Devil's Fruit (21+)

Pelatihan Untuk Kiran



Pelatihan Untuk Kiran

4Fruit 966: Pelatihan Untuk Kiran      0

Maka, jadilah mereka semua berada di kebun belakang, bersantai di bawah naungan pohon sakura yang indah sambil menyantap beberapa penganan dan minuman, sembari menonton Kiran berlatih di bawah bimbingan sang kakak.      

Gerakan Kiran awalnya kaku karena dia tidak pernah berlatih menggunakan kekuatannya sebelum ini secara serius. Namun, kian lama, Kiran mulai bisa terbiasa akan pemanfaatan energi magis yang dia punyai.      

Ivy melihat Kiran dengan tatapan iri. Dia berandai-andai dalam hati jikalau dia memiliki kemampuan magis seperti iblis, pasti hidup dia akan lebih mudah dan menyenangkan. Dia bisa mudah berteleportasi ke mana saja, bisa mudah menyulap dirinya seperti apapun, bisa memiliki bola energi, dan pasti masih ada banyak lainnya kemudahan jika memiliki tenaga iblis.      

"Aku akui Kiran ini bisa lekas belajar dan menyerap semua pelatihan." Kenzo berujar.      

"Apa dia seperti Andrea dulunya?" Tuan Nephilim bertanya secara iseng.      

"Tuan Putri?" Kenzo naikkan dua alisnya dan kemudian dia pun mengingat bagaimana pertama kali dia melatih Andrea. Ia pun terkekeh tanpa bisa dihentikan. "Tuan Putri adalah kasus spesial."     

"Hei, apa maksudmu dengan kasus spesial, Zo?" Dante jadi curiga akan pemilihan kata 'spesial' yang diungkapkan Kenzo. Pikirannya sudah berkeliaran kemana-mana.      

"Jangan buru-buru menampakkan bucinnya dulu, Pangeran Menantu." Kenzo sambil mendengus geli mengucapkannya karena dia tau Dante pasti mulai merasa cemburu atau berpikir macam-macam lainnya. "Tuan Putri aku katakan dalam kasus spesial karena dia kan sejak kecil tidak mengetahui jati diri dia sendiri sebagai keturunan iblis. Dan baru belajar pun mendekati usia 17 tahun ketika kekuatan Succubus dia secara penuh bangkit."     

"Ohh, jadi itu yang kau maksud." Dante lumayan bernapas lega mendengar itu meski dia masih merasa ada cemburu juga ketika mengingat masa-masa itu dimana istrinya dan Kenzo sangat dekat dan selalu bersama setiap hari bahkan tinggal bersama pula!     

"Pfftt! Yah, lagipula, pemicunya kan juga dari Anda sendiri, Pangeran Mantu, sehingga Tuan Putri Andrea belajar mengendalikan kekuatan dia. Kalau Anda tidak bernapsu membunuh dia, mungkin akan sedikit lain ceritanya." Kenzo malah menggoda Dante.      

"Ehh?! Papa ingin membunuh Mama?" Kuro yang mendengar itu pun lantas menaikkan dua alisnya tinggi-tinggi lalu dia menukikkan alis itu sembari tatap menghujam ke Dante.      

"A-aha ha ha ... itu kan masa lalu, Nak, masa lalu ..." Tuan Nephilim terkekeh canggung atas tatapan tajam Kuro padanya.      

"Kuro, dulu papamu ini sangat kejam pada mamamu!" Kenzo semakin memprovokasi si hybrid hitam yang amat menyayangi sang mama angkat.      

"Ken!" Dante menyeru agar Kenzo diam.      

"Dia setiap hari melukai mamamu sampai mamamu kerap berdarah, bahkan mamamu hampir dipenggal pula kepalanya dulu sewaktu dia masih remaja!" Kenzo tak perduli dan tetap bicara.     

"Papa!" seru Kuro benar-benar menatap sengit ke ayah angkatnya. Dante goyang-goyangkan dua tangan dengan sikap gugup. "Papa jahat sekali pada Mama! Papa tidak boleh lagi dekat-dekat Mama!"      

"A-aduh, Nak ... itu dulu ... itu dulu sebelum Papa ... sebelum Papa ..." Tuan Nephilim jadi ragu-ragu mengatakannya. Apakah pantas jika dia mengatakan sebelum dia mengenal betapa indah dan mempesonanya Andrea dari atas hingga bawah, bahkan ketika wanita itu sedang menolak pun tetap menguarkan sensualitas tubuhnya.      

"Sebelum Papa apa? Cepat katakan!" Kuro naikkan dagunya dengan tatapan masih sengit ke Dante.      

"Umm ... sebelum Papa ... jatuh cinta pada mamamu." Meski sebenarnya agak berat mengatakan hal istimewa tersebut, tapi Dante harus mengucapkan itu sebelum anak hybrid dia salah paham mengira dia akan menyakiti Andrea lagi sewaktu-waktu.      

"Huh! Awas saja kalau Papa menyakiti Mama. Jangan harap bisa tidur bersama dengan Mama lagi nanti!" Kuro picingkan mata, seakan sedang memberikan ancaman pada sang ayah angkat.     

Tuan Nephilim meringis canggung.      

Sementara itu, Ivy terus mengamati bagaimana Kiran sedang berlatih. Tadi bocah itu sudah melatih cara menggunakan bola energi apinya. Beberapa pohon di sekitar sudah menjadi korban percobaan Kiran, namun lekas dipulihkan oleh Gavin yang memiliki elemen kayu dan tanah.      

Sesudah melatih cara menggunakan bola energi api, Gavin melatih fisik Kiran. Dia menyuruh sang adik untuk meninju batang kayu, menendang batang kayu. Dia harus melakukannya dengan tenaga murni, tidak boleh menggunakan magis.      

"Ini untuk melatih ketahanan fisik kamu, Ran." Gavin mengatakan demikian pada sang adik yang terlihat kesakitan. "Ayo, terus tempa dirimu agar kau bisa melindungi siapapun yang kau sayang!"     

Kiran langsung termotivasi begitu dia mendengar ucapan sang kakak. Memang itulah yang membuat dia memilih untuk melepas keraguan dan malu-malu dia, yaitu agar dia bisa melindungi siapapun yang dia mau. Yaitu Ivy.      

Kini, Kiran sudah mulai berlatih menggunakan tongkat kayu. Gavin tidak ingin langsung menggunakan pedang. Itu terlalu beresiko untuk sang adik yang baru kali ini berlatih menggunakan senjata.      

Menjelang petang hari, Gavin menghentikan latihan karena adiknya sudah sangat kepayahan, peluh berceceran di segala sudut tubuh. Bajunya juga basah akan keringat. Buku tangannya berwarna merah karena tadi berlatih meninju pohon. Telapak kakinya juga berdarah, tulang keringnya memar.      

"Kamu baik-baik aja, Nak?" tanya Kenzo sambil elus sang putri.      

Kiran mengangguk meski wajahnya terlihat kuyu dan tubuhnya kepayahan. Ini adalah latihan hari pertama, dan dia sudah begitu lelah.      

"Ha ha ha, Ran, kau belum mencoba berlatih di Alam Schnee. Dulu kami dibawa ke sana dan itu benar-benar pelatihan ala neraka beku!" Gavin pun mulai menceritakan kisah dia di alam Schnee. Wajahnya penuh akan aura bangga ketika bercerita. Kiran suka mendengarkan cerita sang kakak. Itu yang membuat dia iri karena dia merasa sangat tertinggal dibandingkan lainnya saat ini.      

Andai dia dulu ikut ke Alam Schnee ....     

Ahh, tapi dia dulu masih sangat kecil, sehingga pasti tidak akan diperbolehkan untuk ikut pelatihan di alam Schnee. Oke, tak apa. Dia akan segera mengejar ketertinggalan dia setelah ini. Dia akan bekerja dan berlatih lebih keras lagi usai ini!     

Ketika Andrea keluar dari Alam Cosmo, dia heran melihat tubuh Kiran yang penuh memar dan ada pula darah di tangan dan kakinya. "Heh? Ini Ranran kenapa kok bisa gini? Apa ada serangan lagi?" Ia menatap orang-orang di situ. "Dan, kok kamu gak bilang sih kalo ada yang nyerang lagi?" Ia menatap tajam suaminya.      

"Tidak, sayank, tidak ada serangan." Tuan Nephilim memberikan jawaban, lalu dia menjelaskan mengenai kegiatan Kiran hari itu.      

Setelah paham, Andrea pun segera mengajak Kiran duduk di sofa dan dia mulai keluarkan sebuah salep obat. Kali ini berwarna putih susu. Ketika dioleskan ke bagian memar di tubuh Kiran, dia bertanya, "Gimana? Ranran ngerasa adem, gak?"     

"Iya, Auntie. Sangat dingin dan nyaman." Kiran tersenyum penuh terima kasih karena ada Andrea yang bisa mengobatinya.      

"Sini, Auntie kasi obat juga di luka berdarah kamu." Andrea keluarkan salep obat lainnya dan yang ini berwarna hijau lumut tua. Kiran patuh saja meski harus menahan sengatan rasa sakit, tapi cuma sebentar. Setelah itu, semua lukanya cepat membaik dan pulih sempurna dalam waktu singkat. Andrea benar-benar alkemis berbakat!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.