masing-masing individu."     

Andrea dan keluarganya di situ saling pandang dan mereka mulai menggunakan anting telepati.     

'Kayaknya Ivy ngasih info yang salah tentang kita ke Danang, deh!' Andrea berkata secara telepati.      

'Yups! Yah, wajar sih kalo Ivy bilang kayak gitu ke Om Danang," sahut Jovano.      

'Gak mungkin kan kita ngomong apa adanya apa yang sebenarnya terjadi?' Andrea melirik ke mereka semua, bergantian.      

'Jangan, sayank.' Dante melarang. 'Jangan seret Danang ke masalah Ivy.'     

"Hei, kenapa kalian malah saling diem, sih?" Danang menatap mereka semua sambil mengernyit heran. "Napa kalian malah saling liat-liatan, sih? Jangan nyobain bohong ke gue, loh yah!"     

"Tsk! Kagak lah, Nang!" Andrea mulai bicara. "Gini, Nang ... sebenarnya kami tuh kagak ada masalah banget soal dandanan Ivy. Hanya sekedar negur biasa aja, kok! Cuma kayak nanya ke Ivy kenapa kok masih pakai dandanan cosplay dia di sekolah. Karena Ivy tetap kayak gitu, yah kita ngebiarin aja, sih!"     

Danang agak bingung. "Ivy masih pake dandanan tebal kayak gini di sekolah?" Ia tidak menyangka hal itu. Andrea mengangguk. "Vy, bukannya Om melarang, sih, tapi kalau kamu terus-menerus pakai make-up setebal itu setiap saat, kulitmu nanti bisa rusak, loh! Kan sayang banget kalo gitu."     

Ivy melirik singkat pada Danang dan menjawab, "Aku suka." Dia sejak di'bersihkan' oleh Zivena memang bisa lebih tenang dan tidak lagi terlalu memberontak.      

"Tapi Om khawatir kalau kulit wajah kamu yang bagus itu rusak, Vy. Yah, ini sih bentuk perduli Om aja, sih! Kalau Ivy gak mau ambil nasehat Om, yah ... terserah juga, sih! Toh Om kan bukan siapa-siapa kamu, he he he ... Om cuma teman mama kamu doang."     

Meski Ivy tetap tertunduk dan tidak mengatakan apapun atas ucapan Danang, sebenarnya dalam hatinya, Ivy berusaha berjanji untuk menuruti nasehat Danang. Dia tersentuh hatinya atas ucapan Danang bahwa lelaki itu perduli padanya dan mengkhawatirkan dia.      

Setelah itu, Danang merasa lega bahwa Ivy terlihat tenang dan patuh. Meski agak heran kenapa sikap Ivy begitu berbeda sebelum dia tertidur dan sesudah bangun, tapi akhirnya Danang tidak terlalu berpikir rumit mengenai itu. Yang terpenting adalah Ivy sudah tidak marah lagi.      

"Kalian akan bawa Ivy pulang, ya kan?" tanya Danang ke Andrea dan keluarganya.      

"Iya lah. Pasti, dong Nang." Andrea mengangguk.      

Kemudian, Danang beralih ke Ivy. Dia pun berkata ke gadis vampir itu. "Vy, Ivy, kamu mau kan pulang ke rumah?" tanyanya menggunakan suara lembut ke Ivy. "Om yakin keluarga kamu tuh sayang banget ma kamu, kok. Yah, Vy!"     

Ivy mengangkat wajahnya untuk menatap Danang dan dia mengangguk. "Ya."     

Betapa leganya Danang setelah mendengar sendiri tutur kata Ivy. Padahal tadinya sangat sulit membujuk Ivy sebelumnya.      

Sesudah semua jelas dan dibicarakan dengan tuntas, maka Andrea dan keluarganya akan kembali pulang membawa Ivy.      

Namun, sebelum Andrea dan yang lainnya pergi, si Cambion minta bicara pada Danang. "Kalian ke mobil dulu aja, deh!" kata Andrea pada keluarganya. Mereka memang datang ke Osaka menggunakan mobil, namun mencari penginapan Danang setelah mengedarkan pelacakan aura Ivy dan menemukannya.      

Ivy saat di Osaka memang tidak sempat bersusah payah menyebarkan auranya karena dia sibuk bersama Danang. Oleh karena itu, dia mudah ditemukan oleh Andrea.      

Andrea dan Danang kini berduaan saja di ruang penginapan tersebut. Nyonya Cambion berkata ke Danang, "Thanks berat, yah bro!" Dia meninju pelan bahu kiri Danang sambil tersenyum. "Thanks banget udah lindungi dan nampung anak gue."     

"Halah, kayak ama siapa aja lu ini." Danang mengusap-usap bahu yang ditinju pelan oleh sahabat masa kecilnya. "Yah, pokoknya sih aku harap Ivy gak kabur-kaburan lagi setelah ini. Kalian harus beneran sayang ma dia, oke?"     

Andrea mengangguk mantap. "Oke! Oh ya, ini ..." Andrea menyusupkan sebuah kantung kertas warna coklat ke tangan Danang.      

"Ehh, apaan ini?" Danang langsung saja membuka kantung kertas coklat dan matanya langsung melotot. "Kok?" Dia terkejut melihat banyaknya lembaran uang Yen menyesaki kantung kertas itu.     

"Itu tanda makasih dari gue dan keluarga gue karena lu udah jagain anak gue dua hari ini." Andrea tersenyum.      

"Ahh, jangan lah!" Danang malah sodorkan kembali uang di kantung kertas coklat tadi ke Andrea.      

"Nang, please deh! Kalo lu nolak ini, maka bakalan gue kirim lebih banyak ke rekening elu. Mau yang mana, Nang? Kalo pengin duit lebih banyak, lu kembalikan aja yang ini." Andrea menyeringai menang ketika Danang melongo dan urung menyerahkan kantung kertas tersebut.      

"Hghh ... elu emang paling pinter maksa dari dulu, yak!" Danang mau tak mau menerima segepok uang dari Andrea tadi.      

"Ya udah, gue pulang dulu, yak!" Andrea menepuk lengan Danang dan pamit pergi. Danang ikut mengantar mereka hingga depan penginapan.      

Andrea dan yang lain melambaikan tangan ke Danang. Yah, sebenarnya hanya Shiro dan Ivy saja yang tidak melambai karena itu memang bukan kebiasaan mereka.      

Namun, Ivy sempat tersenyum pada Danang sebelum mobil Dante melaju.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.