Devil's Fruit (21+)

Bermalam Satu Kamar



Bermalam Satu Kamar

2Fruit 961: Bermalam Satu Kamar      2

Maka, malam itu, jadilah Danang menginap di mansion milik Andrea karena memang dia tidak punya lagi tempat menginap. Penginapan dia sebelumnya sudah dibayar dan rencana semula adalah dia pulang malam ini.      

Namun, karena ada suatu hal, yang Danang sendiri juga tak paham apa itu sebenarnya, dia pun patuh untuk menginap satu malam ini saja di tempat sang sahabat masa kecil.      

"Nang, tidur ama Shiro, yah! Atau ama Jo? Terserah deh yang mana, pilih ndiri." Andrea menawarkan dua anak dia untuk berbagi kamar dan ranjang dengan Danang.      

"Dengan aku saja, Om!" Jovano menyediakan dirinya seketika saat dia muncul di ruang tengah, usai dari kencan dia dengan Nadin. Andrea memutar bola matanya melihat kedatangan sang putra sulung. Anak ini, batinnya.      

Maka, disepakati bahwa Danang akan tidur di kamar Jovano dengan si sulung. Sepertinya Andrea paham apa tujuan putranya menawarkan kamarnya ke Danang, tak lain dan tak bukan pasti karena Jovano hendak mengorek cerita masa kecil Andrea pada Danang.      

Dan si sulung mengiyakan disertai kekehan nakal dia ketika ditanya ibunya melalui telepati ibu dan anak.      

Meskipun Ivy senang karena ada kehadiran Danang di mansion, tapi sayang sekali dia tidak berkutik apapun karena Danang ditempatkan di kamar kakaknya. Tadinya dia berharap Danang diberikan kamar sendiri, tapi ternyata tidak.      

Namun, meski kecewa tidak bisa berdekatan dengan Danang, Ivy masih berbahagia. Dan untuk mengakali itu, Ivy sengaja datang ke kamar sang kakak disertai alasan ingin mengobrol santai dengan sang kakak.      

"Ohh, himecchi ingin ngobrol dengan Kak Jo, yah?" tanya Danang setelah dia selesai mandi di kamar mandi Jovano dan mendapati sudah ada Ivy di kamar tersebut, duduk di tepi ranjang dengan sang kakak yang sudah di tengah ranjang, duduk sambil menghadap laptop.      

"Himecchi?" Jovano menatap heran ke Danang.      

"He he he, itu panggilan aku ke Ivy. Kata dia, belum ada yang manggil kayak gitu ke dia, jadinya yah ... aku aja deh yang kasi panggilan itu ke dia." Danang menggosok rambut basahnya menggunakan handuk kecil yang dia pinjam dari lemari kamar mandi Jovano.      

"Cieeee ... mesra nian manggilnya himecchi, cieeee ..." Jovano malah menggoda Danang.      

"Ehh, apaan sih Jo, isshh! Kagak mesra, kalee!" Danang langsung menemukan keakraban dengan anak sulung sahabatnya. "Soalnya Om kan juga biasa nonton anime en baca manga Jepang juga, jadinya tau kalo panggilan himecchi itu biasanya untuk cewek yang imut manis, gitu."     

"Kagak melulu untuk cewek imut manis aja, kok Om." Jovano memberi sangkalan. Sedangkan Ivy sudah merona dianggap cewek imut manis oleh Danang sehingga layak dipanggil dengan sufiks -cchi yang biasa digunakan untuk orang yang sudah sangat akrab saja.      

"Lah, emangnya apalagi, sih?"     

"Om liatnya beneran anime biasa atau anime ..."     

"Hoi, hoiii, jangan mulai fitnah, yah! Tentu aja anime biasa, kalee!" Danang mulai panik, khawatir Jovano menyebutkan sebutan anime H, padahal di situ ada Ivy. Malu, dong! Iya, malu kalau ketahuan perempuan bahwa dia ini om-om mesum yang merupakan jomblo akut. Ngenes, terdengarnya.      

Jovano tertawa lepas karena ternyata Danang paham dia akan menyebutkan anime jenis apa. "Om, panggilan -cchi itu juga pernah dipakai cowok ke cowok, loh! Terutama yang udah dekat banget kayak intim, gitu. Liat anime Kuroko no Basket? Itu di sana kan Kuroko dipanggil Kurokocchi ama Kise Ryota."     

"Nah, nah, jangan-jangan kamu terbiasa nonton anime jenis Ya-"     

"Kagak lah, Om! Enak aja!" Jovano buru-buru memotong ucapan Danang sebelum lengkap. "Kuroko itu kan anime sport, Om! Tentang basket, cuma yah ... teman satu timnya itu dekat banget kayak saudara, makanya pada punya panggilan sayang sendiri-sendiri."     

Danang ikut terkekeh dan dia teringat bahwa memang para remaja di Jepang memiliki banyak penyebutan gelar unik dan lucu untuk orang terdekat mereka yang biasanya usianya tidak terpaut terlalu jauh.      

Seperti pemakaian sufiks -chan, kadang diplesetkan sebutan baru sufiks -cchi, -tan, ada juga kadang menyebut dengan -cwan. Yah kalau di sini mungkin seperti menyebut nama seseorang diikuti dengan shay, dear, dan banyak lagi, meski itu bukan merupakan sufiks tapi yah ... cocok-cocokkan saja, sih!     

"Oh iya, Ivy kan kepingin ngobrol ama kakaknya, yah! Ya udah, Om menyingkir dulu kalo gitu." Danang teringat akan ucapan si gadis vampir sebelumnya.      

"Jangan!" Ivy hendak meraih Danang, meski jaraknya tidak sampai. Jadinya, tangan dia hanya meraih angin saja. "Aku juga ingin ... umm ... mengobrol dengan Om."     

"Ohh ya? Ngobrol dengan aku?" Danang urung pergi dari situ dan dia pun mulai duduk di kursi belajar Jovano sambil menghadap ke Ivy. "Ingin ngobrol apa nih ama Om? Yang Om paham aja, yah? Jangan yang terlalu kekinian. Tau sendiri kan umur Om ini, he he he ..."     

Ivy tersipu, menundukkan kepala sedikit lalu tengadahkan lagi untuk memandang Danang. "Kapan Om akan ke Jepang lagi?" Demikian pertayaan si gadis vampir pada lelaki pujaannya.      

"Woaahh!" Danang takjub dan buka lebar mulutnya sebagai bukti ketakjuban dia. "Belum juga pulang, udah ditanyain kapan ke sini lagi, ha ha ha! Ivy suka kalo Om ada di Jepang?" Danang malah menanya balik.      

Ivy mengangguk dibarengi kuluman senyum malu-malu. Jovano yang melihat itu, tentu saja tergelitik melihat respon sang adik sejak awal ada Danang di kamar ini.      

"Hm, kapan yah enaknya?" Danang terdiam sambil memandang langit-langit tinggi kamar Jovano yang sudut-sudut keliling plafonnya dihiasi gipsum. "Mungkin nanti kalau ada pameran lagi."     

"Om, emangnya biasa datang ke pameran mana aja selain Jepang?" Kali ini Jovano ikut bertanya.      

"Banyak, sih. Kadang ke negara-negara Eropa, Asia, Amerika, Australia ... tapi Afrika belum pernah." Danang menyebutkan secara garis besar saja karena dia sendiri sudah tidak ingat negara mana saja tempat dia menggelar pameran.      

"Wah, berarti Om Danang udah banyak ketemu cewek-cewek cakep, dong!" pancing Jovano. Dia juga sesekali melirik wajah adiknya, ingin memastikan sesuatu.      

"Woohh, iya, dong! Banyak ketemu cewek cakep, bohay, molek, pokoknya aduhai lah!" Danang memakan umpan dan masuk ke pancingan Jovano.     

Lekas saja Jovano melirik ke adiknya, dan hatinya terkejut ketika dia melihat wajah sang adik terlihat ditekuk dan marah.      

Jovano belum ingin berhenti dan bertanya lagi, "Om, menurut Om, cewek yang menurut Om cantik, itu yang kayak apa, sih? Apa bule Eropa? Ato mungkin ala girl-group Korea? Atau yang sawo matang kayak orang Asia Tenggara?"     

Si sulung lumayan berdebar-debar menunggu jawaban dari Danang. Dia juga mengantisipasi raut muka Ivy yang kini memang terlihat keruh. Adiknya sungguh benar marah kah?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.