Devil's Fruit (21+)

Wawancara Pers Deandra



Wawancara Pers Deandra

4Fruit 953: Wawancara Pers Deandra      3

Danang di sana banyak bercanda dan mengobrol juga dengan selain Andrea, terutama dengan Ivy. Dan sang gadis vampir pun terlihat senang sembari tersipu jika Danang mengajak dia bicara.      

Ketika mereka sedang saling berbincang, tiba-tiba anting komunikasi Andrea terasa berdengung meski itu hanya bisa diketahui oleh si Cambion itu sendiri. Dari sang suami.      

'Ada apa, Dan?' tanya Andrea secara telepati menggunakan anting tersebut.      

'Cepat tonton televisi.' Demikian jawaban dari Tuan Nephilim.     

'Emangnya ada apa di TV? Aku lagi ada Danang, nih!'     

'Duh, bagaimana, yah? Pokoknya coba tonton saja, sayank. Bye dulu, yah!'     

Sang suami langsung mematikan hubungan telepati mereka. Andrea jadi dilema, akan menyalakan televisi atau tidak? Kalau dia menyalakan televisi dan ada berita yang tidak enak, di situ masih ada Danang.      

Ohh, gampang saja, dia akan memasuki alam pikiran Danang dan menyuruh Danang tidak mengingat apa yang dia saksikan tadi. Begitu saja.     

Tangan Andrea meraih remote televisi di atas meja dan mulai menekan tombol on di sana, lalu televisi layar besar (saking lebarnya) pun memunculkan gambarnya dan terpampang begitu saja sebuah berita bagai itu memang sudah dipersiapkan untuk ditonton mereka di sana begitu dinyalakan.      

"Saya, Deandra ... secara terbuka membuat wawancara pers sehubungan dengan begitu riuhnya polemik dan keributan setelah sebuah postingan saya di instagramm saya beberapa waktu lalu." Demikian Deandra mengawali siaran pers dia.      

Mendadak, semua di ruang tengah itu menjadi tegang dan melirik ke arah si Cambion seakan mereka ingin mempertanyakan kenapa harus menyalakan televisi di momen seperti ini, apalagi berita tentang Ivy! Ada Danang pula.      

"Matikan televisi! Matikan televisi!" teriak Ivy meski tidak begitu keras namun cukup membuat kaget semua orang.     

"Ndrea ..." Shelly sudah mulai cemas dan itu terlihat di wajahnya.      

"Ahh, berita Deandra ini, yah." Danang tiba-tiba menyeletuk dengan santainya sambil matanya terus menatap layar besar di depannya.      

Semua mendadak menoleh ke Danang.      

"Nang, lu udah tau berita itu?" tanya Andrea terheran-heran.      

"Soal Deandra kehilangan kemampuan nyanyi dia? Udah, udah tau dari beberapa hari lalu, sesudah Ivy pulang." Danang menjawab santai.      

Ivy mendadak menutup muka dengan dua tangannya dan terisak karena malu ternyata Om favorit tercinta dia sudah mengetahui berita itu.      

Danang lekas meraih Ivy dan memeluk pundak si gadis dan berkata, "Kenapa hime-cchi harus nangis?"     

Ya, kenapa Ivy harus menangis? Itu juga pertanyaan yang ada di benak orang lain di ruangan itu. Ivy tidak mungkin mengatakan bahwa dia menangis karena malu Danang sudah mengetahui tentang dia dihujat seantero Jepang karena dibilang mencuri suara Deandra.     

Ivy menangis karena malu Danang mengetahui itu, bukan karena dia merasa bersalah pada Deandra.      

Gadis vampir itu pun menangis di dada Danang yang kebetulan duduk di sebelah dia. Gadis vampir itu terisak kecil di rengkuhan Danang.      

Sementara itu, suara televisi masih menayangkan siaran live wawancara pers dari Deandra. Mantan penyanyi itu berkata: "Saya menyesal sudah membuat postingan itu dan malah seakan saya mempengaruhi kalian semua untuk membenci suatu pihak. Ini saya anggap saya sangat kekanakan dan ini buruk. Yang membuat saya terkejut adalah, ternyata dampak dari postingan saya itu adalah berimbas pada bidang-bidang usaha milik orang tua gadis itu, yang seharusnya tidak ada kaitannya dengan kasus ini."     

Andrea yang tadinya hendak mematikan televisi karena putri sulungnya menangis, tapi begitu Deandra mengatakan kalimat barusan, sang Cambion jadi urung dan meneruskan menyimak televisi.      

"Seharusnya saya berpikir dengan sangat jernih bahwa sangat tidak mungkin ada orang yang mencuri suara orang lain. Dan di dunia ini, bukan hal langka jika suara seseorang mirip dengan orang lainnya. Ini yang tidak saya pikirkan waktu menulis postingan itu. Oleh karena itu, tolonglah bagi kalian semua, hentikan semua itu. Jangan lagi menghujat, jangan lagi main boikot, itu akan membuat saya sedih, karena akan ada banyak orang yang akan susah dan banyak orang akan bisa kehilangan pekerjaannya karena ulah saya sebelumnya. Maka dari itu, berhentilah kalau memang kalian mendukung saya, jangan terus menebarkan kebencian, jangan menebarkan keburukan negatif. Kalau kalian adalah fans saya, kalian mendukung saya, maka tonton serial drama saya atau beli merch saya." Deandra kemudian bangkit dan dia membungkukkan badannya ke kamera di depan dia.      

"Saya meminta maaf untuk pihak yang saya rugikan, saya meminta maaf pada siapapun yang menjadi susah karena postingan saya." Begitu yang dikatakan gadis mantan penyanyi tersebut.      

Semua orang di ruang tengah pun bagai merasakan batu yang menghimpit hati mereka sudah lepas dan membuat lega napas mereka.      

Danang pun tersenyum dan menepuk-nepuk bahu Ivy. "Tuh, hime-cchi sudah dengar sendiri, kan? Deandra dah minta maaf ama kamu ama keluarga kamu. Hime-cchi gak perlu lagi sedih atau nangis, oke?"     

Ivy pun tengadahkan wajahnya. Tangan Danang dengan sigap mengusap lelehan air mata si gadis vampir disertai senyuman menyejukkan perasaan si gadis cilik. Betapa bahagianya Ivy saat ini ketika diperlakukan demikian oleh Danang. Ini mengingatkan dia akan sang ayah yang juga selalu menyeka air mata dia jika dia menangis karena jatuh atau karena sedang sakit.      

"Huff ... untung deh kalo emang akhirnya kayak gini." Andrea mengecilkan suara di televisi karena dia sudah paham apa inti dari wawancara pers Deandra tersebut.      

"Iya, aku juga sangat lega kalo Deandra udah bilang begitu." Shelly ikut merasa lega.      

"Hu-um," sahut Kuro. "Semoga saja fans-fans fanatik Deandra mendengar dan mereka patuh dengan nasehat Deandra. Jadi, restoran kita akan ramai lagi!"     

"Iya, semoga saja." Kenzo menyambung. "dan mungkin ini adalah yang dikatakan ayahnya Zevo waktu itu."     

"Oh iya benar!" Andrea jadi teringat hal satu itu. Yang lainnya pun mengangguk dan setuju dengan opini Kenzo.      

"Bokapnya Zevo? Siapa?" tanya Danang.      

"Pa-ummhh ... Namanya Djanh, dia suaminya Revka," ucap Shelly, hampir saja kelepasan bicara menyebut Pangeran pada Djanh karena sudah terbiasa.      

"Lu inget ama Revka kagak, Nang?" tanya Andrea.     

"Yang dulu pernah ikut ke Bali untuk reuni itu, kan? Yang dulu jaman kalian SMA pernah main ke rumah Andrea di kampung?" Danang menjawab.      

"Yups! Yang itu. Yang lu kata montok bohay mantap itu!" goda Andrea. "Yang katanya pengin lu jadiin pacar itu tuh!"     

"Aelah, Ndre ... itu kan udah dulu. Yah maklumi aja lah, kan dulu gue jarang liat yang super bening gitu, liatnya yang butek kayak elu mulu!" balas Danang.      

Andrea melotot galak dan ditimpali tawa terbahak oleh Danang. "Masih bisa ngakak gitu yah sesudah hina dina gue!"     

"Bwa ha ha ha!" jawab Danang dengan tawanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.