Devil's Fruit (21+)

Ivy Takut Pada Alam Pribadi Jovano



Ivy Takut Pada Alam Pribadi Jovano

2Fruit 950: Ivy Takut Pada Alam Pribadi Jovano     
2

Jovano mengendus adanya aura dari array penghalang yang berbentuk kubus di area itu, dan sesuai ucapan Gavin bahwa para iblis remaja tadi memancing Ivy masuk ke array, pantas jika si adik tidak bisa keluar melarikan diri karena Ivy adalah vampir, sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa pada kekuatan iblis.      

Sulung dari Andrea itu sangat bersyukur bahwa Gavin sempat mengikuti Ivy dan bisa mencegah kejadian tidak diinginkan.      

"Memangnya apa yang bikin mereka pengin celakai Ivy, sih?" Jovano terheran akan itu.      

"Masalah Deandra." Gavin menjawab disertai desahan napas tak berdaya.      

"Lagi-lagi itu!" Jovano merutuk dengan geram. "Tidak bisakah mereka berhenti--hgghh! Ayo kita pulang saja." Jovano dengan mudah mematahkan array itu sepenuhnya dan berkata ke duo bocah di dekatnya. "Gav, dampingi Ivy ke kelasnya atau ke kantin atau manapun tempat ramai di sekolah ini. Jangan sampai kalian bisa dipisah, ambil tas kalian berdua. Aku akan ambil mobilku dulu di kampus dan jemput kalian di sini."     

"Oke, Kak Jo." Gavin mengangguk.      

Lalu Jovano menoleh ke adiknya dan berkata, "Ivy sayank, ikut Gavin terus, yah! Jangan sampai kalian terpisah satu sama lain atau dari kerumunan apapun. Tunggu Kakak datang jemput kalian pake mobil, oke sayank?" Ia mengelus pipi sang adik.      

"Tidak mau. Kenapa harus menempel pada Gavin?" Ivy kerutkan bibirnya tanda penolakan disertai wajah cemberut dia.      

Helaan napas Jovano muncul atas keras kepalanya sang adik perempuan satu ini. "Ivy sayank, kalau enggak nurut ama Kakak supaya kamu terus bareng ma Gavin, ya udah, mendingan kamu Kakak taruh ke alam pribadi Kak Jo aja, gimana?"     

"Tak mau!" jerit Ivy seketika sambil menatap tajam ke kakaknya. Alam pribadi Jovano adalah tempat paling dihindari oleh Ivy. Sepertinya dia lebih baik memaksa dirinya untuk patuh pada perintah sang kakak ketimbang masuk ke alam pribadi Jovano.      

Helaan napas kembali muncul dari bibir Jovano, namun kali ini karena lega, bukan seperti sebelumnya. "Oke, tunggulah kalian di kerumunan sekolah, cari tempat banyak kerumunan yang tidak mencolok." Usai mengatakan itu, Jovano melesat terbang menghilang menjadi transparan.     

Lalu Gavin menggandeng tangan Ivy dan menyingkir dari tempat buruk tersebut. "Ayo, hime-chan."     

Pertama-tama, Gavin mengantar Ivy untuk datang ke kelas si hime guna mengambil tas dan barang-barang Ivy, lalu setelah itu ganti ke kelas Gavin untuk mengambil tas dan barang dia di meja.     

Tentu saja Gavin berkata dengan santun pada guru kelas bahwa dia mohon ijin akan mengantar Ivy pulang dulu karena sakit.     

Setelah itu, mereka berdua pun berjalan berdua sambil bergandengan tangan, sambil Gavin alasan agar Ivy tidak mudah dipisahkan dari Gavin. Mereka menuju ke sebuah kantin yang biasanya ramai pengunjung.      

Sungguh beruntung bahwa kantin itu memang sedang ada banyak orang meski tidak seramai biasanya karena ini masih jam pelajaran, dan yang ada di sana kebanyakan adalah guru yang sedang tidak mengajar dan staf sekolah lainnya serta ada beberapa gelintir murid yang secara cuek makan dengan alasan lapar atau tidak ingin masuk kelas saja.     

Sekolah internasional itu cukup unik dengan membolehkan para muridnya untuk berbuat seenak dan berdandan semau mereka asalkan harus seimbang dengan prestasi mereka di sekolah, bidang apapun. Jika akhir tahun pelajaran mereka tidak bisa membuktikan prestasi mereka disamping tingkah nyentrik mereka, maka jangan harap mendapatkan ampun setelah itu.      

Maka, dibalik sebuah kebebasan, ada tanggung jawab besar yang harus dilakukan.      

Dalam waktu 20 menit lebih selanjutnya, datanglah Jovano di kantin karena dia bisa melacak aroma kedua remaja itu. "Ayo," ajaknya sambil mengambil tas dan barang bawaan Ivy untuk dia bawa daripada semuanya diangkut Gavin. Kasian, kan? Gavin bukan pelayan, dia termasuk keluarga.      

Perjalanan ke arah The Hills sangat hening, tidak ada yang bersuara. Gavin yang biasanya cerewet juga diam saja, apalagi Ivy. Sedangkan Jovano ... otak dia masih penuh akan kejadian tadi. Kenapa bisa ada aray penghalang? Siapa yang memasang itu? Kenapa para iblis remaja itu berkumpul di sana untuk menyerang Ivy?     

Semua itu terus berputar di otak Jovano, hingga akhirnya mobil dia pun tiba di mansion. Mobil jenis jeep itu masuk ke carport luas dan semua penumpangnya turun untuk masuk ke mansion.     

Karena berbagai rumah makan bisnis Andrea sedang masa sangat sepi pengunjung, mengakibatkan mansion di jam ini sudah ada banyak orang, tidak sepi seperti biasanya.      

"Ehh? Kok kalian bisa barengan gitu?" Shelly yang pertama menyambut kedatangan tiga anak muda yang datang. "Gav, ada apa?" Ia agak heran juga karena dua bocah itu datang bersama dengan Jovano dan itu sangat langka.      

"Kok kalian sudah pulang? Bersama-sama, pula!" Kuro yang datang dari ruang makan pun tampilkan wajah heran dia sambil tangannya membawa secangkir susu coklat dingin.     

"Mom belum pulang, yah?" Bukannya menjawab, Jovano malah menanyakan ibunya. Akhirnya, dia pun mengaktifkan telepati dia dan menghubungi si ibu. "Oke, jadi gini ..."     

Wsshh!     

Andrea sudah berada di sofa ruang tengah dalam sekejap mata.      

"Thanks, Mom, kau bisa langsung datang." Jovano tersenyum penuh terima kasih pada ibunya.     

"Yah, mana mungkin Mama gak buruan datang kalau ada apa-apa ama anak Mama?" jawab Andrea sambil melirik Ivy. "Kebetulan Mama lagi sendirian di kantor Adora, jadi langsung bisa teleportasi ke sini."     

"Jadi, ada apa, Jo?" tanya Kuro tak sabar sambil mengambil duduk di samping sang ibu angkat tercinta.      

"Begini ..."     

Wsshh!     

"Maaf, terlambat sedikit. Tadi ada tamu dan aku harus curi-curi kesempatan untuk menghindari pandangan mata mereka." Tuan Nephilim muncul juga di ruang tengah.      

"Oke, aku lanjut ..." Jovano pun menjelaskan kejadian tadi. Gavin juga menambahkan beberapa detil yang tidak dilihat Jovano.      

"Hm, jadi ada array segala di sana, yak?" Andrea angguk-anggukkan kepala seraya alisnya berkerut. "Hm ... hm ... aku kira bocah remaja yang udah bisa array itu cuma si Jo, ternyata ada juga yang lain, yah?"      

"Yaelah, Mom, namanya awan selalu ada awan lagi di tempat lainnya." Jovano memberikan perumpamaan yang mudah.      

"Ya kali!" sahut sang ibunda.      

"Oke, jadi ini ada yang bisa pasang array dan menjebak Ivy untuk menyerang Ivy." Tuan Nephilim mulai mengarahkan ke pembicaraan serius.      

"Iya, Dad. Dari yang Gavin bilang sih gitu. Dan memang array-nya masih tergolong lemah karena buktinya Gavin aja bisa menerobos."     

"Benar, Uncle. Karena kalo array buatan Kak Jo dan Aunty Andrea, aku tidak bisa menerobos, biasanya begitu, sih!" Gavin memperjelas statement Jovano bahwa array buatan iblis remaja tadi memang sangat lemah.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.