Devil's Fruit (21+)

Takut Pada Api Ungu



Takut Pada Api Ungu

4Fruit 956: Takut Pada Api Ungu     
3

Setelah meniadakan array penghalang, Andrea dan Kuro lekas saja melesat ke sebuah arah dan menggunakan kekuatan transparan sambil membawa dua makhluk antah berantah yang memiliki energi negatif di dalamnya ke sebuah bangunan kosong tak jauh dari sana.      

Kedua makhluk itu dibiarkan sejenak di sudut ruangan luas yang sepertinya pernah menjadi ruang keluarga.      

Andrea menghubungi Dante, suaminya namun tanpa melaporkan mengenai insiden barusan, hanya berkata, "Dan, ke sini deh, coba, kalo kamu gak sibuk, sih."     

"Pasti tidak akan sibuk kalau untuk kamu, sayank." Dante langsung menjawab dan sedetik berikutnya, dia sudah berada di belakang Andrea, memeluk pinggang sang Cambion. Tapi, mendadak, Tuan Nephilim jadi keheranan sambil menatap sekeliling. "Ini ..."      

Sambil suaminya keheranan, Andrea terkikik geli melihat rasa bingung sang suami yang sangat menghibur hati si Cambion. Dante dan Andrea sudah saling terhubung dengan erat, secara hati dan sukma, maka dari itu, Dante hanya cukup memikirkan sosok istrinya sambil berkonsentrasi saja, maka dia langsung hadir di sisi sang istri dalam waktu sekejap mata.      

Benar-benar tidak memerlukan adanya pelacakan aroma atau pemindaian aura segala. Ini hanya bisa dilakukan oleh pasangan yang sudah saling mempercayai satu sama lain dan saling memiliki ketergantungan sehidup semati.      

"Hi hi ... kenapa, Dan? Bingung?" Andrea masih tertawa geli melihat respon lucu suaminya. Sementara itu, Kuro ada di sudut ruangan menjaga dua tawanan mereka.      

Tuan Nephilim sudah hendak mengatakan sesuatu ketika dia menyadari ada bunyi dan gerakan dari arah sudut ruangan luas tersebut.      

"Roaarghh! Groaarrghh!"     

"Ssshhh! Hrssshhh!"      

Mata Dante membola menyaksikan adanya dua makhluk yang sedang dijaga oleh anak hybrid hitam dia. "Itu mereka ..."     

Zuupp!     

Shiro kini sudah hadir berkat pemanggilan Kuro. "Ma, Pa." Dia menyapa kedua orang tua angkatnya.      

"Kuro yang manggil Shiro, yah?" tanya Andrea ke Kuro. Gadis hybrid hitam itu pun mengangguk.      

"Apa panglima perlu dipanggil juga ke sini, Ma?" tanya Kuro.      

"Jangan." Andrea melarang.      

"Untuk apa kau panggil Paman Kenzo? Dia harus tetap di mansion untuk menjaga Tante Shelly. Dasar kau ular tak punya otak," rutuk Shiro pada kembaran dia, Kuro.      

Kuro sudah hendak memulai keributan pada Shiro ketika Andrea mengingatkan, "Kuro, udah, udah, ayo mendingan fokus ke ini aja, deh! Shiro, stop bilang kayak gitu ke saudara kamu, Mama gak suka, loh!"     

"Oke, Ma." Kedua hybrid itu secara serempak menjawab kompak. Nah, sebenarnya mereka ini selalu kompak melakukan apapun tapi kadang lidah bercabang mereka membuat mereka jadi ribut sendiri satu sama lain.      

"Yank, bisa jelaskan ini apa? Atau ... siapa?" tanya Dante sambil berjalan mendekat ke dua makhluk energi negatif tersebut.      

Nyonya Cambion pun menerangkan pada Dante dan juga Shiro mengenai asal muasal terjadinya makhluk tersebut. Kuro beberapa kali menoyor kepala si makhluk ular. Sebagai sesama ular, Kuro benar-benar gemas.      

Ketika makhluk ular itu menunjukkan ekspresi seram dia, Kuro tak mau kalah dan merubah dirinya ke wujud asli dia di depan si makhluk itu dan segera, ular jadi-jadian itu pun terdiam karena dia merasa kalah kuat dibandingkan Kuro. Kalah aura kekuatannya.     

"Ayo, sekarang kita interviu mereka." Andrea memunculkan kursi dari balok kayu.      

"Ehh? Itu kan kursi jaman kita di alam Feroz, yah yank?" Dante teringat akan kursi tersebut. Sungguh penuh akan kenangan awal mula cinta mereka merebak pelan namun pasti. Yah, bisa dikatakan kursi kayu itu menjadi saksi sejarah percintaan Dante dan Andrea.      

"Oke, stop golden memories-nya, Dan," ucap Andrea sambil senyum simpul dan menepuk lembut dada sang suami. Kemudian, sang Cambion beralih pada dua makhluk aneh tersebut, duduk di hadapan mereka. "Nah, hayuk deh, kalian cerita, siapa yang kirim kalian, hm?"     

"Ehh? Mereka itu kiriman, Ma?" Kuro agak heran sambil miringkan kepalanya, takjub akan kepintaran sang ibu angkat.      

Nyonya Cambion mengangguk kecil. "Mereka kiriman. Energi negatifnya, loh yah! Mereka dikirim untuk merasuki manusia biasa dan membuat keonaran dengan memanfaatkan energi buruk dua gadis itu."     

"Aku masih agak bingung, Ma." Kuro ikut duduk di samping Andrea, kini dia sudah kembali ke wujud humanoid.      

Shiro sudah hampir meluncurkan kalimat ejekan pada Kuro tapi dia teringat mama angkat dia sudah berpesan dan dia harus mematuhi, kan? "Aku paham maksud Mama." Akhirnya dia memberikan ucapan singkat itu saja.      

Kuro mendelik ke Shiro. Dia heran juga, kenapa dia dan Shiro kalah jauh jika dalam hal kepintaran dan kecermatan berpikir? Apa salah ibunya dulu ketika mengandung? Apakah tersandung kerikil? Atau terantuk pinggir meja di bagian perut yang ada Kuro di dalamnya? Ahh, dia tau. Dia pasti menuruni gen bodoh ayahnya, dan Shiro menuruni gen pintar sang ibu. Ughh! Memikirkan itu saja sudah membuat Kuro sangat kesal.      

Oke, kini benar-benar harus kembali fokus pada masalah pelik ini.      

"Shiro, apa kau sudah memiliki asumsi?" tanya sang ayah angkat. Dante ini masih saja memakai kalimat baku, meski sudah cukup lama tinggal di bumi. Ohh, tapi jika mengenai kalimat baku, Giorge masih lebih parah ketimbang Dante.      

Halo, ayo fokus kembali ke persoalan penting di depan mata!     

"Aku ... entah kenapa ... merasa bahwa penyerangan pada Ivy beberapa hari lalu itu ada kaitannya dengan yang ini." Shiro kerutkan dahinya, mengakibatkan dua alisnya semakin tegas menukik ke bawah, menjadikan dia lebih tampan beberapa puluh persen.      

"Woaahh! Jika emang kasus yang kemarin itu ada kaitannya ama yang ini ... hm ..." Andrea terpana akan analisis sang putra hybrid. Shiro ini sungguh seorang pemikir dan pengamat yang baik.      

"Iya, Ma. Karena ... jikalau memang energi negatif seperti ini ingin mengacaukan kota, kenapa hanya merasuki orang-orang yang benci pada Ivy?" Shiro memberikan pemikiran dia.      

"Hm, masuk akal, sih!" Andrea manggut-manggut seraya usap dagunya.      

"Lalu, kalau ini memang kiriman seseorang untuk keluarga kita, tandanya ... kita memiliki musuh?" Tuan Nephilim memberi opini dia.      

"Iya. Kita punya musuh dan entah siapa, karena selama ini kita selalu aman tentram aja kagak ada yang menyerang kita beberapa tahun terakhir." Andrea munculkan api berwarna ungu dari telapak tangannya.      

"Kau hendak menguji api barumu ke mereka, sayank?" tanya Dante.      

"Yup! Karena sudah lama kita kagak perang, makanya ketika aku punya ini api secara tiba-tiba beberapa bulan lalu, aku bingung mo uji ke siapa." Andrea menatap ke arah dua makhluk yang meraung dan mendesis bergantian secara panik. "Hei ... kayaknya mereka takut ama api ungu aku, deh!"     

"Wah, coba ke mereka, Ma! Coba bakar mereka, kita lihat mereka bakal menjadi apa!" Kuro malah bersemangat.      

Dua makhluk semakin meraung ketakutan melihat api ungu tersebut. Ini dimanfaatkan oleh Andrea untuk menginterogasi duo monster itu. "Buruan deh bilang, siapa majikan kalian atau kalian bisa jadi kelinci percobaan api ungu ini."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.