Devil's Fruit (21+)

Jalan-Jalan Bersama Danang



Jalan-Jalan Bersama Danang

4Fruit 954: Jalan-Jalan Bersama Danang     1

Siang harinya, Danang mengusulkan jalan-jalan ke Andrea. "Puter-puter kota, dong Ndre ... gue kan jarang ke Jepang. Apalagi kalo ke sini cuma untuk pameran doang kagak ada acara jalan-jalan."     

"Hayuk, dah! Kasian yang gak pernah jalan-jalan di Jepang." Andrea menyetujuinya.      

"Ini lu gak lagi ngehina gue, kan Ndre?" tanya Danang penuh curiga.      

"Kayaknya sih enggak, tapi gak tau juga, sih! Ha ha ha!" Andrea tergelak lepas. Dua sahabat satu ini memang jika bertemu akan saling meledek dan menggoda. Di sini menggodanya bukan yang ke arah nakal tanda kutip, yah! Hanya menggoda jenis bercanda saja.      

Maka, setelah membangunkan Zivena yang juga dirumahkan dengan alasan berbeda, Andrea pun mengajak si bungsu, lalu Ivy, dan juga Kuro untuk ikut jalan-jalan.      

"Mam, jalan-jalannya jangan terlalu jauh, yah!" Zivena mulai kembali cerewet seperti biasanya. Dia duduk di antara kakaknya, Ivy dan Kuro di jok belakang. Di depan, Andrea di depan kemudi dan di sebelahnya ada Danang.      

"Iya, Zi, gak bakalan jauh, kok. Tenang aja." Sang ibu menyahut.      

"Santai aja, Zizi," sambung Danang sambil sedikit menengok sang bungsunya Andrea, "ini palingan cuma sekitar Roppongi aja. Gak apa-apa, yah, sebelum Om pulang nanti malam."     

"Oke, Om ... Zizi tak mau terlalu jauh karena nanti Zizi kecapekan. Zizi ini masih masa-masa lemah beberapa hari ini, Om."     

"Ohh? Lemah? Memangnya Zizi kerja rodi apa aja? Atau jadi romusha?" goda Danang tidak kira-kira.     

"Unghh ... Zizi tak tau apa itu rodi atau romusha. Pokoknya Zizi sedang mudah lelah saja bawaannya, nih!" Zivena menjawab dengan suara lucunya.      

"Dia ini tuh seiyuu, Nang." Andrea di sebelah menyahut.      

"Heh? Zizi? Seiyuu?" Danang terperanjat.      

"Iya, dia itu udah jadi seiyuu termuda di Jepang, dan kebetulan jadwal dia termasuk agak padat dan itu bikin dia jadi gampang capek." Andrea menjelaskan yang padahal itu adalah menutupi hal sesungguhnya. Tak mungkin Andrea mengatakan Zivena mudah lelah karena kemarin dulu dia menyembuhkan Ivy usai Ivy diserang para iblis remaja.      

Kala itu, Zivena yang baru saja pulih, harus kembali menenangkan Ivy usai insiden penyerangan itu untuk mencegah Ivy beringas dan ingin mencari mereka, karena kata Ivy, masih ada beberapa yang sempat kabur ketika diadakan pembantaian oleh Jovano dan Gavin di kebun belakang sekolahnya itu.     

"Lah, Ndre, anak masih se-unyil gitu malah lu suruh kerja jadi seiyuu." Danang menegur Andrea di sebelahnya.      

"Etdah, gue yang difitnah. Itu mau dia sendiri, Nang." Andrea menjelaskan.      

"Zizi yang mau, kok Om." Zivena yang bisa menilik perasaan bingung ibunya pun segera memberikan jawaban demikian agar Danang bisa lebih tenang dan tidak mendesak Andrea.      

"Tapi lain kali, Zizi juga harus jaga kondisi, yah! Jangan terlalu dipaksakan kalau memang itu bikin capek," ucap Danang ke Zivena.      

"Iya, Om, terima kasih atas perhatiannya." Zivena mengangguk lucu saat Danang menoleh ke arahnya.      

Tiba di sebuah pusat perbelanjaan di Roppongi, mereka masuk ke bagian craft dan Danang sibuk membahas mengenai craft dengan Andrea, sementara yang lainnya menunggu sambil melihat-lihat craft di sana.      

Setelah itu, mereka ke lantai atas ke bagian boneka dan Ivy mulai berburu boneka princess kesukaan dia. Sedangkan Zivena lebih mengarah ke boneka binatang atau yang berbentuk chibi lucu ketimbang seperti selera sang kakak.      

"Selera dua anak cewek lu beda, yak Ndre." Danang melihat sendiri keranjang yang diisi oleh Ivy dan Zivena.     

Andrea yang bertugas memegang keranjang pun mengangguk. "Yups! Mereka ini udah kayak kutub selatan ma kutub utara dari lahir. Bahkan dari di kandungan."     

Danang pun diceritakan mengenai ayahnya Ivy dan dia cukup tercengang karena ternyata Andrea pernah memiliki dua suami. "Gilak lu, kurap! Ternyata lu cukup mesum juga yak ampe lakik satu aja kurang."     

"Bedebah banget sih tuduhan lu!" Andrea mendelik. "Kagak kayak gitu latar belakang gue punya dua lakik, woi!"     

Namun, belum sempat Andrea meneruskan ucapannya, Ivy sudah datang sambil menarik tangan Danang. Si pria mau tak mau mengikuti Ivy ke daerah rak yang memajang deretan boneka princess lolita dari berbagai bahan dan bentuk.      

"Om, bantu pilih." Ivy meminta pada Danang.      

"Waduh, Om mana paham soal boneka beginian, hime-cchi." Danang menatap putus asa ke Ivy.      

"Pilih saja yang menurut Om bagus, nanti aku pasti setuju." Ivy menjawab.      

"Oke, oke." Maka Danang pun mulai memilih-milih di antara deretan boneka di depan dia.     

Ketika Danang dan Ivy sedang asik memilih mana boneka yang paling keren di rak tersebut, tiba-tiba muncul suara seruan dari seorang gadis tak jauh dari sana. "Hei, itu dia yang mencuri suara Deandra!"      

"Iya! Dia sok ganti penampilan, tapi aku yakin dia orangnya! Dasar pencuri! Kembalikan suara Deandra!" Gadis lainnya ikut berteriak dan hendak mendekat ke Ivy.      

"Woi, woi, woi ... kalian jangan coba-coba main kasar, yah!" Danang segera sembunyikan Ivy di punggung dia sambil dia menghadapi 2 gadis kalap itu. Pengunjung lain pun mulai berdatangan ingin tau ada apa.     

"Dia harus kembalikan suara Deandra!" teriak gadis itu sambil menunjuk ke Ivy disertai pandangan sengit pada sang gadis vampir yang ada di belakang Danang.      

Andrea dan yang lainnya bergegas mendekati Danang dan ikut melindungi Ivy.      

"Kalian ini otaknya waras atau tidak, sih?" Danang menjawab dengan bahasa Jepang fasih dia. "Mana bisa manusia mencuri suara manusia lain, hah! Pakai otak kalian untuk berpikir! Atau kalian tidak punya otak?" Danang tersulut amarah karena dia melihat sendiri betapa down-nya Ivy ketika kabur dulu dan juga sempat menangis ketika tadi Deandra muncul di televisi.      

"Hei kau, dasar paman tua, jangan ikut campur!" teriak gadis lainnya ke Danang.      

"Ladies, kalian apa belum menonton siaran wawancara pers dari Deandra?" tanya Andrea pada kedua gadis itu. "Lebih baik kalian tonton itu dulu sebelum meneriaki orang lain."     

Kedua gadis melotot ke Andrea. "Kau ibunya si pencuri itu, kan? Tak usah banyak memberikan pembelaan. Kami tetap yakin suara Deandra dicuri oleh anakmu! Deandra pasti ditekan oleh manajemen dia untuk berkata seperti itu di wawancara persnya!"     

"Benar! Deandra dalam pengaruh pihak agensi dia saja melakukan wawancara pers tadi! Dia tidak benar-benar ingin mengatakan itu!" seru gadis satunya.     

"Astaga ... apakah kalian ini sedang menuduh Deandra dan juga agensinya, hah?" Kuro sampai tak kuat dan ikut berkomentar.      

Dan seketika, Andrea melihat adanya selubung hitam samar yang memancar keluar dari tubuh kedua gadis itu. Ia termangu sejenak dan sekaligus terkejut bukan main. Apakah mereka bukan manusia? Tapi bau mereka bau manusia.      

Itu artinya ....     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.